UGM Kembangkan Alat Radiografi Digital untuk Bantu Penanganan Covid-19
loading...
A
A
A
Cara kerja alat radiografi digital adalah generator memancarkan sinar X kepada pasien dan generator akan menangkap citra atau bayangan gambar. Jika bagian dada yang diberikan sinar X, gambar dada akan ditangkap dan dikirim ke komputer.
Gambar hasil tangkapan radiographer akan dikirim ke fisika medis untuk diverifikasi, apakah betul nama pasiennya dan permintaan yang diinginkan. Setelah mendapatkan acc atau disetujui, gambar dikirim ke radiologis atau dokter untuk mendapatkan analisis lebih lanjut.
Dengan alat ini, Bayu mengungkapkan bahwa fisika medis maupun radiologis tidak perlu datang setiap hari ke rumah sakit. Mereka hanya perlu jaringan internet untuk bisa bekerja dari rumah.
Bayu dan tim juga membuat bilik khusus untuk proses pengambilan foto agar tetap aman bagi pasien. Bilik akan selalu disterilkan setiap kali pasien selesai melakukan proses foto agar tetap bersih dan aman dari Covid-19.
Berbicara tentang harga, ada perbedaan menonjol antara alat radiografi ciptaan anak bangsa dengan barang yang datang dari luar negeri. Produk buatan dalam negeri akan jauh lebih murah daripada produk luar. Selain itu, perubahan bentuk dan kemampuan alat akan lebih mudah dimodifikasi sesuai permintaan pelanggan jika pembuatnya adalah anak bangsa sendiri. (Baca juga: Mendeteksi Mobil yang Sudah Capek Berkelana)
Bayu menyampaikan jika ada pihak yang berminat dengan teknologi ini tidak perlu menunggu lama. Proses pengerjaannya pun cepat, hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk install semuanya.
Saat ini, pesaing teknologi buatan UGM ini adalah Radiografi Flat Detector (RFD) yang ada di pasaran dengan harga sekitar Rp1,5 miliar. Sementara untuk produk Madeena dapat dijual dengan harga di bawah Rp1 miliar. Tinggi rendahnya harga akan menyesuaikan jumlah produksi jika sudah mendapat izin dari pemerintah.
Kebutuhan terhadap teknologi penanganan Covid-19 tidak hanya sebatas di rumah sakit besar atau wilayah perkotaan. Puskemas juga perlu mendapatkan bantuan alat kesehatan yang mampu mendeteksi dan menangani pasien Covid-19 mengingat jumlah pasien terus bertambah.
“Kita masuk dalam DDR juga, direct digital radiografi. Perbedaannya adalah dosisnya relatif rendah, tegangan dan dayanya juga lebih rendah sehingga bisa dioperasikan di puskesmas,” katanya.
Gambar hasil tangkapan radiographer akan dikirim ke fisika medis untuk diverifikasi, apakah betul nama pasiennya dan permintaan yang diinginkan. Setelah mendapatkan acc atau disetujui, gambar dikirim ke radiologis atau dokter untuk mendapatkan analisis lebih lanjut.
Dengan alat ini, Bayu mengungkapkan bahwa fisika medis maupun radiologis tidak perlu datang setiap hari ke rumah sakit. Mereka hanya perlu jaringan internet untuk bisa bekerja dari rumah.
Bayu dan tim juga membuat bilik khusus untuk proses pengambilan foto agar tetap aman bagi pasien. Bilik akan selalu disterilkan setiap kali pasien selesai melakukan proses foto agar tetap bersih dan aman dari Covid-19.
Berbicara tentang harga, ada perbedaan menonjol antara alat radiografi ciptaan anak bangsa dengan barang yang datang dari luar negeri. Produk buatan dalam negeri akan jauh lebih murah daripada produk luar. Selain itu, perubahan bentuk dan kemampuan alat akan lebih mudah dimodifikasi sesuai permintaan pelanggan jika pembuatnya adalah anak bangsa sendiri. (Baca juga: Mendeteksi Mobil yang Sudah Capek Berkelana)
Bayu menyampaikan jika ada pihak yang berminat dengan teknologi ini tidak perlu menunggu lama. Proses pengerjaannya pun cepat, hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk install semuanya.
Saat ini, pesaing teknologi buatan UGM ini adalah Radiografi Flat Detector (RFD) yang ada di pasaran dengan harga sekitar Rp1,5 miliar. Sementara untuk produk Madeena dapat dijual dengan harga di bawah Rp1 miliar. Tinggi rendahnya harga akan menyesuaikan jumlah produksi jika sudah mendapat izin dari pemerintah.
Kebutuhan terhadap teknologi penanganan Covid-19 tidak hanya sebatas di rumah sakit besar atau wilayah perkotaan. Puskemas juga perlu mendapatkan bantuan alat kesehatan yang mampu mendeteksi dan menangani pasien Covid-19 mengingat jumlah pasien terus bertambah.
“Kita masuk dalam DDR juga, direct digital radiografi. Perbedaannya adalah dosisnya relatif rendah, tegangan dan dayanya juga lebih rendah sehingga bisa dioperasikan di puskesmas,” katanya.