Apa Alasan Jeff Bezos Suntik Modal Rp1,1 T ke Startup Lokal Ini?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nama Lummo mungkin tidak terlalu populer. Ini wajar. Selain masih relatif baru, startup tersebut memang memiliki fokus layanan B2B. Tapi, nama Lummo menjadi populer ketika Jeff Bezos, pendiri e-commerce terbesar Amazon, ikut menyuntikkan modal di startup tersebut.
Suntikan dana dari Jeff Bezos adalah investasi kedua yang di dapat Lummo. Dilakukan Bezos lewat perusahaan pengelolaan aset pribadinya, Bezos Expedition, yang mengikuti putaran investasi Seri C terbaru senilai USD80 juta (Rp1,1 triliun) dipimpin oleh Tiger Global dan Sequoia Capital India.
Bagaimana Lummo bisa menarik perhatian Jeff Bezos?
Sebenarnya, layanan Lummo memang tidak jauh dari e-commerce. Lummo adalah perusahaan rintisan yang menyediakan solusi layanan perangkat lunak penghubung bisnis dengan pelanggan (Direct to Consumer - D2C, software-as-a-service - SaaS).
Keikutsertaan Bezos dalam seri pendanaan ini untuk memperkuat ambisi Lummo mempercepat pertumbuhan bisnis pengusaha dan pemilik merek di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara.
Bezos Expedition menganggap bisnis model D2C Lummo selaras dengan Amazon. Yakni, menawarkan peluang kepada pengusaha dan pemilik merek (brand) untuk membangun bisnis kompetitif jangka panjang.
”Tentu bangga sekali. Investasi ini akan digunakan untuk mengembangkan solusi D2C Lummo,” ujar Krishnan Menon, CEO dan Pendiri Lummo.
Menurut Krishnan, salah satu solusi adalah Lummo adalah LummoShop, yang memberi akses pada pelaku usaha dan pemilik merek untuk menganalisa dan menargetkan pelanggan untuk kembali melakukan pembelian melalui catatan dan riwayat pembelian pelanggan.
Termasuk di dalamnya adalah chat commerce, integrasi katalog, custom domain dan situs web khusus, manajemen multi-platform, serta fitur untuk branding bisnis.
Sektor internet di Asia Tenggara memang berkembang pesat, dengan Indonesia sebagai pasar utama. Menurut laporan Google Temasek pada 2020, gross merchandise value (GMV) atau total pembelian online ekonomi internet Asia Tenggara akan mencapai lebih dari USD300 miliar pada 2025.
Sementara GMV di Indonesia diperkirakan mencapai USD124 miliar dari USD44 miliar saat ini. Sayangnya, inklusi digital dan keuangan masih mengalami kesenjangan yang semakin diperburuk oleh pandemi.
Suntikan dana dari Jeff Bezos adalah investasi kedua yang di dapat Lummo. Dilakukan Bezos lewat perusahaan pengelolaan aset pribadinya, Bezos Expedition, yang mengikuti putaran investasi Seri C terbaru senilai USD80 juta (Rp1,1 triliun) dipimpin oleh Tiger Global dan Sequoia Capital India.
Bagaimana Lummo bisa menarik perhatian Jeff Bezos?
Sebenarnya, layanan Lummo memang tidak jauh dari e-commerce. Lummo adalah perusahaan rintisan yang menyediakan solusi layanan perangkat lunak penghubung bisnis dengan pelanggan (Direct to Consumer - D2C, software-as-a-service - SaaS).
Keikutsertaan Bezos dalam seri pendanaan ini untuk memperkuat ambisi Lummo mempercepat pertumbuhan bisnis pengusaha dan pemilik merek di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara.
Bezos Expedition menganggap bisnis model D2C Lummo selaras dengan Amazon. Yakni, menawarkan peluang kepada pengusaha dan pemilik merek (brand) untuk membangun bisnis kompetitif jangka panjang.
”Tentu bangga sekali. Investasi ini akan digunakan untuk mengembangkan solusi D2C Lummo,” ujar Krishnan Menon, CEO dan Pendiri Lummo.
Menurut Krishnan, salah satu solusi adalah Lummo adalah LummoShop, yang memberi akses pada pelaku usaha dan pemilik merek untuk menganalisa dan menargetkan pelanggan untuk kembali melakukan pembelian melalui catatan dan riwayat pembelian pelanggan.
Termasuk di dalamnya adalah chat commerce, integrasi katalog, custom domain dan situs web khusus, manajemen multi-platform, serta fitur untuk branding bisnis.
Sektor internet di Asia Tenggara memang berkembang pesat, dengan Indonesia sebagai pasar utama. Menurut laporan Google Temasek pada 2020, gross merchandise value (GMV) atau total pembelian online ekonomi internet Asia Tenggara akan mencapai lebih dari USD300 miliar pada 2025.
Sementara GMV di Indonesia diperkirakan mencapai USD124 miliar dari USD44 miliar saat ini. Sayangnya, inklusi digital dan keuangan masih mengalami kesenjangan yang semakin diperburuk oleh pandemi.
(dan)