Horizon Ingin Menyatukan Stakeholder Logistik dalam Sebuah Platform Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dengan jumlah penduduk besar , puluhan ribu pulau, serta pertumbuhan pengguna internet dan adopsi belanja online yang tinggi, persoalan logistik di Indonesia ternyata masih jadi masalah besar.
Berdasarkan release laporan terakhir bank dunia terkait Logistics Performance Index (LPI) 2019, Indonesia berada pada urutan ke 46 dengan skor 3.15. ”Tantangan yang dihadapi adalah biaya logistik yang cenderung tinggi, proses tracking and visibility masih terbatas, sulitnya memilih layanan dari provider yang tersedia, hingga proses verifikasi layanan provider terpercaya,” ujar David Daniel Luthen, CEO dan Founder dari Horizon.
Meski demikian, David menyebut bahwa pasar logistik pada 2022 akan tumbuh tipis seperti yang diprediksi Supply Chain Indonesia (SCI).
Horizon sendiri merupakan perusahaan teknologi di bidang supply chain terintegrasi. Terbaru, mereka mengenalkan platform supply chain terintegrasi mencakup Marketplace, Delivery Gateway, Transportation Management System, serta Warehouse Management System.
Platform tersebut menurut David diupayakan untuk bisa menjawab tantangan bisnis baik lokal maupun global. Khususnya, perusahaan yang berfokus pada Delivery Gateway, Transportation Management System (TMS), dan Warehouse Management System (WMS).
”Kami ingin memajukan industri logistik di Indonesia dengan cara menyatukan global supply chain melalui platform terintegrasi. Sehingga memudahkan perusahaan memenuhi kebutuhan logistik dan operasional lebih efisien,” ujarnya.
David menyebut ada fragmentasi yang diakibatkan kesenjangan dalam konektivitas antar pihak. Baik dari para pemain logistik, perusahaan pengguna jasa logistik, serta pemerintah.
“Fragmentasi ini menimbulkan berbagai masalah. Misalnya kurangnya visibilitas untuk memantau proses logistik yang sedang berlangsung, kurangnya transparansi harga untuk perusahaan para pengguna jasa logistik, hingga kesulitan melakukan perkiraan permintaan pasar. Turut diperparah pandemi Covid-19 dua tahun terakhir serta situasi geopolitik,” beber David.
Untuk itu, David menyebut industri logistik harus bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Juga, memudahkan layanannya di akses usaha mikro dan UMKM. David percaya masalah fragmentasi dalam dunia supply chain dapat diatasi lewat platform yang mampu menyatukan berbagai pihak di bidang logistik.
”Kami ingin menyatukan pemain logistik, pihak pengguna jasa logistik, serta pemerintah dalam satu digital platform untuk menyelesaikan permasalahan fragmentasi dan permasalahan turunannya,” ungkapnya.
Layanan Horizon sendiri digunakan oleh TIKI. Menurut Chief Executive Officer TIKI Yulina Hastuti, kehadiran sistem yang sudah terintegrasi milik Horizon memberi banyak kemudahan.
”Perusahaan bisa cepat menyelesaikan persoalan, membantu meningkatkan efisiensi dan optimalisasi kinerja operasi perusahaan yang menyangkut supply chain, harga lebih transparan, juga meningkatkan kepuasan konsumen pengguna produk,” ungkapnya.
Berdasarkan release laporan terakhir bank dunia terkait Logistics Performance Index (LPI) 2019, Indonesia berada pada urutan ke 46 dengan skor 3.15. ”Tantangan yang dihadapi adalah biaya logistik yang cenderung tinggi, proses tracking and visibility masih terbatas, sulitnya memilih layanan dari provider yang tersedia, hingga proses verifikasi layanan provider terpercaya,” ujar David Daniel Luthen, CEO dan Founder dari Horizon.
Meski demikian, David menyebut bahwa pasar logistik pada 2022 akan tumbuh tipis seperti yang diprediksi Supply Chain Indonesia (SCI).
Horizon sendiri merupakan perusahaan teknologi di bidang supply chain terintegrasi. Terbaru, mereka mengenalkan platform supply chain terintegrasi mencakup Marketplace, Delivery Gateway, Transportation Management System, serta Warehouse Management System.
Platform tersebut menurut David diupayakan untuk bisa menjawab tantangan bisnis baik lokal maupun global. Khususnya, perusahaan yang berfokus pada Delivery Gateway, Transportation Management System (TMS), dan Warehouse Management System (WMS).
”Kami ingin memajukan industri logistik di Indonesia dengan cara menyatukan global supply chain melalui platform terintegrasi. Sehingga memudahkan perusahaan memenuhi kebutuhan logistik dan operasional lebih efisien,” ujarnya.
David menyebut ada fragmentasi yang diakibatkan kesenjangan dalam konektivitas antar pihak. Baik dari para pemain logistik, perusahaan pengguna jasa logistik, serta pemerintah.
“Fragmentasi ini menimbulkan berbagai masalah. Misalnya kurangnya visibilitas untuk memantau proses logistik yang sedang berlangsung, kurangnya transparansi harga untuk perusahaan para pengguna jasa logistik, hingga kesulitan melakukan perkiraan permintaan pasar. Turut diperparah pandemi Covid-19 dua tahun terakhir serta situasi geopolitik,” beber David.
Untuk itu, David menyebut industri logistik harus bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Juga, memudahkan layanannya di akses usaha mikro dan UMKM. David percaya masalah fragmentasi dalam dunia supply chain dapat diatasi lewat platform yang mampu menyatukan berbagai pihak di bidang logistik.
”Kami ingin menyatukan pemain logistik, pihak pengguna jasa logistik, serta pemerintah dalam satu digital platform untuk menyelesaikan permasalahan fragmentasi dan permasalahan turunannya,” ungkapnya.
Layanan Horizon sendiri digunakan oleh TIKI. Menurut Chief Executive Officer TIKI Yulina Hastuti, kehadiran sistem yang sudah terintegrasi milik Horizon memberi banyak kemudahan.
”Perusahaan bisa cepat menyelesaikan persoalan, membantu meningkatkan efisiensi dan optimalisasi kinerja operasi perusahaan yang menyangkut supply chain, harga lebih transparan, juga meningkatkan kepuasan konsumen pengguna produk,” ungkapnya.
(dan)