2021, Digitalisasi di Segala Lini Semakin Kokoh

Senin, 28 Desember 2020 - 11:57 WIB
loading...
A A A
Di Jepang adalah AT7T, perusahaan yang sangat ambisius mengembangkan O-RAN karena berbasis fixed wireless access (FWA) atau setara dengan 5G. "Kita membangun sel kecil sehingga kita bisa menggunakan infrastruktur untuk mobilitas dan wiresless untuk internet rumah," kata Elbaz briefly, pemimpin teknologi AT&T. ( )

Jepang juga merupakan negara yang fokus pada O-RAN di mana Docomo, KDDI, SoftBank, dan Rakuten sudah bergabung dengan Aliansi O-RAN. Jepang beralasan karena O-RAN merupakan oposisi dari RAN yang dikembangkan perusahaan besar seperti Huawei, Nokia, dan Ericsson di mana tidak ada ketergantungan dengan satu perusahaan. "Kita yakin O-RAN akan menjadi evolusi masa depan jaringan telekomunikasi. Jepang akan berkontribusi untuk menciptakan standar RAN yang terbuka untuk seluruh dunia," kata Chief Technology Officer Rakuten Mobile, Tareq Amin.

Kemudian, artificial intelligence (AI/ kecerdasan buatan) bukan lagi tentang kompetisi, tetapi justru akan mendorong bentuk baru kerja sama. Itu didorong oleh serangkaian etika dan prinsip AS yang diadopsi oleh China, AS, Uni Eropa dan negara lain. Mereka mencapai konsensus untuk standar bersama dan norma termasuk dalam hal keselamatan teknis, akuntabilitas dan transparansi dalam menilai kegagalan, menjamin privasi, serta tata kelola data pemerintah.

Hal yang menjadi tantangan dalam operasionalisasi AS dan mengodifikasi untuk standar tertentu. Itu disebabkan Big Tech sudah mengembangkan aplikasi tentang teknologi AI untuk pengenalan wajah. Pemerintah di seluruh belahan dunia juga memiliki kepentingan untuk menghindari terjadinya bencana. Mereka juga berusaha membuat kebijakan agar lembaga nasional dan internasional meminimalkan dampak negatif. "AS dan China sebagai pemimpin AI harus membangun dialog," demikian saran Atlantic Council.

AS harus berkonsultasi dengan aliansinya untuk membawa agenda AI ke G-20 dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Diharapkan terbentuk Komisi AI global di bawah PBB yang bisa menyusun standar dan memonitor penggunaan AI.

2021 merupakan tahun kebangkitan dan adopsi AI di segala lini. Itu ditegaskan oleh Ganes Kesari, pakar teknologi dan big data. Survei McKinsey pada 2020 menyebutkan, 50% perusahaan sudah mengadopsi AI minimal pada salah satu bisnisnya. "Banyak perusahaan melaporkan kalau AI telah menciptakan dampak dengan meningkatkan pendataan dan mengurangi risiko," kata Kesari, dilansir Forbes.

Nilai bisnis AI juga akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi, pandemi juga menciptakan kondisi bagi industri dan bisnis memprioritaskan AI untuk menjamin pengembangan perusahaan. 2021 merupakan tahun di mana AI akan digunakan di sebagian besar industri di dunia.

Contoh paling nyata adalah penggunaan AI pada aplikasi bisnis seperti otomatisasi pabrik, pengalaman pelanggan, pengamatan dan pemeliharaan yang bersifat prediktif. AI juga mentransformasi ritel untuk memahami pelanggan. AI juga bisa merekomendasikan bagaimana warga dan ukuran yang tepat untuk dijual. Promosi produk pun lebih bersifat personalisasi sehingga lebih mengena kepada pelanggan.

Dengan AI, maka ke depan akan terjadi ledakan smart devices dan sensor Internet of Things (IoT). "Lebih dari 35 miliar peralatan akan diperkirakan akan digunakan pada 2021," kata Kesari. Sebagian peralatan itu juga terkoneksi dengan aplikasi berbasis AI yang berbasis komputasi awan.

Hal yang paling dibutuhkan adalah AI akan mentransformasi penemuan obat dan pengembangan kehidupan yang lebih baik selepas pandemi korona. AI juga akan membantu pengembangan vaksin dan memotong waktu pengembangan dari 10 tahun menjadi 10 bulan. Itu sudah terbukti karena Moderna, perusahaan farmasi, menggunakan pendekatan digital dalam pengembangan vaksin. Pada 2021, perkembangan lebih maju akan terjadi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3472 seconds (0.1#10.140)