Bosan di Rumah, Anak-anak Ingin Belajar Tatap Muka Dibanding Online
Senin, 02 Agustus 2021 - 19:00 WIB
Lebih dari setengahnya juga mengaku bahwa mereka merindukan aktivitas bermain dan mengobrol dengan teman-teman di sela-sela kelas. Meskipun begitu, hampir setengah (45 persen) masih menyatakan bahwa mereka lebih menyukai pembelajaran jarak jauh.
"Meskipun cara offline masih merupakan bentuk pendidikan sekolah yang paling efektif, menurut kami, penting untuk memperkenalkan berbagai elemen digital dan interaktif ke dalam proses pendidikan," kata Andrey Andrey Sidenko, Head of Online Child Safety Department di Kaspersky, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (2/8/2021).
Data kami juga menunjukkan mata pelajaran yang paling sulit dipahami oleh anak-anak di kawasan Asia Pasifik selama pembelajaran jarak jauh adalah eksakta dan ilmu alam. Detailnya matematika 48 persen, kimia 28% persen, fisika 25 persen dan biologi 25 persn. Tren ini juga hampir sama ditunjukkan pada wilayah lain secara global.
Sedangkan sebanyak 68 persen orang tua di kawasan Asia Pasifik menyatakan enggan melanjutkan format pembelajaran ini setelah pandemi. Alasan utamanya adalah kekhawatiran tentang anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar (68 persen) dan penurunan kualitas pendidikan secara umum (48 persen).
"Meskipun cara offline masih merupakan bentuk pendidikan sekolah yang paling efektif, menurut kami, penting untuk memperkenalkan berbagai elemen digital dan interaktif ke dalam proses pendidikan," kata Andrey Andrey Sidenko, Head of Online Child Safety Department di Kaspersky, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (2/8/2021).
Data kami juga menunjukkan mata pelajaran yang paling sulit dipahami oleh anak-anak di kawasan Asia Pasifik selama pembelajaran jarak jauh adalah eksakta dan ilmu alam. Detailnya matematika 48 persen, kimia 28% persen, fisika 25 persen dan biologi 25 persn. Tren ini juga hampir sama ditunjukkan pada wilayah lain secara global.
Sedangkan sebanyak 68 persen orang tua di kawasan Asia Pasifik menyatakan enggan melanjutkan format pembelajaran ini setelah pandemi. Alasan utamanya adalah kekhawatiran tentang anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar (68 persen) dan penurunan kualitas pendidikan secara umum (48 persen).
(ysw)
tulis komentar anda