Video Pria Kulit Hitam Dilabeli Primata, Facebook Perbaiki Teknologi Al
loading...
A
A
A
MENLO PARK - Facebook melayangkan permohonan maaf karena kecerdasan buatan (AI)-nya melabeli pria kulit hitam sebagai 'primata' dalam sebuah video yang diketahui diposting oleh Daily Mail.
AI Facebok meminta pengguna menonton video yang menampilkan pria kulit hitam dengan label "apakah Anda ingin melihat lebih banyak video tentang 'primata'?".
Raksasa media sosial itu merilis pernyataan yang menyebut label rasis sebagai "kesalahan yang tidak dapat diterima." Mereka juga berjanji untuk mencegah hal ini terjadi lagi.
“Seperti yang telah kami katakan, sementara kami telah membuat peningkatan pada AI kami, kami tahu itu tidak sempurna, dan kami memiliki lebih banyak kemajuan untuk dibuat,” kata Dani Lever, juru bicara Facebook , dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Futurism, Selasa (7/9/2021).
“Kami meminta maaf kepada siapa pun yang mungkin telah melihat rekomendasi ofensif ini.” sambungnya.
Ini menjadi contoh lain dalam sejarah rasisme di teknologi AI.
Salah satu kasus lainnya datang dari Twitter. Tepatnya pada tahun lalu ketika terungkap bahwa algoritma pemotongan gambar mereka lebih memilih orang kulit putih daripada orang kulit berwarna.
Ada juga kasus AI pendeteksi ujaran kebencian Google yang akhirnya sangat bias terhadap orang kulit hitam. Juga, pada tahun 2015, Google mendapat kecaman ketika aplikasi Photos mereka melabeli orang kulit hitam sebagai "gorila,".
Seiring berkembangnya teknologi di balik pembelajaran mesin dan AI , semakin jelas bahwa perubahan perlu dilakukan untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam teknologi secara keseluruhan. Agar tercipta produl yang inklusif dan adli bagi seluruh pengguna.
AI Facebok meminta pengguna menonton video yang menampilkan pria kulit hitam dengan label "apakah Anda ingin melihat lebih banyak video tentang 'primata'?".
Raksasa media sosial itu merilis pernyataan yang menyebut label rasis sebagai "kesalahan yang tidak dapat diterima." Mereka juga berjanji untuk mencegah hal ini terjadi lagi.
“Seperti yang telah kami katakan, sementara kami telah membuat peningkatan pada AI kami, kami tahu itu tidak sempurna, dan kami memiliki lebih banyak kemajuan untuk dibuat,” kata Dani Lever, juru bicara Facebook , dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Futurism, Selasa (7/9/2021).
“Kami meminta maaf kepada siapa pun yang mungkin telah melihat rekomendasi ofensif ini.” sambungnya.
Ini menjadi contoh lain dalam sejarah rasisme di teknologi AI.
Salah satu kasus lainnya datang dari Twitter. Tepatnya pada tahun lalu ketika terungkap bahwa algoritma pemotongan gambar mereka lebih memilih orang kulit putih daripada orang kulit berwarna.
Ada juga kasus AI pendeteksi ujaran kebencian Google yang akhirnya sangat bias terhadap orang kulit hitam. Juga, pada tahun 2015, Google mendapat kecaman ketika aplikasi Photos mereka melabeli orang kulit hitam sebagai "gorila,".
Seiring berkembangnya teknologi di balik pembelajaran mesin dan AI , semakin jelas bahwa perubahan perlu dilakukan untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam teknologi secara keseluruhan. Agar tercipta produl yang inklusif dan adli bagi seluruh pengguna.
(wbs)