Startup Ini Bikin Aplikasi untuk Bedakan Keaslian Batik Tulis dan Cetak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Naratik adalah startup asal Jawa Tengah yang punya layanan unik. Mereka mengembangkan aplikasi berbasis mobile yang memanfaatkan teknologi AI untuk mengklasifikasi keaslian batik.
Lebih tepatnya, untuk membedakan antara batik tulis dan batik cetak. Selain itu, aplikasi ini juga mencakup layanan jual beli khusus batik melalui kerjasama dengan UMKM dan industri di level rumah tangga.
Menariknya lagi, Naratik dibentuk oleh mereka yang masih mahasiswa. Antara lain mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Diponegoro, dan Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Naratik sendiri adalah satu dari 14 startup inkubasi Bangkit yang akan mendapat pendanaan alias matching fund sebesar Rp855.712.788 dari Kedaireka, platform terbaru Dirjen Diktiristek yang mewujudkan kolaborasi antara dunia pendidikan tinggi dan industri.
Selain Naratik, ada Adil, Artesia, Baca, Bacara, Buangin, Citizen, Jagawana, Naratik, Next Parking, Obuce, Phoodto, Q-Hope, Samapta, dan Usahaq.
Adapun Bangkit 2021 telah meluluskan 2,250 peserta lulusan pertama Kampus Merdeka yang berhasil menyelesaikan kurikulum pada pembelajaran machine learning, cloud computing, dan Android mobile development.
Dari program ini, terpilih 15 tim dengan ide terbaik yang mendapatkan pendanaan dari Google masing-masing sebesar USD5.000.
Tujuannya, untuk mentransformasi prototype mereka menjadi produk yang memecahkan tantangan nyata di bidang kesehatan hingga lingkungan dan pada akhirnya, siap untuk diperkenalkan pada user/masyarakat.
“Pendanaan ini sangat memotivasi kami untuk terus berkontribusi dan berkomitmen sehingga dapat memberikan dampak nyata yang bermanfaat di industri batik Indonesia,” ujar tim Naratik.
Kedepannya, mereka berencana mengembangkan sisi produk seperti aplikasi mobile, model pembelajaran mesin untuk klasifikasi keaslian serta motif batik sekaligus publikasi research paper, official website Naratik, dan Narashop Website (menyediakan layanan e-commerce eksklusif untuk produk - produk batik asli Indonesia).
”Dari sisi bisnis, kami akan merancang dan mengeksekusi strategi bisnis serta pemasaran yang sesuai dengan target pasar kami, membangun distribution channel & supply chain, menjalin kerjasama dengan UMKM maupun home industry batik, dan juga kerja sama vendor dengan pihak - pihak tertentu sehingga dapat mengembangkan ekosistem yang ada menjadi lebih baik lagi.
Lebih tepatnya, untuk membedakan antara batik tulis dan batik cetak. Selain itu, aplikasi ini juga mencakup layanan jual beli khusus batik melalui kerjasama dengan UMKM dan industri di level rumah tangga.
Menariknya lagi, Naratik dibentuk oleh mereka yang masih mahasiswa. Antara lain mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Diponegoro, dan Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Naratik sendiri adalah satu dari 14 startup inkubasi Bangkit yang akan mendapat pendanaan alias matching fund sebesar Rp855.712.788 dari Kedaireka, platform terbaru Dirjen Diktiristek yang mewujudkan kolaborasi antara dunia pendidikan tinggi dan industri.
Selain Naratik, ada Adil, Artesia, Baca, Bacara, Buangin, Citizen, Jagawana, Naratik, Next Parking, Obuce, Phoodto, Q-Hope, Samapta, dan Usahaq.
Adapun Bangkit 2021 telah meluluskan 2,250 peserta lulusan pertama Kampus Merdeka yang berhasil menyelesaikan kurikulum pada pembelajaran machine learning, cloud computing, dan Android mobile development.
Dari program ini, terpilih 15 tim dengan ide terbaik yang mendapatkan pendanaan dari Google masing-masing sebesar USD5.000.
Tujuannya, untuk mentransformasi prototype mereka menjadi produk yang memecahkan tantangan nyata di bidang kesehatan hingga lingkungan dan pada akhirnya, siap untuk diperkenalkan pada user/masyarakat.
“Pendanaan ini sangat memotivasi kami untuk terus berkontribusi dan berkomitmen sehingga dapat memberikan dampak nyata yang bermanfaat di industri batik Indonesia,” ujar tim Naratik.
Kedepannya, mereka berencana mengembangkan sisi produk seperti aplikasi mobile, model pembelajaran mesin untuk klasifikasi keaslian serta motif batik sekaligus publikasi research paper, official website Naratik, dan Narashop Website (menyediakan layanan e-commerce eksklusif untuk produk - produk batik asli Indonesia).
”Dari sisi bisnis, kami akan merancang dan mengeksekusi strategi bisnis serta pemasaran yang sesuai dengan target pasar kami, membangun distribution channel & supply chain, menjalin kerjasama dengan UMKM maupun home industry batik, dan juga kerja sama vendor dengan pihak - pihak tertentu sehingga dapat mengembangkan ekosistem yang ada menjadi lebih baik lagi.
(dan)