Studi: Aplikasi Pesan Instan Jadi Alat Populer Para Scammer

Jum'at, 16 Juli 2021 - 20:05 WIB
loading...
Studi: Aplikasi Pesan Instan Jadi Alat Populer Para Scammer
Statistik menunjukkan bahwa phishing di aplikasi messenger instan masih menjadi salah satu alat paling populer di kalangan scammer. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Perusahaan keamanan siber, Kaspersky, mengungkap aplikasi pesan (messaging) kini telah melampaui jejaring sosial, dalam hal alat komunikasi paling populer.

Tidak heran jika aplikasi perpesanan jadi modus favorit penjahat siber dalam membagikan link atau tautan phishing.


Analis Konten Web Senior di Kaspersky Tatyana Shcherbakova, mengatakan, statistik menunjukkan bahwa phishing di aplikasi messenger instan masih menjadi salah satu alat paling populer di kalangan scammer.

"Sebagian karena popularitas aplikasi ini semakin luas di kalangan pengguna, serta kemampuan fungsionalitas bawaan pada aplikasi untuk meluncurkan serangan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (16/7).

Berdasarkan data anonim yang diperoleh secara sukarela oleh Kaspersky Internet Security untuk pengguna Android, telah menunjukkan aplikasi perpesanan mana yang paling populer di antara para scammer phishing.

Secara keseluruhan, Kaspersky menganalisis, klik anonim pada link phishing di seluruh aplikasi messaging seperti, WhatsApp, Viber, Telegram, dan Hangout, dari Desember 2020 hingga Mei 2021, sebanyak 91.242 kali.

Dari hasil tersebut, rupanya WhatsApp menjadi platform paling banyak mendeteksi jumlah tautan berbahaya sebanyak 84,9 persen. Kemudian diikuti Telegram 5.7 persen, Viber 4.9 persen, dan Hangouts 1 persen.



Jumlah pesan berbahaya paling banyak terdeteksi di Rusia (42%), Brasil (17%) dan India (7%). Selain itu, statistik Kaspersky untuk Indonesia menunjukkan sebanyak 738 deteksi untuk WhatsApp dan 39 deteksi untuk Telegram selama periode Desember 2020 hingga Mei 2021.

Dalam hal jumlah serangan phishing yang tercatat per pengguna di WhatsApp, Brasil memimpin dengan 177 deteksi dan disusul oleh India (158). Pada saat yang sama, Rusia menjadi peringkat tertinggi dalam jumlah deteksi berbahaya di Viber (305) dan Telegram (79) dibandingkan dengan negara lainnya.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1420 seconds (0.1#10.140)