Kaspersky: 56% Korban Ransomware Bayar Uang Tebusan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kaspersky melakukan studi terhadap 15.000 konsumen mereka di dunia pada 2020. Hasilnya, 56 persen korban ransomware cenderung mengeluarkan uang untuk membayar tebusan kepada penjahat siber.
Kendati demikian, 17 persen korban percaya, membayar tebusan tidak akan menjamin data yang dikunci kembali dapat diakses.
Ransomware adalah jenis malware yang digunakan para pelaku kejahatan siber untuk melakukan pemerasan uang.
Metode ini dilakukan dengan cara menyimpan data menggunakan enkripsi atau mengunci pengguna dari perangkat mereka, dan memanfaatkannya sebagai tebusan.
Berdasarkan data Kaspersky, mereka yang berusia 35-44 tahun menjadi korban dengan persentase paling tinggi dalam hal membayar uang tebusan untuk memulihkan data mereka, sebanyak dua pertiga (65%) telah mengaku melakukannya.
Kemudian diikuti dengan rentang usia 16-24 tahun (52%) dan hanya 11% dari kategori usia diatas 55 tahun mengaku membayar uang tebusan.
Ini menunjukkan bahwa pengguna berusia lebih muda lebih cenderung membayar tebusan daripada mereka yang berusia di atas 55.
Walaupun begitu, hanya sebanyak 29% korban yang mendapatkan kembali akses menuju data mereka. Separuh (50%) kehilangan setidaknya beberapa file, 32% kehilangan jumlah yang signifikan, dan 18% kehilangan sejumlah kecil file. Sedangkan 13% mengaku kehilangan hampir seluruh datanya.
Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky Marina Titova, mengatakan temuan ini menunjukan proporsi yang signifikan dari konsumen yang membayar tebusan demi data mereka selama kurun waktu 12 bulan terakhir.
Namun menyerahkan uang tidak menjamin kembalinya data, dan hanya mendorong pelaku kejahatan siber untuk melanjutkan praktik tersebut.
"Oleh karena itu, kami selalu menyarankan agar mereka yang terkena ransomware tidak membayar karena uang tersebut mendukung skema ini untuk berkembang," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Saat ini, sekitar empat dari 10 (39%) dari konsumen yang disurvei mengklaim bahwa mereka menyadari praktik ransomware selama 12 bulan terakhir. Penting untuk menyadari potensi angka yang meningkat karena kerja jarak jauh menjadi lebih produktif.
Pengguna juga harus meningkatkan kewaspadaan dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika mereka menghadapi ransomware.
Kendati demikian, 17 persen korban percaya, membayar tebusan tidak akan menjamin data yang dikunci kembali dapat diakses.
Ransomware adalah jenis malware yang digunakan para pelaku kejahatan siber untuk melakukan pemerasan uang.
Metode ini dilakukan dengan cara menyimpan data menggunakan enkripsi atau mengunci pengguna dari perangkat mereka, dan memanfaatkannya sebagai tebusan.
Berdasarkan data Kaspersky, mereka yang berusia 35-44 tahun menjadi korban dengan persentase paling tinggi dalam hal membayar uang tebusan untuk memulihkan data mereka, sebanyak dua pertiga (65%) telah mengaku melakukannya.
Kemudian diikuti dengan rentang usia 16-24 tahun (52%) dan hanya 11% dari kategori usia diatas 55 tahun mengaku membayar uang tebusan.
Ini menunjukkan bahwa pengguna berusia lebih muda lebih cenderung membayar tebusan daripada mereka yang berusia di atas 55.
Walaupun begitu, hanya sebanyak 29% korban yang mendapatkan kembali akses menuju data mereka. Separuh (50%) kehilangan setidaknya beberapa file, 32% kehilangan jumlah yang signifikan, dan 18% kehilangan sejumlah kecil file. Sedangkan 13% mengaku kehilangan hampir seluruh datanya.
Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky Marina Titova, mengatakan temuan ini menunjukan proporsi yang signifikan dari konsumen yang membayar tebusan demi data mereka selama kurun waktu 12 bulan terakhir.
Namun menyerahkan uang tidak menjamin kembalinya data, dan hanya mendorong pelaku kejahatan siber untuk melanjutkan praktik tersebut.
"Oleh karena itu, kami selalu menyarankan agar mereka yang terkena ransomware tidak membayar karena uang tersebut mendukung skema ini untuk berkembang," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Saat ini, sekitar empat dari 10 (39%) dari konsumen yang disurvei mengklaim bahwa mereka menyadari praktik ransomware selama 12 bulan terakhir. Penting untuk menyadari potensi angka yang meningkat karena kerja jarak jauh menjadi lebih produktif.
Pengguna juga harus meningkatkan kewaspadaan dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika mereka menghadapi ransomware.
(wbs)