2025, Indonesia Butuh Tambahan Ratusan Juta SDM Cakap Digital
Jum'at, 26 Februari 2021 - 00:02 WIB
JAKARTA - Amazon Web Services (AWS) baru-baru ini merilis hasil survei yang diprakarsainya yang bertajuk Unlocking APAC’s Digital Potential: Changing Digital Skill Needs and Policy Approaches. Survei yang disusun oleh AlphaBeta tersebut menyajikan beragam analisis tentang jenis-jenis keahlian yang diterapkan oleh pekerja masa kini. Lalu memprakirakan jenis-jenis keahlian digital yang nantinya akan sangat dibutuhkan oleh angkatan kerja dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
Selain itu, dipaparkan juga proyeksi jumlah pekerja digital yang dibutuhkan di enam negara Asia Pasifik-Indonesia, Australia, India, Jepang, Singapura dan Korea Selatan pada tahun 2025. Berdasarkan riset tersebut terungkap bahwa pekerja-pekerja yang sudah mempunyai keahlian di bidang digital baru mencapai 19% dari seluruh angkatan kerja yang ada di Indonesia. Di sisi lain, untuk mendukung perekonomian dibutuhkan penambahan pekerja digital baru dalam jumlah yang sangat signifikan di tahun 2025, agar mampu selaras dengan setiap perubahan teknologi di masa depan yang sangat dinamis.
Tentang besarnya kebutuhan Indonesia terhadap jumlah pekerja digital tersebut, Dr Fraser Thompson, Co-Founder dan Director AlphaBeta memaparkan, apabila merujuk pada jumlah pekerja digital di Indonesia yang telah mencapai sekira 20 juta pekerja, maka pada 2025 proyeksi kebutuhan terhadap SDM yang membutuhkan keterampilan digital meningkat hingga 136 juta.
“Indonesia masih memerlukan tambahan lebih dari 110-111 juta pekerja digital pada tahun tersebut,” ujarnya. Dia juga mengatakan, untuk mendukung realisasinya dan membantu terwujudnya pertumbuhan perekonomian digital yang makin inklusif, dibutuhkan pelatihan kecakapan digital yang masif.
Lima Kecakapan Digital Paling dibutuhkan Indonesia
Berdasarkan analisis, kecakapan-kecakapan di bidang desain arsitektur cloud, keamanan siber, permodelan data berskala besar, pengembangan web, peranti lunak dan gim, serta kecakapan untuk mendukung operasional peranti lunak menjadi keahlian yang akan paling dibutuhkan Indonesia pada 2025 mendatang.
Temuan menarik lainnya, sebanyak 59% pekerja digital di Indonesia yang saat ini belum mengoptimalkan penerapan kecakapan di bidang komputasi awan menyebutkan, nantinya di tahun 2025 jenis-jenis keahlian tersebut akan sangat dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan mereka masing-masing.
Rata-rata pekerja Indonesia nantinya juga perlu mengembangkan kecakapan-kecakapan digital mutakhir dalam kurun waktu lima tahun ke depan agar mereka mampu selaras dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan teknologi di masa depan. Kecakapan tersebut mencakup sejumlah kecakapan digital dasar, seperti mulai memelajari bagaimana menggunakan platform komunikasi daring, perangkat lunak untuk mendukung kolaborasi, hingga kecakapan-kecakapan digital tingkat lanjut, seperti desain arsitektur cloud.
Riset juga menyoroti pentingnya penguasaan di bidang cloud bagi sektor-sektor nonteknologi, seperti manufaktur. Menurut riset ini, 43% pekerja digital di sektor manufaktur juga meyakini bahwa akan dibutuhkan kecakapan baru di bidang desain arsitektur cloud yang wajib mereka kuasai, seiring meningkatnya pengadopsian teknologi di sektor tersebut dalam mendukung terwujudnya rantai suplai yang kian optimal, serta menimbang kondisi peranti-peranti yang ada saat ini.
Selain itu, dipaparkan juga proyeksi jumlah pekerja digital yang dibutuhkan di enam negara Asia Pasifik-Indonesia, Australia, India, Jepang, Singapura dan Korea Selatan pada tahun 2025. Berdasarkan riset tersebut terungkap bahwa pekerja-pekerja yang sudah mempunyai keahlian di bidang digital baru mencapai 19% dari seluruh angkatan kerja yang ada di Indonesia. Di sisi lain, untuk mendukung perekonomian dibutuhkan penambahan pekerja digital baru dalam jumlah yang sangat signifikan di tahun 2025, agar mampu selaras dengan setiap perubahan teknologi di masa depan yang sangat dinamis.
Tentang besarnya kebutuhan Indonesia terhadap jumlah pekerja digital tersebut, Dr Fraser Thompson, Co-Founder dan Director AlphaBeta memaparkan, apabila merujuk pada jumlah pekerja digital di Indonesia yang telah mencapai sekira 20 juta pekerja, maka pada 2025 proyeksi kebutuhan terhadap SDM yang membutuhkan keterampilan digital meningkat hingga 136 juta.
“Indonesia masih memerlukan tambahan lebih dari 110-111 juta pekerja digital pada tahun tersebut,” ujarnya. Dia juga mengatakan, untuk mendukung realisasinya dan membantu terwujudnya pertumbuhan perekonomian digital yang makin inklusif, dibutuhkan pelatihan kecakapan digital yang masif.
Lima Kecakapan Digital Paling dibutuhkan Indonesia
Berdasarkan analisis, kecakapan-kecakapan di bidang desain arsitektur cloud, keamanan siber, permodelan data berskala besar, pengembangan web, peranti lunak dan gim, serta kecakapan untuk mendukung operasional peranti lunak menjadi keahlian yang akan paling dibutuhkan Indonesia pada 2025 mendatang.
Temuan menarik lainnya, sebanyak 59% pekerja digital di Indonesia yang saat ini belum mengoptimalkan penerapan kecakapan di bidang komputasi awan menyebutkan, nantinya di tahun 2025 jenis-jenis keahlian tersebut akan sangat dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan mereka masing-masing.
Rata-rata pekerja Indonesia nantinya juga perlu mengembangkan kecakapan-kecakapan digital mutakhir dalam kurun waktu lima tahun ke depan agar mereka mampu selaras dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan teknologi di masa depan. Kecakapan tersebut mencakup sejumlah kecakapan digital dasar, seperti mulai memelajari bagaimana menggunakan platform komunikasi daring, perangkat lunak untuk mendukung kolaborasi, hingga kecakapan-kecakapan digital tingkat lanjut, seperti desain arsitektur cloud.
Riset juga menyoroti pentingnya penguasaan di bidang cloud bagi sektor-sektor nonteknologi, seperti manufaktur. Menurut riset ini, 43% pekerja digital di sektor manufaktur juga meyakini bahwa akan dibutuhkan kecakapan baru di bidang desain arsitektur cloud yang wajib mereka kuasai, seiring meningkatnya pengadopsian teknologi di sektor tersebut dalam mendukung terwujudnya rantai suplai yang kian optimal, serta menimbang kondisi peranti-peranti yang ada saat ini.
tulis komentar anda