Apa Risiko Ketika Data Rekam Medis Kita Bocor?
Minggu, 09 Januari 2022 - 17:05 WIB
JAKARTA - Kasus kebocoran data kembali terjadi tak lama setelah pergantian tahun. Dan tidak tanggung-tanggung, 6 juta data pasien dari banyak rumah sakit Indonesia kembali bocor dan dijual di forum hacker.
Bahkan, kali ini tidak hanya data kependudukan saja. Melainkan data medis pasien. Mulai foto medis, data administrasi pasien, hasil test laboratorium, data ECG dan radiologi.
BACA JUGA: Tren Smartphone 2022 di Indonesia: Ponsel 5G di Bawah Rp2 Juta
Pendiri PT Vaksincom dan pemerhati cybersecurity Alfons Tanujaya mengatakan, tanggapan yang diberikan oleh pemerintah cukup cepat dan patut di apresiasi. ”Sebab, pengelola data segera mengindentifikasi penyebab kebocoran data ini lalu mengumumkan data apa saja yang bocor agar pemilik data tidak jadi korban eksploitasi,” ujarnya.
Menurutnya, pengelola data saat ini harus hati-hati mengelola tanggung jawab yang besar agar hal yang sama tidak terulang lagi.
Menurut Alfons, jika data sudah bocor, menghukum pengelola data tidak ada membatalkan data yang bocor. ”Data yang sudah bocor tidak bisa dibatalkan dan akan selalu bocor,” ujarnya. Lalu, apa yang terjadi ketika data medis bocor?
Menurut Alfons, data medis yang bocor bisa disalahgunakan dan mengakibatkan kerugian besar bagi pemiliknya.
Alfons menyebut pasien jika pasien yang mengalami kebocoran data mengidap penyakit atau kondisi medis tertentu yang sifatnya rahasia dan jika diketahui oleh publik akan mengakibatkan dirinya dijauhi atau diberhentikan dari pekerjaannya, tentu hal ini akan sangat merugikan.
”Atau foto medis pasien yang tidak pantas dilihat lalu disebarkan akan memberikan dampak psikologis yang berat bagi pasien,” ungkapnya.
Menurut Alfons, itu hanya sedikit resiko sehubungan dengan rekam medis yang bocor dan tidak terhitung data pribadi seperti nomor telepon dan data kependudukan yang jelas akan jadi sasaran eksploitasi.
Bahkan, kali ini tidak hanya data kependudukan saja. Melainkan data medis pasien. Mulai foto medis, data administrasi pasien, hasil test laboratorium, data ECG dan radiologi.
BACA JUGA: Tren Smartphone 2022 di Indonesia: Ponsel 5G di Bawah Rp2 Juta
Pendiri PT Vaksincom dan pemerhati cybersecurity Alfons Tanujaya mengatakan, tanggapan yang diberikan oleh pemerintah cukup cepat dan patut di apresiasi. ”Sebab, pengelola data segera mengindentifikasi penyebab kebocoran data ini lalu mengumumkan data apa saja yang bocor agar pemilik data tidak jadi korban eksploitasi,” ujarnya.
Menurutnya, pengelola data saat ini harus hati-hati mengelola tanggung jawab yang besar agar hal yang sama tidak terulang lagi.
Menurut Alfons, jika data sudah bocor, menghukum pengelola data tidak ada membatalkan data yang bocor. ”Data yang sudah bocor tidak bisa dibatalkan dan akan selalu bocor,” ujarnya. Lalu, apa yang terjadi ketika data medis bocor?
Menurut Alfons, data medis yang bocor bisa disalahgunakan dan mengakibatkan kerugian besar bagi pemiliknya.
Alfons menyebut pasien jika pasien yang mengalami kebocoran data mengidap penyakit atau kondisi medis tertentu yang sifatnya rahasia dan jika diketahui oleh publik akan mengakibatkan dirinya dijauhi atau diberhentikan dari pekerjaannya, tentu hal ini akan sangat merugikan.
”Atau foto medis pasien yang tidak pantas dilihat lalu disebarkan akan memberikan dampak psikologis yang berat bagi pasien,” ungkapnya.
Menurut Alfons, itu hanya sedikit resiko sehubungan dengan rekam medis yang bocor dan tidak terhitung data pribadi seperti nomor telepon dan data kependudukan yang jelas akan jadi sasaran eksploitasi.
(dan)
tulis komentar anda