Menghitung Masa Depan Transmisi Manual, Ditinggalkan atau Dipertahankan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Transmisi manual dalam kendaraan roda empat mulai dipertanyakan. Terlebih lagi banyak pabrikan mobil yang mulai mengurangi populasi mobil yang menggunakan transmisi manual.
Ambil contoh Mercedes-Benz yang sudah memutuskan untuk memasang transmisi manual hanya pada model-model low entry Mercedes-Benz seperti Mercedes-Benz A-Class, Mercedes-Benz GLA dan Mercedes-Benz C-Class. Hanya saja itu hanya untuk sementara waktu karena pada 2030, seluruh mobil Mercedes-Benz hanya hadir dalam transmisi otomatis. (Baca juga : Rezvani Hercules Bikin Tesla Cybertruck dah Hummer EV Kayak Anak Bawang )
Mercedes-Benz beralasan transmisi manual sangat tidak cocok dengan tuntutan yang ada saat ini. Mulai dari efisiensi biaya produksi dan tuntutan emisi yang diberlakukan di beberapa negara khususnya wilayah Eropa. Dari segi penjualan, pabrikan otomotif juga mulai bersikap realistis. Saat ini penjualan mobil transmisi otomatis begitu dominan ketimbang transmisi manual.
Saat ini banyak orang masih memuja transmisi manual karena memang dianggap masih memberikan koneksi yang kuat antara pengemudi dan mobil. Selain itu anggapan akan tingginya efisiensi bahan bakar yang diberikan transmisi manual masih terus. Padahal saat ini teknologi transmisi otomatis juga tidak kalah menyenangkannya ketika digunakan. Presisi dan koneksi yang terjadi di transmisi manual juga terasa di transmisi otomatis berkat penggunaan teknologi kopling ganda. "Kondisi ini sama seperti masyarakat melihat electric window, sekarang semua orang sudah menerima dengan sangat terbuka pada transmisi otomatis," ujar Felipe Munoz, analis dari Jato Dynamic.
Tuntutan untuk menggunakan transmisi otomatis semakin mendesak karena hadirnya teknologi elektrifikasi mulai dari hybrid hingga full battery. Teknologi itu hanya bisa didukung oleh transmisi otomatis. (Baca juga : Mazda Indonesia Merasa Tidak Ketinggalan dalam Akselerasi Mobil Listrik )
Begitu juga dengan tuntutan emisi yang sesuai regulasi. Transmisi manual dianggap tidak bisa memberikan optimalisasi mesin dalam menekan angka emisi. Pasalnya pengguna transmisi manual hanya bisa memperkirakan kapan terjadinya perpindahan transmisi berdasarkan keputusannya sendiri.
Sementara perpindahan transmisi otomatis dilakukan secara komputerisasi. Perhitungannya sudah dilakukan dengan teliti guna mendapatkan tingkat emisi yang telah ditentukan. "Menggunakan transmisi manual itu kerap membuang-buang waktu, karena perpindahannya dilakukan secara individual berdasarkan keinginan penggunanya," ucap Marcus Keith, Seat Chief of Vehicle Development.
Tingkat efisiensi transmisi otomatis juga semakin mudah didapat karena hadirnya teknologi Eco-Innovation seperti throttle coasting. Teknologi ini memungkinkan mobil meluncur dengan RPM yang terjaga tanpa harus menekan pedal gas. Hal ini terjadi karena sistem komputer di transmisi otomatis sudah mendeteksi adanya pergerakan coasting. Kelebihan ini tentu tidak akan didapat dalam transmisi manual.
Ambil contoh Mercedes-Benz yang sudah memutuskan untuk memasang transmisi manual hanya pada model-model low entry Mercedes-Benz seperti Mercedes-Benz A-Class, Mercedes-Benz GLA dan Mercedes-Benz C-Class. Hanya saja itu hanya untuk sementara waktu karena pada 2030, seluruh mobil Mercedes-Benz hanya hadir dalam transmisi otomatis. (Baca juga : Rezvani Hercules Bikin Tesla Cybertruck dah Hummer EV Kayak Anak Bawang )
Mercedes-Benz beralasan transmisi manual sangat tidak cocok dengan tuntutan yang ada saat ini. Mulai dari efisiensi biaya produksi dan tuntutan emisi yang diberlakukan di beberapa negara khususnya wilayah Eropa. Dari segi penjualan, pabrikan otomotif juga mulai bersikap realistis. Saat ini penjualan mobil transmisi otomatis begitu dominan ketimbang transmisi manual.
Saat ini banyak orang masih memuja transmisi manual karena memang dianggap masih memberikan koneksi yang kuat antara pengemudi dan mobil. Selain itu anggapan akan tingginya efisiensi bahan bakar yang diberikan transmisi manual masih terus. Padahal saat ini teknologi transmisi otomatis juga tidak kalah menyenangkannya ketika digunakan. Presisi dan koneksi yang terjadi di transmisi manual juga terasa di transmisi otomatis berkat penggunaan teknologi kopling ganda. "Kondisi ini sama seperti masyarakat melihat electric window, sekarang semua orang sudah menerima dengan sangat terbuka pada transmisi otomatis," ujar Felipe Munoz, analis dari Jato Dynamic.
Tuntutan untuk menggunakan transmisi otomatis semakin mendesak karena hadirnya teknologi elektrifikasi mulai dari hybrid hingga full battery. Teknologi itu hanya bisa didukung oleh transmisi otomatis. (Baca juga : Mazda Indonesia Merasa Tidak Ketinggalan dalam Akselerasi Mobil Listrik )
Begitu juga dengan tuntutan emisi yang sesuai regulasi. Transmisi manual dianggap tidak bisa memberikan optimalisasi mesin dalam menekan angka emisi. Pasalnya pengguna transmisi manual hanya bisa memperkirakan kapan terjadinya perpindahan transmisi berdasarkan keputusannya sendiri.
Sementara perpindahan transmisi otomatis dilakukan secara komputerisasi. Perhitungannya sudah dilakukan dengan teliti guna mendapatkan tingkat emisi yang telah ditentukan. "Menggunakan transmisi manual itu kerap membuang-buang waktu, karena perpindahannya dilakukan secara individual berdasarkan keinginan penggunanya," ucap Marcus Keith, Seat Chief of Vehicle Development.
Tingkat efisiensi transmisi otomatis juga semakin mudah didapat karena hadirnya teknologi Eco-Innovation seperti throttle coasting. Teknologi ini memungkinkan mobil meluncur dengan RPM yang terjaga tanpa harus menekan pedal gas. Hal ini terjadi karena sistem komputer di transmisi otomatis sudah mendeteksi adanya pergerakan coasting. Kelebihan ini tentu tidak akan didapat dalam transmisi manual.