Serangan DDoS pro-Rusia Lumpuhkan Bandara Amerika Serikat

Selasa, 11 Oktober 2022 - 17:40 WIB
loading...
Serangan DDoS pro-Rusia Lumpuhkan Bandara Amerika Serikat
DDoS attack atau Distributed Denial of Service merupakan serangan cyber dengan cara mengirimkan fake traffic atau lalu lintas palsu ke suatu sistem atau server secara terus menerus. FOTO/ IST
A A A
NEW YORK - Amerika Serikat dituding sebagai otak di balik kekuatan Ukraina untuk melakukan serangan kepada Rusia. Tak mau ambil diam Rusia menciptakan proxy war yang melibatkan entitas sipil, yang menyerang ke berbagai situs dan fasilitas non militer.



Sebut saja yang terbaru adalah kabar peretasan yang menimpa situs (website) bandara di AS yang mendapatkan DDoS attack yang diduga dilakukan hacker pro-Rusia.

Seperti dilansir dari Bleepingcomputer (11/10/2022), disebutkan bahwa kelompok peretas pro-Rusia ‘KillNet’ mengklaim serangan DDoS skala besar terhadap situs web beberapa bandara besar di AS, membuat situs mereka tidak dapat diakses.

DDoS attack atau Distributed Denial of Service merupakan serangan cyber dengan cara mengirimkan fake traffic atau lalu lintas palsu ke suatu sistem atau server secara terus menerus. Dampaknya, server tersebut tidak dapat mengatur seluruh traffic sehingga menyebabkan down.

Serangan DDoS telah membanjiri server yang menampung situs-situs ini dengan permintaan sampah, sehingga tidak memungkinkan bagi pelancong atau pengguna jasa penerbangan untuk terhubung dan mendapatkan pembaruan (update) tentang penerbangan terjadwal mereka atau memesan layanan bandara.

Tak hanya Bandara, hacker Rusia juga menyerang sistem NATO dan jaringan Ukraina juga menjadi target di bawah ancaman peretas Rusia.

Sebuah sumber intelijen senior mengatakan kepada The Sun, bahwa Inggris "bersiap" untuk pembalasan dendam.

Kepala NATO Jens Stoltenberg memperingatkan pekan lalu bahwa serangan dunia maya terhadap anggota NATO dapat memicu perang yang lebih luas, dengan memicu Pasal 5.

Pejabat NATO lainnya yang tidak disebutkan namanya mengatakan: "Sekutu juga menyadari bahwa dampak dari aktivitas siber kumulatif berbahaya yang signifikan, dalam keadaan tertentu, dapat dianggap sebagai serangan bersenjata, karena bisa membajak sistem persenjataan NATO dan Inggris

"Kami tidak akan berspekulasi tentang seberapa serius serangan siber untuk memicu respons kolektif,'' tandasnya.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6114 seconds (0.1#10.140)