Phising Jadi Serangan Siber Populer di Indonesia, Saat ini Hingga Tahun Depan
Rabu, 08 September 2021 - 16:01 WIB
JAKARTA - Serangan siber yang paling banyak terjadi di Indonesia tahun ini adalah phising. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya.
Alfons mengatakan, walaupun di luar negeri ransomware dan extortionware menjadi rajanya, di Indonesia sendiri banyak insiden justru yang terjadi yang memanfaatkan phishing.
"Indonesia ada cukup banyak kasus tetapi kalau melihat data Indonesia serangan phishing ini yang paling tinggi yang mengeksploitasi dan menyerang celah keamanan dan memanfaatkan data kependudukan yang bocor," ujarnya saat dihubungi melalui pesan singkat, Rabu (8/9/2021).
Menurutnya, phishing paling tinggi karena hal itu memang efektif bahkan untuk mengelabui korbannya yang dilindungi dengan password atau OTP.
Phising sendiri memang mudah dilakukan tanpa perlu memiliki background keterampilan yang tinggi asalkan terampil melakukan rekayasa sosial itu sudah cukup untuk melakukan serangan phishing.
Sementara itu di 2022, serangan siber akan terjadi sangat dinamis, apalagi jika penetrasi IT di Indonesia tinggi.
Jenis serangan seperti ransomware dan extortionware akan cukup meningkat, namun demikian tren phising masih akan tetap tinggi.
"Kelihatannya tren phishing yang mengeksploitasi data kependudukan juga akan tetap marak seiring dengan tingginya penetrasi kehidupan digital di masyarakat Indonesia." pungkasnya.
Alfons mengatakan, walaupun di luar negeri ransomware dan extortionware menjadi rajanya, di Indonesia sendiri banyak insiden justru yang terjadi yang memanfaatkan phishing.
"Indonesia ada cukup banyak kasus tetapi kalau melihat data Indonesia serangan phishing ini yang paling tinggi yang mengeksploitasi dan menyerang celah keamanan dan memanfaatkan data kependudukan yang bocor," ujarnya saat dihubungi melalui pesan singkat, Rabu (8/9/2021).
Menurutnya, phishing paling tinggi karena hal itu memang efektif bahkan untuk mengelabui korbannya yang dilindungi dengan password atau OTP.
Phising sendiri memang mudah dilakukan tanpa perlu memiliki background keterampilan yang tinggi asalkan terampil melakukan rekayasa sosial itu sudah cukup untuk melakukan serangan phishing.
Sementara itu di 2022, serangan siber akan terjadi sangat dinamis, apalagi jika penetrasi IT di Indonesia tinggi.
Jenis serangan seperti ransomware dan extortionware akan cukup meningkat, namun demikian tren phising masih akan tetap tinggi.
"Kelihatannya tren phishing yang mengeksploitasi data kependudukan juga akan tetap marak seiring dengan tingginya penetrasi kehidupan digital di masyarakat Indonesia." pungkasnya.
(wbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda