Pandemi Bikin Restoran Rugi, tapi Pembuat Software untuk Resto ESB Malah Disuntik Rp110 M
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketika pandemi membuat banyak pemilik usaha restoran merugi atau tutup karena tidak bisa beroperasi, startup yang menyediakan software operasional untuk restoran ESB justru cuan. Mereka baru saja mengumumkan putaran pendanaan Seri A+ senilai USD7,6 juta atau senilai Rp110 miliar.
Nama ESB mungkin asing. Karena mereka beroperasi di belakang layar. ESB mengklaim sebagai satu-satunya platform yang mengintegrasi sistem operasional restoran di Indonesia.
Dan ada alasan mengapa mereka bisa meraih pendanaan hingga ratusan miliar sederhana. Sebab, ESB adalah perusahaan yang sudah melayani lebih dari 500 merek F&B. Termasuk para raksasa di industri F&B seperti MAP Boga Adiperkasa, Boga Group, Ismaya Group, Sour Sally Group, hingga Marugame Udon. Klaim mereka, dalam setahun bisa melayani 40 juta pesanan.
Siapa yang menyuntik dana ke ESB? Ada nama perusahaan modal ventura Alpha JWC Ventures. Mereka dikenal mengincar startup Indonesia dalam tahap awal, sudah menanam modal di GudangAda, Co Learn, Bobobox, PasarPolis, Hangry, Rata, Saturdays, Storie, Mangkok ku, hingga Ajaib. Alpha JWC Ventures memimpin pendanaan di ESB yang diikuti sejumlah perusahaan lain seperti BEENEXT, Vulcan Capital, AC Ventures, dan Skystar Capital.
Seperti apa sebenarnya layanan ESB? ESB adalah penyedia software sistem operasional bisnis kuliner all-in-one yang menghubungkan front-end, back-end, konsumen, dan mitra rantai pasokan untuk restoran.
Usianya cukup muda. Didirikan pada 2014 oleh Gunawan Woen, Eka Prasetya, Setiadi Prawiryo Moeljadi, dan Dwi Prawira. Para foundernya memang sudah memiliki pengalaman selama puluhan tahun dalam sistem operasi dan rantai pasokan bisnis F&B. Bedanya, mereka menawarkan solusi yang di klaim unik karena berbasis teknologi dan cloud. ”ESB lahir karena para pendirinya kesulitan dalam menjalankan bisnis F&B, terutama dalam menggunakan banyak software dalam operasional bisnis mereka,” ujar Gunawan Woen, Co-Founder dan CEO ESB.
Karena itu, ESB memulai usaha dengan menciptakan solusi cloud Perencanaan Sumberdaya Perusahaan (ERP) yang dapat disesuaikan untuk mengganti sistem hardware-based tradisional dan kurang terjangkau. ESB lantas memperluas produk dengan sistem operasional restoran all-in-one yang mencakup sistem Point-of-Sale (POS) dan teknologi Mobile Ordering (ESB Order).
Dengan pendekatan all-in-one, proses operasional lebih pendek, sehingga cocok digunakan oleh pebisnis F&B yang memiliki banyak cabang dan yang berhubungan langsung dengan konsumen.
ESB justru tumbuh sebesar 3 kali lipat dari tahun sebelumnya selama pandemi berlangsung karena permintaan pemesanan dengan sistem touchless yang disediakan oleh ESB melalui layanan ESB Order.
Saat ini, ESB telah memproses Nilai Transaksi Bruto dengan total lebih dari USD500 juta dan diperkirakan akan tumbuh 10 kali dalam dua tahun ke depan. Mereka bahkan bercita-cita mengikuti kesuksesan Toast di Amerika Serikat yang baru-baru ini sukses dalam Initial Public Offering (IPO).
Lalu untuk apa pendanaan baru senilai Rp110 miliar itu? Mereka mengklaim akan memperluas layanan seperti fitur upselling, peningkatan intelegensi bisnis (BI), solusi pengiriman, solusi pembiayaan, sistem finansial, dan sistem informasi sumber daya manusia (HRIS).
