Stop Numpang Orang! Saatnya Sekolah Bangun Istana Data Sendiri yang Aman
loading...

Perubahan dari penyedia SaaS besar dapat mengganggu operasional institusi pendidikan dalam jangka pendek. Foto: Synology
A
A
A
JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, institusi pendidikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, semakin bergantung pada layanan Software as a Service (SaaS) produktivitas untuk mendukung operasional dan pembelajaran.
Namun, perubahan signifikan dari penyedia SaaS global, seperti Google dan Microsoft, menuntut institusi pendidikan untuk mengevaluasi kembali strategi teknologi mereka.
Hal tersebut disampaikan oleh Rex Huang, Direktur Penjualan Synology Asia Pasifik dan Jepang. "Dengan beralih ke solusi produktivitas on-premise, institusi pendidikan dapat membangun fondasi digital lebih kuat, mendukung kebutuhan pengajar dan siswa dalam jangka panjang, serta memastikan keamanan dan kendali penuh atas data mereka," bebernya.
Rex mengatakan, setelah Google mengakhiri penyimpanan gratis tanpa batas pada 2022, kini Microsoft mengumumkan pembaruan signifikan pada layanan edukasinya. Dengan kenaikan biaya dan keterbatasan fitur, institusi pendidikan menghadapi tantangan baru dalam menjaga efisiensi dan aksesibilitas.
Rex menyebut, kebijakan ini dapat memaksa banyak sekolah untuk beralih ke paket berbayar yang lebih mahal. Selain masalah biaya, risiko privasi dan kepatuhan juga menjadi perhatian utama. Sekolah mengelola data yang sangat sensitif, mulai dari catatan akademik siswa, informasi keuangan, hingga riset penting.
Namun, perubahan signifikan dari penyedia SaaS global, seperti Google dan Microsoft, menuntut institusi pendidikan untuk mengevaluasi kembali strategi teknologi mereka.
Hal tersebut disampaikan oleh Rex Huang, Direktur Penjualan Synology Asia Pasifik dan Jepang. "Dengan beralih ke solusi produktivitas on-premise, institusi pendidikan dapat membangun fondasi digital lebih kuat, mendukung kebutuhan pengajar dan siswa dalam jangka panjang, serta memastikan keamanan dan kendali penuh atas data mereka," bebernya.
Rex mengatakan, setelah Google mengakhiri penyimpanan gratis tanpa batas pada 2022, kini Microsoft mengumumkan pembaruan signifikan pada layanan edukasinya. Dengan kenaikan biaya dan keterbatasan fitur, institusi pendidikan menghadapi tantangan baru dalam menjaga efisiensi dan aksesibilitas.
Perubahan Kebijakan Microsoft 365 Education
Mulai Januari 2025, Microsoft akan mengimplementasikan perubahan besar pada paket Microsoft 365 Education. Perubahan ini mencakup penghentian Office 365 A1 Plus, pembatasan penyimpanan hanya 100TB per tenant, dan penyesuaian lisensi yang membatasi penggunaan aplikasi seperti Word, Excel, dan PowerPoint hanya dalam versi web.Rex menyebut, kebijakan ini dapat memaksa banyak sekolah untuk beralih ke paket berbayar yang lebih mahal. Selain masalah biaya, risiko privasi dan kepatuhan juga menjadi perhatian utama. Sekolah mengelola data yang sangat sensitif, mulai dari catatan akademik siswa, informasi keuangan, hingga riset penting.
Lihat Juga :