Israel Bombardir Gaza, Startup Teknologi Palestina Terancam Punah
Sabtu, 21 Oktober 2023 - 09:27 WIB
kepada TechCrunch.
Mobil yang hancur dampak dari serangan membabibuta Israel. Foto: Reuters
Ryan Sturgill, warga negara Amerika dan mantan kepala akselerator Gaza Sky Geeks (GSG) yang dijalankan oleh organisasi LSM Mercy Corps menyebut situasi di lapangan yang mengerikan. Utamanya setelah gelombang penembakan yang dilakukan oleh militer Israel.
Gaza Sky Geeks adalah pusat teknologi terbesar di Palestina, menyediakan berbagai pelatihan teknologi dalam skala besar. Pada 2022, 5.000 developer dan pengembang dari seluruh Tepi Barat dan Gaza lulus dari program ini.
“Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Sekarang kantor-kantor hancur, jalur fiber hancur. Universitas-universitas hancur. Tiga universitas utama di Gaza yang menghasilkan seluruh lulusan ilmu komputer disejajarkan. Saya bahkan tidak tahu apakah orang-orang akan dapat kembali ke Gaza Utara setelah apa yang terjadi saat ini. Institusi pendidikan yang ada di sana telah hilang,” ujar Sturgill.
“Area di sekitar gedung Mercy Corps, yang menampung Gaza Sky Geeks, telah diratakan. Strukturnya berdiri tetapi hancur. Bagian depannya agak sobek,” tambahnya.
Menruut Sturgill, pertumbuhan industri teknologi di Palestina padahal mulai bergerak maju dan tumbuh signifikan.
“Banyak perusahaan Arab Saudi mendirikan kantor pusat (di Palestina) untuk pengembangan semua jenis perusahaan baru. Nvidia, dan perusahaan internasional lainnya, memiliki operasi outsourcing di Palestina. Apple memiliki operasi outsourcing, Microsoft memiliki penelitian dan pengembangan, dan mereka bahkan ingin hal tersebut diperluas. Ada perusahaan yang memiliki 200 pengembang yang berkantor di Ramallah,” katanya.
Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi yang muncul dari Palestina termasuk Mena Analytics (analisis data, yang diinvestasikan oleh Flat6Labs); Olivery (logistik mil terakhir, Flat6Labs, Gaza Sky Geeks Ibtikar Fund); Coretava (loyalitas karyawan dan pelanggan); dan SellEnvo (mitra pemenuhan Amazon).
Mobil yang hancur dampak dari serangan membabibuta Israel. Foto: Reuters
Ryan Sturgill, warga negara Amerika dan mantan kepala akselerator Gaza Sky Geeks (GSG) yang dijalankan oleh organisasi LSM Mercy Corps menyebut situasi di lapangan yang mengerikan. Utamanya setelah gelombang penembakan yang dilakukan oleh militer Israel.
Gaza Sky Geeks adalah pusat teknologi terbesar di Palestina, menyediakan berbagai pelatihan teknologi dalam skala besar. Pada 2022, 5.000 developer dan pengembang dari seluruh Tepi Barat dan Gaza lulus dari program ini.
“Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Sekarang kantor-kantor hancur, jalur fiber hancur. Universitas-universitas hancur. Tiga universitas utama di Gaza yang menghasilkan seluruh lulusan ilmu komputer disejajarkan. Saya bahkan tidak tahu apakah orang-orang akan dapat kembali ke Gaza Utara setelah apa yang terjadi saat ini. Institusi pendidikan yang ada di sana telah hilang,” ujar Sturgill.
“Area di sekitar gedung Mercy Corps, yang menampung Gaza Sky Geeks, telah diratakan. Strukturnya berdiri tetapi hancur. Bagian depannya agak sobek,” tambahnya.
Menruut Sturgill, pertumbuhan industri teknologi di Palestina padahal mulai bergerak maju dan tumbuh signifikan.
“Banyak perusahaan Arab Saudi mendirikan kantor pusat (di Palestina) untuk pengembangan semua jenis perusahaan baru. Nvidia, dan perusahaan internasional lainnya, memiliki operasi outsourcing di Palestina. Apple memiliki operasi outsourcing, Microsoft memiliki penelitian dan pengembangan, dan mereka bahkan ingin hal tersebut diperluas. Ada perusahaan yang memiliki 200 pengembang yang berkantor di Ramallah,” katanya.
Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi yang muncul dari Palestina termasuk Mena Analytics (analisis data, yang diinvestasikan oleh Flat6Labs); Olivery (logistik mil terakhir, Flat6Labs, Gaza Sky Geeks Ibtikar Fund); Coretava (loyalitas karyawan dan pelanggan); dan SellEnvo (mitra pemenuhan Amazon).
Lihat Juga :
tulis komentar anda