Ini Alasan Mengapa Pembeli Galaxy S21 Tidak Butuh Charger dan Earphone

Selasa, 19 Januari 2021 - 19:37 WIB
loading...
Ini Alasan Mengapa Pembeli Galaxy S21 Tidak Butuh Charger dan Earphone
Pembeli ponsel flagship Samsung Galaxy S21 mendapat ukuran kotak/kardus yang lebih kecil dan tipis. Itu, karena di dalamnya tidak ada lagi earphone dan charger plug atau kepala charger. Foto: sindonews/danang arradian
A A A
JAKARTA - Pembeli ponsel flagship Samsung Galaxy S21 mendapat ukuran kotak/kardus yang lebih kecil dan tipis. Itu, karena di dalamnya tidak ada lagi earphone dan charger plug atau kepala charger. Mengapa?

Baik Apple maupun Samsung sama-sama sepakat. Bahwa ketiadaan earphone maupun kepala charger itu memiliki tujuan mulia. Selain mendorong kebiasaan atau perilaku ramah lingkungan bagi konsumen, juga untuk mengurangi sampah atau limbah yang berasal dari peralatan elektronik atau e-Waste.



Tentu saja konsumen akan bertanya lagi, apakah memang sebesar itu dampak tidak mengikutsertakan travel charger/kepala charger dan earphone di dalam kotak pembelian terhadap lingkungan hidup?

Mengenal E-Waste
Ini Alasan Mengapa Pembeli Galaxy S21 Tidak Butuh Charger dan Earphone

Kondisi e-Waste yang semakin menjadi masalah bagi lingkungan hidup.

Cara terbaik menjawab pertanyaan tersebut tentu dengan statistik. Pertama, kita mulai dulu dari definisi e-Waste. e-Waste atau sampah elektronik adalah barang-barang elektronik bekas yang sudah tidak dipakai lagi oleh pemiliknya. Ini bisa berupa kabel-kabel, monitor, earphone, dan tentu saja charger.

Pada 2019, total smartphone yang dikapalkan di seluruh dunia mencapai 1,5 miliar unit. Itu belum termasuk tablet, laptop, dan perangkat lainnya.

Nah, perkiraan limbah elektronik yang dihasilkan hanya dari 1,5 miliar kepala charger di kotak smartphone itu mencapai 300,000 ton. Angkanya tinggi sekali!

Laporan tahunan Global E-Waste Monitor 2020 yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut bahwa jumlah sampah elektronik pada 2019 lalu mencapai 53 juta ton. Dan diprediksi akan mencapai 74 juta ton pada 2030, dan melonjak lagi menjadi 120 juta ton pada 2050.

Fakta menarik lain, negara-negara di benua Asia menyumbang sampah elektronik paling banyak di dunia dengan jumlah 25 juta ton, disusul Amerika 13 juta ton, dan Eropa 12 juta ton.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2329 seconds (0.1#10.140)