Konspirasi Teknologi HAARP yang Diyakini jadi Senjata Pembuat Bencana Alam

Rabu, 11 Agustus 2021 - 19:58 WIB
loading...
Konspirasi Teknologi HAARP yang Diyakini jadi Senjata Pembuat Bencana Alam
Sebanyak 360 antena besar yang ada di HAARP dituduh banyak orang sebagai senjata pembuat bencana alam. Foto/IST
A A A
ALASKA - Konspirasi teknologi HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) masih terus jadi bidikan pemburu teori konspirasi hingga kini. Setiap kali terjadi bencana alam berskala besar dan menewaskan banyak orang selalu dikaitkan dengan teknologi HAARP.

Seolah-olah HAARP adalah senjata buatan yang bisa digunakan setiap saat untuk kepentingan tertentu. Kecurigaan semakin kuat karena pada 2014 pihak militer Amerika Serikat menutup fasilitas HAARP yang ada di Gakona, Alaska dengan alasan teknologi yang ditawarkan HAARP tidak lagi sesuai dengan keinginan mereka.

Keputusan menutup fasilitas tersebut justru tidak membuat teori-teori konspirasi mereda. Masih banyak yang curiga apalagi penutupan itu bukan benar-benar ditutup. Alih-alih pihak militer Amerika Serikat menyerahkan fasilitas HAARP ke University of Alaska yang juga selalu terlibat dalam proyek-proyek HARP sejak pertama kali berdiri.



Sampai University of Alaska membuka pintu HAARP untuk dikunjungi oleh masyarakat umum pada 2016 lalu teori konspirasi justru tidak pernah pergi. Profesor Alan Robock, klimatologi mengatakan mengontrol kondisi cuaca untuk kepentingan tertentu adalah godaan yang besar. Apalagi jika hal itu digunakan untuk mengontrol cuaca sebuah negara.

"Kita memiliki sejarah yang panjang dalam mengontrol hal itu. Dalam buku Fixing the Sky karya James Flemingg sangat dijelaskan bagaimana hal itu terjadi dalam sejarah Amerika," ujar Profesor Alan Robock seperti dikutip The Guardian.

Konspirasi Teknologi HAARP yang Diyakini jadi Senjata Pembuat Bencana Alam


Amerika nyatanya bukan satu-satunya negara yang memiliki kemampuan tersebut. China malah diyakini mendemonstrasikan senjata yang sama saat penyelenggaraan Olimpiade Beijing 2008. Saat itu China khawatir olimpiade yang harusnya diklaim sebagai olimpiade musim panas justru gagal karena diselenggarakan pada musim hujan di China.
Untuk mencegah turunnya hujan, China menembakkan ribuan roket agar pembukaan Olimpiade Beijing 2008 tidak turun hujan. Nyatanya hujan sama sekali tidak turun di Beijing selama upacara pembukaan Olimpiade Beijing 2008.

China memang menutup rapat-rapat cara kerja roket-roket tersebut dalam merekayasa cuaca. Berbeda dengan China, HAARP yang dimiliki Amerika Serikat justru membuka diri dalam menjelaskan kerja teknologi unik itu.

Di Glakona, Alakska Amerika membangun fasilitas khusus HAARP yang sangat mencolok karena terdapat 360 antena besar. Antena-antena itu bisa 'menembakkan' frekuensi gelombang radio baik rendah dan tinggi keatas atmosfer bumi.



Fungsinya? untuk mempengaruhi Ionosfer dan Stratosfer yang merupakan bagian penting dari atmosfer untuk membakar batu meteor agar tak jatuh bulat-bulat ke bumi.

Jika gelombang radio itu berhasil ditembakkan sampai kesana maka akan membuat ionosfer hangat kemudian memantul kembali ke bumi, menciptakan awan serta molekul lainnya sehingga dapat memanipulasi cuaca disekitar tempat dimana gelombang itu terpantul.

Konspirasi Teknologi HAARP yang Diyakini jadi Senjata Pembuat Bencana Alam


Banyak tidaknya awan tentunya tergantung dari berapa lama antena HAARP menyala memancarkan gelombangnya. Satu buah antena jika dinyalakan akan menghasilkan daya pancar 10 ribu watt.

Tapi jika ke 360 antena itu dihidupkan bersamaan? maka daya pancarnya sangat besar mencapai milyaran watt, cukup untuk memanipulasi cuaca sebuah negara. Bisa dibayangkan bila Amerika Serikat sedang 'jengkel' dengan Korea Utara bisa saja cuaca di kota Pyongyang dibuat mendung berangin ribut sehari, seminggu, sebulan atau setahun tak berhenti secara terus menerus.

Tujuan utama didirikannya HAARP sebenarnya untuk mempelajari lapisan ionosfer agar bisa dijadikan 'radar alami' untuk mendeteksi rudal, pesawat, atau objek lainnya yang sekiranya mengancam negara Amerika. Namun bisa jadi, sesuai pemikiran penganut teori konspirasi, antena-antena itu menjadi senjata pembuat bencana alam. Meski hal itu jelas-jelas ditolak oleh banyak orang.

"Ini bukan senjata sama sekali. Cara kerja radio frekuensi tinggi tidak akan mampu mempengaruhi cuaca meski kita berusaha membuatnya 10 kali lebih besar. Begitu juga anggapan orang kalau HAARP bisa mempengaruhi pikiran orang,frekuensi yang dihasilkan HAARP sangat besar, bermeter-meter panjangnya. Jadi tidak mungkin mempengaruhi pikiran orang," ujar Bob McCoy, Director ofGeophysical Institute at the University of Alaska.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2572 seconds (0.1#10.140)