Penggunaan Teknologi Digital Usai Pandemi Covid-19 Ubah Sistem Kerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah menuntut seluruh negara dan dunia usaha di dunia untuk bersikap adaptif dan inovatif, termasuk dan khususnya dalam menerapkan kerja jarak jauh.
Sama halnya dengan Indonesia. Negara kepulauan ini mengalami lonjakan pekerjaan jarak jauh pascapandemi. Peralihan ke kondisi normal baru menciptakan proses adaptasi dengan kolaborasi asinkron yang mengubah dinamika tim.
Laporan Tenaga Kerja Remote mengungkapkan bahwa 60% perusahaan mendapati peningkatan jumlah pelamar berkualitas tinggi sejak bertransisi ke model tenaga kerja yang tersebar di beragam lokasi.
Selain itu, 55% pengambil keputusan memprioritaskan mempekerjakan individu yang paling memenuhi syarat untuk pekerjaan yang tersedia, di manapun lokasi mereka.
Ketika tenaga kerja menjadi lebih tersebar di banyak lokasi, bekerja secara asinkron menjadi suatu kebutuhan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 44% perusahaan meningkatkan perekrutan pekerja internasional sehingga memerlukan kolaborasi di berbagai zona waktu.
Tim yang tersebar di banyak lokasi memerlukan proses yang dapat beradaptasi. Dengan tidak adanya lagi karyawan yang berbagi ruang kantor secara fisik, sistem yang tidak bisa memenuhi kebutuhan karyawan menjadi usang dan memerlukan perubahan operasional yang sesuai.
Meluasnya implementasi pekerjaan jarak jauh telah mendorong penerapan kolaborasi asinkron yang membuat karyawan berkontribusi dengan kecepatan mereka sendiri, bukan secara real-time atau bersamaan.
Metode sinkron tradisional, yang seringkali bergantung pada pertemuan tatap muka langsung atau pada panggilan video, sedang mengalami perubahan karena beragam organisasi di Indonesia menyadari manfaat dari pendekatan yang lebih fleksibel.
Pada bulan Juni 2021, Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP)
meluncurkan Kelas Eksekutif Asinkron, yakni diklat secara daring dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan para pelaut di Indonesia.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pelaut Indonesia untuk tetap belajar dan meningkatkan ijazah pelaut sesuai dengan kecepatan dan jadwal mereka sendiri. Dengan cara ini, mereka dapat meningkatkan keterampilan dan terus melakukan pekerjaan mereka di kapal pada waktu yang bersamaan.
Sama halnya dengan Indonesia. Negara kepulauan ini mengalami lonjakan pekerjaan jarak jauh pascapandemi. Peralihan ke kondisi normal baru menciptakan proses adaptasi dengan kolaborasi asinkron yang mengubah dinamika tim.
Laporan Tenaga Kerja Remote mengungkapkan bahwa 60% perusahaan mendapati peningkatan jumlah pelamar berkualitas tinggi sejak bertransisi ke model tenaga kerja yang tersebar di beragam lokasi.
Selain itu, 55% pengambil keputusan memprioritaskan mempekerjakan individu yang paling memenuhi syarat untuk pekerjaan yang tersedia, di manapun lokasi mereka.
Ketika tenaga kerja menjadi lebih tersebar di banyak lokasi, bekerja secara asinkron menjadi suatu kebutuhan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 44% perusahaan meningkatkan perekrutan pekerja internasional sehingga memerlukan kolaborasi di berbagai zona waktu.
Tim yang tersebar di banyak lokasi memerlukan proses yang dapat beradaptasi. Dengan tidak adanya lagi karyawan yang berbagi ruang kantor secara fisik, sistem yang tidak bisa memenuhi kebutuhan karyawan menjadi usang dan memerlukan perubahan operasional yang sesuai.
Meluasnya implementasi pekerjaan jarak jauh telah mendorong penerapan kolaborasi asinkron yang membuat karyawan berkontribusi dengan kecepatan mereka sendiri, bukan secara real-time atau bersamaan.
Metode sinkron tradisional, yang seringkali bergantung pada pertemuan tatap muka langsung atau pada panggilan video, sedang mengalami perubahan karena beragam organisasi di Indonesia menyadari manfaat dari pendekatan yang lebih fleksibel.
Pada bulan Juni 2021, Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP)
meluncurkan Kelas Eksekutif Asinkron, yakni diklat secara daring dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan para pelaut di Indonesia.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pelaut Indonesia untuk tetap belajar dan meningkatkan ijazah pelaut sesuai dengan kecepatan dan jadwal mereka sendiri. Dengan cara ini, mereka dapat meningkatkan keterampilan dan terus melakukan pekerjaan mereka di kapal pada waktu yang bersamaan.