Serangan 800.000 Phising Incar UKM di Asia Tenggara, Indonesia Tertinggi

Senin, 25 Mei 2020 - 10:58 WIB
Phishing merupakan salah satu jenis serangan rekayasa sosial yang paling fleksibel. Sebab dapat disamarkan dengan banyak cara dan digunakan untuk tujuan yang berbeda. Foto/Ist
JAKARTA - Lebih dari 800.000 serangan phising dilancarkan penjahat siber kepada usaha kecil dan menengah (UKM) di kawasan Asia Tenggara . (Baca juga: Riset Oxford Mencari Vaksin COVID-19 di Ujung Kegagalan )

Hal itu terungkap setelah sistem antiphishing perusahaan keamanan siber global mencegah sebanyak 834.993 upaya phishing terhadap perusahaan dengan 50-250 karyawan. Angka ini memperlihatkan kenaikan 56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan lebih dari 500.000 upaya diblokir.

Komponen ini mendeteksi seluruh aktivitas saat pengguna mencoba mengikuti tautan di internet. Atau dalam email (surel/surat elektronik) ke laman phishing jika tautan tersebut belum ditambahkan ke basis data Kaspersky.

Statistik yang disebutkan dianalisis dari solusi Kaspersky untuk UKM yang beroperasi dengan Windows, Mac OS, dan Linux. Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, mengungkapkan, situasi finansial diiringi dengan kebutuhan mendesak untuk dapat beradaptasi dengan sistem kerja jarak jauh yang dipaksakan tanpa persiapan mumpuni nyatanya telah menempatkan keamanan TI UKM di posisi yang sulit.





Pada saat yang sama, lanjut dia, para pelaku kejahatan siber secara tidak etis menunggangi kekacauan seperti sekarang ini untuk meningkatkan tingkat keberhasilan serangan mereka melalui taktik rekayasa sosial seperti phishing.

"Data menunjukkan upaya demikian mengalami peningkatan karena kami menemukan dan mencegah upaya phishing lebih banyak di tahun ini daripada di 2019 lalu," katanya melalui keterangan resminya, Senin (25/5/2020).

Phishing merupakan salah satu jenis serangan rekayasa sosial yang paling fleksibel. Sebab dapat disamarkan dengan banyak cara dan digunakan untuk tujuan yang berbeda. Serangan rekayasa sosial, atau tipu daya pikiran, mengeksploitasi emosi manusia untuk menipu para pengguna online.

Para pelaku kejahatan siber juga memasukkan topik dan “frasa terkini” terkait dengan COVID-19 ke dalam konten mereka. Ini meningkatkan peluang untuk tautan yang terinfeksi atau lampiran berbahaya dibuka.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More