Pandemi ke Endemi, Momentum Akselerasi Industri Telekomunikasi

Kamis, 02 Desember 2021 - 10:13 WIB
loading...
Pandemi ke Endemi, Momentum Akselerasi Industri Telekomunikasi
Diskusi akhir tahun Outlook Industri Telekomunikasi 2022 Menata Bisnis Telekomunikasi dari Pandemi ke Endemi secara daring pada Kamis (2/12/2021). FOTO/ IST
A A A
MENLO PARK - Para pelaku industri telekomunikasi optimistis bisa mengakselerasi kinerja seiring pandemi kian terkendali penanganannya dan masyarakat mulai bisa masuk ke fase hidup berdampingan dengan Covid-19 (endemi ).

Hal tersebut terangkum dari kegiatan perayaan hari ulang tahun ke-10 Grup IndoTelko yang menggelar Diskusi Akhir Tahun “Outlook Industri Telekomunikasi 2022 “Menata Bisnis Telekomunikasi dari Pandemi ke Endemi” secara daring pada Kamis (2/12/2021).



Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah mengatakan, pasca dua tahun pandemi Covid-19 menyerang seluruh negara, kinerja sebagian besar industri telekomunikasi di dunia sudah membaik.

Bahkan, Ririek menyebut tren pertumbuhan industri telekomunikasi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Dia menjelaskan, di Indonesia layanan yang menopang pertumbuhan industri telekomunikasi tidak lain adalah konektivitas berupa peningkatan penggunaan mobile data dan fixed broadband, layanan ICT, serta layanan digital.

“Kalau service dibagi tiga yaitu konektivitas, ICT dan digital maka konektivitas pada kurun waktu 2020-2024 akan tumbuh sekitar 4%, ICT akan tumbuh lebih tinggi di angka 8%, dan digital tumbuh paling tinggi sampai 12%. Hal ini sejalan dengan fakta selama pandemi kemarin, masyarakat menjadi lebih contactless dan akan cenderung menggunakan layanan yang sifatnya digital. Karena itu ICT dan digital akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan konektivitas,” kata Ririek.

Direktur ICT Institute Heru Sutadi menyampaikan, tahun 2022 merupakan momentum bagi industri telekomunikasi melakukan akselerasi kinerja dan layanan untuk membantu Indonesia melaksanakan transformasi digital.

Dalam catatan Heru, ada banya faktor pendukung yang bisa mendorong kinerja industri telekomunikasi melesat tahun depan. Misalnya sepanjang 2021 ini, jumlah pengguna internet di Indonesia bertambah 15,5% atau sebanyak 2,7 juta.

Selain itu, kebutuhan bandwith telekomunikasi semakin besar karena masyarakat menggunakannya untuk bekerja, bersekolah, mencari hiburan dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya, sehingga bisa berkontribusi positif bagi pendapatan operator.

“Pandemi ini seperti dikatakan Presiden Jokowi menciptakan momentum percepatan transformasi digital. Ibarat balapan di tikungan, ketika kita bisa menyalip maka harusnya kita bisa menyalip dengan harapan Indonesia bisa menjadi negara digital terbesar di Asia Tenggara atau nomor lima terbesar dunia pada 2025,” kata Heru dalam diskusi akhir tahun “Menata Bisnis Telekomunikasi dari Pandemi ke Endemi” yang digelar Indo Telko, Kamis (2/12/2021).

Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi menambahkan, pemanfaatan 5G yang semakin meluas juga diharapkan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi industri telekomunikasi.

“Tahun 2022 dan seterusnya diharapkan operator Indonesia bisa melakukan 5G to business untuk digunakan di pabrik manufaktur, health, port dan sebagainya. Kita harapkan di 2022 sampai 2025 industri sudah mengadopsi 5G, sehingga kita bisa sama-sama menuju digital prosperity,” papar Rosidi.

Sementara itu terkait akses internet yang belum merata, Director & Chief Strategy and Innovation Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’in mengatakan hal tersebut bisa diatasi apabila para pelaku industri telekomunikasi bisa melakukan orkestrasi dalam mendigitalkan ekonomi Indonesia.

“Tantangan utamanya adalah distribusi internet user belum merata, masih terkonsentrasi di Jawa kemudian pulau-pulau besar di Indonesia. Kita perlu memperhatikan ini agar seluruh masyarakat bisa merasakan akses internet dengan menyediakan infrastruktur. Ini tantangan tahun depan,” papar Arief.

Apabila akses internet sudah merata, Arief menyebut tantangan berikutnya yang perlu dihadapi oleh operator telekomunikasi adalah keamanan cyber , persaingan, ketersediaan SDM, dan tantangan regulasi.

“Kita bisa melihat size digital ekonomi Indonesia sangat besar. University Technology Sydney menyebutkan size kita itu Rp 630 triliun, bahkan dalam 8 tahun ke depan bisa menjadi empat kali lipat menjadi Rp 4.500 triliun. Ini harus jadi semangat kita semua dalam menjawab tantangan yang dihadapi mulai tahun mendatang,” tegas Arief.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3051 seconds (0.1#10.140)