TikTok dan Connective Action: Bima Effect di Viral Jalan Rusak Lampung

Minggu, 11 Juni 2023 - 15:45 WIB
loading...
A A A
Salah satunya dari akun @Th*M*gi*a*a0x mengunggah "Kenapa jalan di Lampung ini mudah rusak karena jalannya ini sering dilewati truk-truk besar yang bawa hasil pertanian. Nggak cuma Lampung, hampir seluruh Sumatera kayak gini problemnya karena pertanian dan rumah masyarakat itu bercampur. Karet, sawit, ubi, jagung, dan lain-lain".

Hingga akhirnya, Presiden Joko Widodo meninjau sejumlah ruas jalan di Lampung yang rusak pada 5 Mei 2023 dalam agenda kunjungan kerjanya.

Menjelang kunjungan Presiden Joko Widodo, beredar di media sosial sejumlah video yang memperlihatkan perbaikan jalan di beberapa wilayah di Lampung. Sejumlah pihak menyebut hal itu terjadi karena "Bima Effect".


Sebuah video yang diunggah oleh akun TikTok @rumahkitalamongan memperlihatkan sejumlah alat berat yang tengah memperbaiki jalanan di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, “Usai viral, di beberapa titik di aspal Pemda Lampung. Sungguh terlalu,” tulis keterangan video. "Terima kasih, Bima. Gara-gara kamu, jalan di Pringsewu diperbaiki," ujar perekam video.

Protes atau gerakan sosial di internet terbentuk secara spontan. Pengguna internet menyampaikan sikapnya di internet dan media sosial secara bersama-sama, disatukan oleh kegelisahan dan keberpihakan terhadap isu tertentu, yang tersebar lewat jejaring sosial. Tidak ada organisasi yang menginisiasi gerakan protes.

Internet bukan hanya mempermudah, tetapi juga mengubah bentuk gerakan protes (Bennett & Segerber, 2012). Lebih lanjut Bennett & Segerber (2012) menjelaskan perubahan ini terjadi karena dua hal.

Pertama akses terhadap informasi dan gerakan yang berlangsung secara cepat dan masif ke banyak orang. Kedua, personalisasi. Internet membuat orang bisa mengungkapkan pendapat atau sikap dengan cara yang sangat personal, sesuai dengan karakter dan kebutuhan dari masing-masing orang.

Gerakan sosial di ranah digital ditandai dengan 1). Tidak ada pemimpin; 2). Tidak ada kelompok yang memperjuangkan isu; 3). Bergerak sendiri-sendiri (Bennett & Segerber, 2012).

Internet dan sosial media menyediakan ruang publik yang (hampir) gratis untuk terkoneksi satu sama lain, serta membentuk project dalam jejaring yang berdasar pada pandangan atau keterikatan pribadi (Castells, 2015).

Aktivisme sosial online telah menjadi bagian integral dari aktivisme. Ketika para aktivis mulai beralih ke media sosial untuk berkomunikasi dengan publik, beberapa platform media sosial seperti Facebook, YouTube, Twitter, dan Flickr mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah daripada media tradisional.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0875 seconds (0.1#10.140)