Bosan di Rumah, Anak-anak Ingin Belajar Tatap Muka Dibanding Online

Senin, 02 Agustus 2021 - 19:00 WIB
loading...
Bosan di Rumah, Anak-anak Ingin Belajar Tatap Muka Dibanding Online
Rupanya anak-anak lebih senang melakukan belajar secara tatap muka dibanding online. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Kaspersky baru-baru ini. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Sudah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Segala aktivitas pun akhirnya harus dilakukan dari rumah, salah satunya belajar mengajar.

Kendati demikian, rupanya anak-anak lebih senang melakukan belajar secara tatap muka dibanding online. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Kaspersky baru-baru ini.



Menurut survei, lebih dari separuh atau 55 persen anak-anak di kawasan Asia Pasifik yang beralih ke pembelajaran jarak jauh akibat pandemi lebih memilih pendidikan tatap muka.

Meskipun persentasenya tinggi, dengan hampir 1 dari 2 anak-anak Asia lebih menyukai kelas tatap muka daripada sesi pembelajaran online, nyatanya Asia Pasifik merupakan yang terendah dibandingkan dengan wilayah lain secara global.

Anak-anak di Amerika Latin memiliki preferensi paling tinggi terhadap pendidikan tradisional (75 persen), diikuti oleh Afrika (73 persen) dan Timur Tengah (58 persen).

Sebanyak 74 persen Mayoritas anak-anak di Asia Pasifik tidak menyukai belajar online karena harus menghabiskan banyak waktu di depan layar.



Selain itu 60 persen dari mereka mengalami masalah teknis yang sering terjadi juga menjadi salah satu faktor kekecewaan. Sebanyak 57 persen siswa juga lebih sulit untuk memahami materi pendidikan pada pembelajaran jarak jauh dibandingkan dengan kelas offline.

Lebih dari setengahnya juga mengaku bahwa mereka merindukan aktivitas bermain dan mengobrol dengan teman-teman di sela-sela kelas. Meskipun begitu, hampir setengah (45 persen) masih menyatakan bahwa mereka lebih menyukai pembelajaran jarak jauh.

"Meskipun cara offline masih merupakan bentuk pendidikan sekolah yang paling efektif, menurut kami, penting untuk memperkenalkan berbagai elemen digital dan interaktif ke dalam proses pendidikan," kata Andrey Andrey Sidenko, Head of Online Child Safety Department di Kaspersky, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (2/8/2021).



Data kami juga menunjukkan mata pelajaran yang paling sulit dipahami oleh anak-anak di kawasan Asia Pasifik selama pembelajaran jarak jauh adalah eksakta dan ilmu alam. Detailnya matematika 48 persen, kimia 28% persen, fisika 25 persen dan biologi 25 persn. Tren ini juga hampir sama ditunjukkan pada wilayah lain secara global.

Sedangkan sebanyak 68 persen orang tua di kawasan Asia Pasifik menyatakan enggan melanjutkan format pembelajaran ini setelah pandemi. Alasan utamanya adalah kekhawatiran tentang anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar (68 persen) dan penurunan kualitas pendidikan secara umum (48 persen).
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2805 seconds (0.1#10.140)