Pada awal 2021, ESB juga telah menerima total pendanaan sebesar USD3 juta dari BEENEXT, AC Ventures, Skystar Capital, dan Selera Kapital.
Nama ESB mungkin asing. Karena mereka beroperasi di belakang layar. ESB mengklaim sebagai satu-satunya platform yang mengintegrasi sistem operasional restoran di Indonesia.
Dan ada alasan mengapa mereka bisa meraih pendanaan hingga ratusan miliar sederhana. Sebab, ESB adalah perusahaan yang sudah melayani lebih dari 500 merek F&B. Termasuk para raksasa di industri F&B seperti MAP Boga Adiperkasa, Boga Group, Ismaya Group, Sour Sally Group, hingga Marugame Udon. Klaim mereka, dalam setahun bisa melayani 40 juta pesanan.
Siapa yang menyuntik dana ke ESB? Ada nama perusahaan modal ventura Alpha JWC Ventures. Mereka dikenal mengincar startup Indonesia dalam tahap awal, sudah menanam modal di GudangAda, Co Learn, Bobobox, PasarPolis, Hangry, Rata, Saturdays, Storie, Mangkok ku, hingga Ajaib. Alpha JWC Ventures memimpin pendanaan di ESB yang diikuti sejumlah perusahaan lain seperti BEENEXT, Vulcan Capital, AC Ventures, dan Skystar Capital.
Seperti apa sebenarnya layanan ESB? ESB adalah penyedia software sistem operasional bisnis kuliner all-in-one yang menghubungkan front-end, back-end, konsumen, dan mitra rantai pasokan untuk restoran.
Usianya cukup muda. Didirikan pada 2014 oleh Gunawan Woen, Eka Prasetya, Setiadi Prawiryo Moeljadi, dan Dwi Prawira. Para foundernya memang sudah memiliki pengalaman selama puluhan tahun dalam sistem operasi dan rantai pasokan bisnis F&B. Bedanya, mereka menawarkan solusi yang di klaim unik karena berbasis teknologi dan cloud. ”ESB lahir karena para pendirinya kesulitan dalam menjalankan bisnis F&B, terutama dalam menggunakan banyak software dalam operasional bisnis mereka,” ujar Gunawan Woen, Co-Founder dan CEO ESB.
Karena itu, ESB memulai usaha dengan menciptakan solusi cloud Perencanaan Sumberdaya Perusahaan (ERP) yang dapat disesuaikan untuk mengganti sistem hardware-based tradisional dan kurang terjangkau. ESB lantas memperluas produk dengan sistem operasional restoran all-in-one yang mencakup sistem Point-of-Sale (POS) dan teknologi Mobile Ordering (ESB Order).
Dengan pendekatan all-in-one, proses operasional lebih pendek, sehingga cocok digunakan oleh pebisnis F&B yang memiliki banyak cabang dan yang berhubungan langsung dengan konsumen.
ESB justru tumbuh sebesar 3 kali lipat dari tahun sebelumnya selama pandemi berlangsung karena permintaan pemesanan dengan sistem touchless yang disediakan oleh ESB melalui layanan ESB Order.
Saat ini, ESB telah memproses Nilai Transaksi Bruto dengan total lebih dari USD500 juta dan diperkirakan akan tumbuh 10 kali dalam dua tahun ke depan. Mereka bahkan bercita-cita mengikuti kesuksesan Toast di Amerika Serikat yang baru-baru ini sukses dalam Initial Public Offering (IPO).
Lalu untuk apa pendanaan baru senilai Rp110 miliar itu? Mereka mengklaim akan memperluas layanan seperti fitur upselling, peningkatan intelegensi bisnis (BI), solusi pengiriman, solusi pembiayaan, sistem finansial, dan sistem informasi sumber daya manusia (HRIS).
Pada awal 2021, ESB juga telah menerima total pendanaan sebesar USD3 juta dari BEENEXT, AC Ventures, Skystar Capital, dan Selera Kapital.
(dan)