Ilmuwan Ungkap AI Bisa Digunakan untuk Ciptakan Virus yang Lebih Mematikan dari Covid-19
loading...
A
A
A
SAINS - Seorang ahli memperingatkan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) berisiko disalahgunakan untuk menciptakan wabah pandemi yang mematikan.
Sepert dilansir dari Metro Senin (11/9/2023), Mantan eksekutif Google dan pionir AI, Mustafa Suleyman mengatakan, AI dapat digunakan untuk menghasilkan virus atau bakteri jenis baru yang lebih mematikan dan 'kebal' terhadap pengobatan.
Dalam episode siaran audio atau podcast bertajuk The Diary of A CEO, Suleyman mengingatkan bahwa virus bisa menyebar lebih cepat atau mematikan yang pada akhirnya bisa membunuh orang seperti epidemi.
“Kami bekerja dengan teknologi berbahaya. Kita perlu membatasi siapa yang dapat menggunakan perangkat lunak AI, sistem cloud, dan beberapa bahan biologis,” ujarnya.
Suleyman adalah peneliti dan pengusaha AI asal Inggris. Ia juga merupakan salah satu pendiri dan mantan kepala AI terapan di DeepMind, sebuah perusahaan AI milik Google.
Maret lalu, sejumlah penelitian juga mengeluarkan peringatan bahwa AI berisiko digunakan untuk membuat senjata kimia baru.
Beberapa perusahaan AI juga telah mengakui potensi bahaya yang ditimbulkannya, termasuk CEO OpenAI, Google Deepmind, dan Stability AI yang menandatangani pernyataan yang menyerukan pengurangan risiko kepunahan akibat teknologi tersebut
Sepert dilansir dari Metro Senin (11/9/2023), Mantan eksekutif Google dan pionir AI, Mustafa Suleyman mengatakan, AI dapat digunakan untuk menghasilkan virus atau bakteri jenis baru yang lebih mematikan dan 'kebal' terhadap pengobatan.
Dalam episode siaran audio atau podcast bertajuk The Diary of A CEO, Suleyman mengingatkan bahwa virus bisa menyebar lebih cepat atau mematikan yang pada akhirnya bisa membunuh orang seperti epidemi.
“Kami bekerja dengan teknologi berbahaya. Kita perlu membatasi siapa yang dapat menggunakan perangkat lunak AI, sistem cloud, dan beberapa bahan biologis,” ujarnya.
Suleyman adalah peneliti dan pengusaha AI asal Inggris. Ia juga merupakan salah satu pendiri dan mantan kepala AI terapan di DeepMind, sebuah perusahaan AI milik Google.
Maret lalu, sejumlah penelitian juga mengeluarkan peringatan bahwa AI berisiko digunakan untuk membuat senjata kimia baru.
Beberapa perusahaan AI juga telah mengakui potensi bahaya yang ditimbulkannya, termasuk CEO OpenAI, Google Deepmind, dan Stability AI yang menandatangani pernyataan yang menyerukan pengurangan risiko kepunahan akibat teknologi tersebut
(wbs)