Cegah Kebocoran Data, Begini Cara Indonesia Tangkal Ancaman Siber!

Kamis, 07 November 2024 - 17:16 WIB
loading...
Cegah Kebocoran Data,...
Ancaman keamanan siber jadi isu penting di Indonesia yang harus menjadi fokus pemerintah. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Bayang-bayang ancaman siber menghantui Indonesia. Di tengah pesatnya digitalisasi, kerentanan terhadap serangan siber semakin nyata. Menyadari urgensi ini, Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah tegas dengan menginstruksikan pembentukan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) di setiap lembaga negara.

Langkah strategis ini merupakan respons atas meningkatnya insiden siber di Indonesia. Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan fakta mengerikan: pada 2023 tercatat lebih dari 403 juta anomali dan 347 dugaan insiden siber serius, dengan kebocoran data sebagai insiden terbanyak.

"Insiden besar seperti kebocoran data di beberapa instansi pemerintah semakin menekankan kebutuhan mendesak akan CSIRT," ungkap sumber internal BSSN.

CSIRT: Benteng Pertahanan di Dunia Maya

CSIRT berperan sebagai tim elit dalam dunia keamanan siber. Mereka bertanggung jawab untuk melindungi sistem dan data dari ancaman siber, mendeteksi serangan, merespons insiden dengan cepat, dan memulihkan sistem yang terkena dampak.

"Mulai threat hunting hingga incident handling, CSIRT memainkan peran kunci dalam menjaga kelangsungan layanan digital lembaga-lembaga pemerintahan," jelas Muhammad Haikal, SOC Operation Manager PT Datacomm Diangraha.

Muhammad Haikal mengatakan, keamanan siber bukan sekadar soal teknologi canggih, tetapi juga mencakup kesiapan tim seperti CSIRT dan prosedur yang mampu merespons insiden dengan cepat. "Ketahanan siber (cyber resilience) menjadi kunci untuk meminimalkan dampak gangguan akibat serangan siber," tambahnya.

PT Datacomm Diangraha (Datacomm) mengaku menyediakan solusi komprehensif untuk membangun CSIRT efektif dan tangguh lewat layanan keamanan siber DTrust.

“Kami fokus pada pendekatan yang menyeluruh untuk menciptakan CSIRT yang siap menghadapi berbagai jenis ancaman siber," tambah Haikal.

Haikal menyebut ada banyak hal yang dibutuhkan untuk membangun layanan CSIRT yang tangguh. Misalnya, pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi tim CSIRT dalam mendeteksi, menganalisis, dan merespons insiden siber.



Kemudian, prosedur deteksi dini untuk mengidentifikasi ancaman siber sejak awal. “Panduan dan dukungan untuk memastikan pemulihan sistem yang cepat dan efektif pasca-insiden juga penting,” bebernya.

Terakhir, adalah informasi terkini tentang ancaman siber dan merekomendasikan teknologi keamanan yang sesuai dengan kebutuhan spesifikorganisasi.
(dan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1529 seconds (0.1#10.140)