Kejahatan Siber di Indonesia Tinggi, Ini 5 Cara Jaga Data Kita Aman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjaga data tetap aman saat online jadi tantangan besar saat ini. Hal itu wajar, mengingat pengguna layanan internet saat ini mencapai 202,6 juta orang per Januari 2021.
Di samping itu, pengguna layanan digital di Indonesia juga mengalami pertumbuhan sebesar 37% selama pandemi Covid-19.
Perkembangan pesat pada sektor ini diikuti beberapa konsekuensi, seperti maraknya penipuan pembeli, kebocoran data sensitif, atau lebih dikenal dengan cyber-crime.
Berdasarkan survei Cybersecurity Exposure Index (ICE) di tahun 2020, indeks kejahatan siber di Indonesia saat ini mencapai 0,62. Nilai tersebut lebih tinggi dari rata-rata global yang berkisar 0,54.
Hal ini menjadi catatan penting bagi para pelaku bisnis, perbankan, dan industri finansial untuk meningkatkan keamanan siber.
Karena itu, konsumen harus lebih hati-hati dalam menjaga identitas pribadi mereka di dunia online. Termasuk saat berbelanja. Berikut tips meningkatkan kerahasiaan dan keamanan data ketika bertransaksi online menurut Xendit:
1. Jangan memberikan kode one-time password (OTP) ke pihak manapun.
2. Menggunakan kata sandi sulit ditebak namun mudah diingat. Misalnya, alih-alih menggunakan angka tanggal kelahiran, gunakan kalimat seperti: “SayaLahirJumat10Mei”. Faktanya, hacker hanya butuh 10 menit untuk bisa memecahkan kata sandi yang terdiri dari 6 karakter atau kurang. Berdasarkan data Verizon, 80% kasus kebocoran data disebabkan oleh lemahnya kata sandi pengguna.
3. Aktifkan dua lapisan keamanan.Ini contohnya multi-factor authentication (MFA), atau fitur pengenalan wajah dan sidik jari. MFA merupakan salah satu cara terbaik untuk menghindari pembajakan akun. Microsoft mencatatkan percobaan pembajakan akun hingga 300 juta kali setiap harinya, namun aktivasi MFA bisa memblokir 99.9% diantaranya, bahkan walaupun hacker sudah memiliki password kita. Google juga mengklaim bahwa aktivasi MFA bisa memblok 99% percobaan phishing dan 66% percobaan pembajakan email.
4. Ketika belanja online, gunakan layanan cek rekening. Sebelum melakukan transfer untuk pelunasan transaksi online, pembeli bisa mengecek status rekening bank penjual di cekrekening.id. Situs yang dibuat oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI ini mengumpulkan laporan dari rekening-rekening yang biasa dipakai untuk penipuan. Sepanjang 2021, Cekrekening telah menerima laporan aduan penipuan jual-beli online hingga 115.756 kasus, dan 167.675 kasus di tahun lalu.
5. Cek akun media sosial toko. Sebab,maraknya penipuan jual-beli online memiliki pola yang mirip. Biasanya, akun Instagram toko online memiliki jumlah pengikut besar tapi interaksi minim (tidak ada like, comment). Selain itu, foto-fotonya tampak generik, lebih blur, dan resolusi rendah karena biasa diambil dari toko-toko resmi lain.
Di samping itu, pengguna layanan digital di Indonesia juga mengalami pertumbuhan sebesar 37% selama pandemi Covid-19.
Perkembangan pesat pada sektor ini diikuti beberapa konsekuensi, seperti maraknya penipuan pembeli, kebocoran data sensitif, atau lebih dikenal dengan cyber-crime.
Berdasarkan survei Cybersecurity Exposure Index (ICE) di tahun 2020, indeks kejahatan siber di Indonesia saat ini mencapai 0,62. Nilai tersebut lebih tinggi dari rata-rata global yang berkisar 0,54.
Hal ini menjadi catatan penting bagi para pelaku bisnis, perbankan, dan industri finansial untuk meningkatkan keamanan siber.
Karena itu, konsumen harus lebih hati-hati dalam menjaga identitas pribadi mereka di dunia online. Termasuk saat berbelanja. Berikut tips meningkatkan kerahasiaan dan keamanan data ketika bertransaksi online menurut Xendit:
1. Jangan memberikan kode one-time password (OTP) ke pihak manapun.
2. Menggunakan kata sandi sulit ditebak namun mudah diingat. Misalnya, alih-alih menggunakan angka tanggal kelahiran, gunakan kalimat seperti: “SayaLahirJumat10Mei”. Faktanya, hacker hanya butuh 10 menit untuk bisa memecahkan kata sandi yang terdiri dari 6 karakter atau kurang. Berdasarkan data Verizon, 80% kasus kebocoran data disebabkan oleh lemahnya kata sandi pengguna.
3. Aktifkan dua lapisan keamanan.Ini contohnya multi-factor authentication (MFA), atau fitur pengenalan wajah dan sidik jari. MFA merupakan salah satu cara terbaik untuk menghindari pembajakan akun. Microsoft mencatatkan percobaan pembajakan akun hingga 300 juta kali setiap harinya, namun aktivasi MFA bisa memblokir 99.9% diantaranya, bahkan walaupun hacker sudah memiliki password kita. Google juga mengklaim bahwa aktivasi MFA bisa memblok 99% percobaan phishing dan 66% percobaan pembajakan email.
4. Ketika belanja online, gunakan layanan cek rekening. Sebelum melakukan transfer untuk pelunasan transaksi online, pembeli bisa mengecek status rekening bank penjual di cekrekening.id. Situs yang dibuat oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI ini mengumpulkan laporan dari rekening-rekening yang biasa dipakai untuk penipuan. Sepanjang 2021, Cekrekening telah menerima laporan aduan penipuan jual-beli online hingga 115.756 kasus, dan 167.675 kasus di tahun lalu.
5. Cek akun media sosial toko. Sebab,maraknya penipuan jual-beli online memiliki pola yang mirip. Biasanya, akun Instagram toko online memiliki jumlah pengikut besar tapi interaksi minim (tidak ada like, comment). Selain itu, foto-fotonya tampak generik, lebih blur, dan resolusi rendah karena biasa diambil dari toko-toko resmi lain.
(dan)