Kebocoran Data Bank Indonesia Ibarat Puncak Gunung Es
loading...
A
A
A
Bank Indonesia adalah pengelola kebijakan moneter negara dan informasi yang dikelolanya bersifat strategis dan kebocoran data yang dialami Bank Indonesia mungkin tidak mengakibatkan kerugian finansial secara langsung kepada rekening bank masyarakat. Namun akan berdampak sangat besar bagi dunia finansial Indonesia khususnya perbankan.
Sebab, pihak lain yang berkepentingan bisa mendapat informasi yang seharusnya rahasia. Seperti bagaimana peredaran uang kertas di setiap kota di Indonesia dan dapat digunakan untuk memetakan kekuatan perbankan di setiap daerah secara cukup akurat.
Vaksincom juga menemukan data foto KTP, NPWP dan nomor rekening seorang narasumber pada salah satu komputer yang di retas dimana hal ini akan menjadi sasaran empuk eksploitasi data kependudukan.
Narasumber ini tidak tahu apa-apa dan tidak berperan dalam kebocoran data ini, tetapi ia menjadi korban dari kebocoran data ini dan harus menanggung resikonya.
Pada cabang lain ditemukan file peta pemasangan titik CCTV secara detail di setiap lantai pada gedung cabang Bank Indonesia sehingga dapat diketahui area mana saja yang diawasi CCTV dan area mana yang tidak tercover CCTV.
Jadi kalau dikatakan bahwa informasi ini tidak bersifat kritikal, mungkin hal ini perlu dikaji ulang.
Apa yang Harus Dilakukan?
Kita tidak ingin menghukum, tetapi kita ingin pengelola data menjalankan tanggung jawabnya dengan baik dan prudent.
Jika data bocor, jujur saja dan tidak perlu ditutupi. Sebab, akan terungkap ke masyarakat. Dan kalau ketahuan tidak jujur tentu akan menurunkan kepercayaan dari masyarakat. Hal ini yang perlu disadari oleh institusi yang mengelola data publik.
Lalu apa yang harus untuk mencegah hal yang sama terulang kembali?
Sebagai informasi, ancaman terhadap data saat ini ada dua. Yakni ransomware dan extortionware.
Untuk menghadapi ransomware solusinya adalah menggunakan antivirus dengan teknologi NGAV seperti Webroot untuk menjaga dari malware dan berikan perlindungan tambahan Vaksin Protect yang akan dapat mengembalikan data sekalipun sudah berhasil di enkripsi oleh ransomware.
Sebab, pihak lain yang berkepentingan bisa mendapat informasi yang seharusnya rahasia. Seperti bagaimana peredaran uang kertas di setiap kota di Indonesia dan dapat digunakan untuk memetakan kekuatan perbankan di setiap daerah secara cukup akurat.
Vaksincom juga menemukan data foto KTP, NPWP dan nomor rekening seorang narasumber pada salah satu komputer yang di retas dimana hal ini akan menjadi sasaran empuk eksploitasi data kependudukan.
Narasumber ini tidak tahu apa-apa dan tidak berperan dalam kebocoran data ini, tetapi ia menjadi korban dari kebocoran data ini dan harus menanggung resikonya.
Pada cabang lain ditemukan file peta pemasangan titik CCTV secara detail di setiap lantai pada gedung cabang Bank Indonesia sehingga dapat diketahui area mana saja yang diawasi CCTV dan area mana yang tidak tercover CCTV.
Jadi kalau dikatakan bahwa informasi ini tidak bersifat kritikal, mungkin hal ini perlu dikaji ulang.
Apa yang Harus Dilakukan?
Kita tidak ingin menghukum, tetapi kita ingin pengelola data menjalankan tanggung jawabnya dengan baik dan prudent.
Jika data bocor, jujur saja dan tidak perlu ditutupi. Sebab, akan terungkap ke masyarakat. Dan kalau ketahuan tidak jujur tentu akan menurunkan kepercayaan dari masyarakat. Hal ini yang perlu disadari oleh institusi yang mengelola data publik.
Lalu apa yang harus untuk mencegah hal yang sama terulang kembali?
Sebagai informasi, ancaman terhadap data saat ini ada dua. Yakni ransomware dan extortionware.
Untuk menghadapi ransomware solusinya adalah menggunakan antivirus dengan teknologi NGAV seperti Webroot untuk menjaga dari malware dan berikan perlindungan tambahan Vaksin Protect yang akan dapat mengembalikan data sekalipun sudah berhasil di enkripsi oleh ransomware.