3 Syarat Metaverse Berkembang di Indonesia Menurut Operator Telekomunikasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Metaverse , pengalaman imersif terpadu di mana dunia fisik dan dunia digital saling terkait punya tiga syarat untuk bisa berkembang di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Chief Enterprise Data Analytics Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Chirag Sukhadia. Chirag mengatakan, kunci masa depan Metaverse di Indonesia didorong oleh tiga dasar. Yakni kehadiran, interoperabilitas, dan adopsi pelanggan.
Yang pertama kehadiran adalah hadirnya perangkat berteknologi VR/AR terjangkau, seperti headset. Yang kedua interoperabilitas, berarti kemampuan berpindah dengan mulus di antara ruang virtual sambil mempertahankan aset virtual yang sama. ”Dengan demikian, standardisasi teknologi menjadi penting,” ungkapnya.
Terakhir adalah adopsi pelanggan besar-besaran di semua segmen. ”Bukan hanya generasi muda saja,” beber Chirag.
Alam Semesta Virtual
Metaverse menjanjikan interaksi sosial generasi berikutnya di mana dunia digital tampak realistis namun tak terbatas. Unsur Metaverse, antara lain virtual reality (VR), augmented reality (AR), kecerdasan buatan (AI), dan blockchain. ”Metaverse berfokus pada membangun kehadiran di alam semesta virtual untuk meningkatkan pengalaman manusia,” ungkap Chirag.
Meskipun berada di awal evolusinya, Metaverse menarik investasi besar di seluruh industri secara global dan di Indonesia, dengan peluang pendapatan potensial, menurut Bloomberg mencapai USD800 miliar pada 2024.
“Metaverse berkembang pesat beberapa tahun terakhir dan mengalami percepatan sejak pandemi. Ini memberi peluang besar bagi perusahaan telekomunikasi digital untuk menjadi titik masuk berkat konektivitas canggih dan latensi yang lebih rendah yang ditawarkan oleh teknologi 5G,” katanya.
Operator telekomunikasi seperti Indosat Ooredoo Hutchison disebut Chirag memainkan peran penting dalam membentuk ekosistem Metaverse. ”Kami punya basis pelanggan besar dengan segmen IM3 dan 3,” ungkapnya.
Selain itu, Chirag juga menyebut bahwa mereka akan berkolaborasi dengan mitra strategis global, termasuk Cisco, Ericsson, Huawei, dan Nokia, yang memungkinkan interoperabilitas.
Selanjutnya, hanya perlu menunggu layanan komersial 5G, yang sudah sejak tahun lalu di Solo, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan.
Hal tersebut disampaikan oleh Chief Enterprise Data Analytics Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Chirag Sukhadia. Chirag mengatakan, kunci masa depan Metaverse di Indonesia didorong oleh tiga dasar. Yakni kehadiran, interoperabilitas, dan adopsi pelanggan.
Yang pertama kehadiran adalah hadirnya perangkat berteknologi VR/AR terjangkau, seperti headset. Yang kedua interoperabilitas, berarti kemampuan berpindah dengan mulus di antara ruang virtual sambil mempertahankan aset virtual yang sama. ”Dengan demikian, standardisasi teknologi menjadi penting,” ungkapnya.
Terakhir adalah adopsi pelanggan besar-besaran di semua segmen. ”Bukan hanya generasi muda saja,” beber Chirag.
Alam Semesta Virtual
Metaverse menjanjikan interaksi sosial generasi berikutnya di mana dunia digital tampak realistis namun tak terbatas. Unsur Metaverse, antara lain virtual reality (VR), augmented reality (AR), kecerdasan buatan (AI), dan blockchain. ”Metaverse berfokus pada membangun kehadiran di alam semesta virtual untuk meningkatkan pengalaman manusia,” ungkap Chirag.
Meskipun berada di awal evolusinya, Metaverse menarik investasi besar di seluruh industri secara global dan di Indonesia, dengan peluang pendapatan potensial, menurut Bloomberg mencapai USD800 miliar pada 2024.
“Metaverse berkembang pesat beberapa tahun terakhir dan mengalami percepatan sejak pandemi. Ini memberi peluang besar bagi perusahaan telekomunikasi digital untuk menjadi titik masuk berkat konektivitas canggih dan latensi yang lebih rendah yang ditawarkan oleh teknologi 5G,” katanya.
Operator telekomunikasi seperti Indosat Ooredoo Hutchison disebut Chirag memainkan peran penting dalam membentuk ekosistem Metaverse. ”Kami punya basis pelanggan besar dengan segmen IM3 dan 3,” ungkapnya.
Selain itu, Chirag juga menyebut bahwa mereka akan berkolaborasi dengan mitra strategis global, termasuk Cisco, Ericsson, Huawei, dan Nokia, yang memungkinkan interoperabilitas.
Selanjutnya, hanya perlu menunggu layanan komersial 5G, yang sudah sejak tahun lalu di Solo, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan.
(dan)