Penjahat Siber Berkeliaran, Dana Rangkul YesWeHack

Kamis, 21 Oktober 2021 - 08:33 WIB
loading...
Penjahat Siber Berkeliaran,...
Serangan hacker atau kejahatan siber kini tak bisa dipandang sebelah mata, oleh karenanya proteksi dini harus dilakukan. FOTO Ilustrasi/ IST
A A A
JAKARTA - Penjahat siber yang bertebaran di dunia digital tak bisa disepelekan, Dana salah satu perusahaan fintech di Indonesia mengandeng YesWeHack untuk mengamankan e-wallet Dana dan menemukan vulnerability atau kerentanan yang tak terdeteksi oleh audit keamanan biasa.

Selain faktor kenyamanan, akses ke teknologi juga telah membuka akses layanan finansial bagi masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan perbankan (unbanked population), sesuatu yang tidak mungkin terjadi beberapa tahun lalu.



Dana menyediakan infrastruktur open platform untuk berbagai pembayaran agar semua pengguna, baik merchant maupun konsumen, dapat melakukan transaksi non-tunai dan tanpa kartu secara mudah, aman, dan efisien melalui satu aplikasi saja.

Jumlah pengguna e-wallet Dana saat ini sudah meningkat dari 40 juta sebelum pandemi menjadi lebih dari 85 juta pengguna pada akhir September 2021.

“Jutaan orang Indonesia mempercayakan informasi pribadi dan keuangan mereka kepada DANA, dan kami menerima tanggung jawab ini dengan sangat serius. Kami telah mengundang ribuan pakar keamanan dari seluruh dunia untuk menemukan kerentanan di dalam aplikasi e-wallet Dana. Program public bug bounty bersama YesWeHack ini akan dijalankan secara berkelanjutan dan setiap update terbaru akan diperiksa terlebih dahulu. Hal ini demi melindungi data pengguna kami dan mencegah terjadinya insiden keamanan,” kata Andri Purnomo, VP Information Security Dana dalam keterangan persnya Kamis (21/10/2021).

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Visa bertajuk “Powering the Acceleration of Digital-First Experiences” mendapati bahwa 78% orang Indonesia lebih memilih e-wallet sebagai platform pembayaran mereka karena kecepatan transaksi dan kenyamanannya.

Laporan Bank Indonesia menyebutkan bahwa jumlah transaksi digital di Indonesia telah mencapai US$9,2 miliar selama semester pertama 2021, atau naik 41% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ketika berbagai inovasi digital telah mengubah dunia menjadi tempat untuk hidup dan bekerja secara lebih cepat, lebih baik, dan jauh lebih efisien, dunia usaha juga perlu lebih transparan kepada para pengguna mereka. Fokusnya kini bergeser ke arah ancaman keamanan dan cara terbaik menanganinya.

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh CPA Australia di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2019, sebanyak 58,7% UKM di Indonesia sudah memperkirakan bahwa mereka akan menjadi target serangan siber (cyber attack) pada 2020.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1304 seconds (0.1#10.140)