3 Alasan Mengapa Orang Beli Properti di Metaverse
loading...
A
A
A
JAKARTA - Membeli real estate atau properti virtual di metaverse belakangan jadi tren. Tentu saja, hal ini memicu pro dan kontra. Mereka yang yakin, merasa sudah melakukan riset yang cukup dan meyakni bahwa metaverse adalah masa depan.
Mereka yang masih skeptis menganggap konsep metaverse saat ini masih dalam tahap yang awal sehingga membeli properti virtual dianggap sebagai “judi” dibandingkan investasi.
Nah, berikut 3 alasan mengapa sebagian orang berani meletakkan uang mereka di properti virtual:
1. Perusahaan Besar Bergabung di Meta
Perusahaan seperti Nike dan Adidas sudah menyatakan siap masuk ke metaverse. Nike memastikan bahwa sneakers mereka tidak hanya bisa dibeli secara nyata, tapi juga di vunia virtual. Beberapa merek fashion juga mulai menguji produk kolaborasi di metaverse.
Gucci, sudah menjual versi metaverse dari tas edisi terbatas mereka di Roblox. Harga awalnya USD1.20-USD9 tapi kemudian dijual lagi seharaga USD4.100. Artinya, jual beli NFT di metaverse sudah terjadi, dan semakin membesar.
2. Pengembang Beli Tanah di Metaverse
Pengembang real estate virtual seperti Republic Realm membuat rekor dengan membeli tanah seharga USD4,3 juta di platform metaverse The Sandbox. Sebelumnya, Tokens.com juga membeli tanah seharga USD2,5 juta di Decentraland. Apa gunanya? Mereka berharap nantinya tanah tersebut akan disewa untuk dijadikan mal virtual atau properti lainnya.
3. Properti di Metaverse Bukan Hal Baru
Kendati metaverse baru populer belum lama ini, tapi properti di metaverse sendiri bukan hal baru. Ailin Graef, bergabung di game 3D Second Life dan menghabiskan dua tahun untuk membangun tanah virtual serta mengembangkan avatar disana. Ailin Graef memiliki banyak server yang berisi tanah virtual yang disewakan. Ia bahkan membuat studio sendiri, dan memperkerjakan 80 karyawan untuk mengatur tanah-tanah virtualnya. Dirilis pada 2003, saat ini Second Life memiliki omzet USD600 juta. USD80 juta diantaranya diberikan kepada kreator di game tersebut.
Mereka yang masih skeptis menganggap konsep metaverse saat ini masih dalam tahap yang awal sehingga membeli properti virtual dianggap sebagai “judi” dibandingkan investasi.
Nah, berikut 3 alasan mengapa sebagian orang berani meletakkan uang mereka di properti virtual:
1. Perusahaan Besar Bergabung di Meta
Perusahaan seperti Nike dan Adidas sudah menyatakan siap masuk ke metaverse. Nike memastikan bahwa sneakers mereka tidak hanya bisa dibeli secara nyata, tapi juga di vunia virtual. Beberapa merek fashion juga mulai menguji produk kolaborasi di metaverse.
Gucci, sudah menjual versi metaverse dari tas edisi terbatas mereka di Roblox. Harga awalnya USD1.20-USD9 tapi kemudian dijual lagi seharaga USD4.100. Artinya, jual beli NFT di metaverse sudah terjadi, dan semakin membesar.
2. Pengembang Beli Tanah di Metaverse
Pengembang real estate virtual seperti Republic Realm membuat rekor dengan membeli tanah seharga USD4,3 juta di platform metaverse The Sandbox. Sebelumnya, Tokens.com juga membeli tanah seharga USD2,5 juta di Decentraland. Apa gunanya? Mereka berharap nantinya tanah tersebut akan disewa untuk dijadikan mal virtual atau properti lainnya.
3. Properti di Metaverse Bukan Hal Baru
Kendati metaverse baru populer belum lama ini, tapi properti di metaverse sendiri bukan hal baru. Ailin Graef, bergabung di game 3D Second Life dan menghabiskan dua tahun untuk membangun tanah virtual serta mengembangkan avatar disana. Ailin Graef memiliki banyak server yang berisi tanah virtual yang disewakan. Ia bahkan membuat studio sendiri, dan memperkerjakan 80 karyawan untuk mengatur tanah-tanah virtualnya. Dirilis pada 2003, saat ini Second Life memiliki omzet USD600 juta. USD80 juta diantaranya diberikan kepada kreator di game tersebut.
(dan)