Perubahan Iklim Membuat Poros Bumi Bergeser, Apa Dampaknya Bagi Kehidupan?

Rabu, 28 April 2021 - 07:17 WIB
loading...
Perubahan Iklim Membuat...
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Sebuah penelitian mengungkapkan, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah meningkatkan pencairan gletser di daerah kutub selama beberapa dekade. Redistribusi air di permukaan bumi akibat pencairan glasial sudah cukup untuk mendorong pergeseran poros planet.

Penemuan yang diterbitkan dalam Geophysical Research Letters memiliki konsekuensi langsung untuk semua bidang ilmu bumi dan luar angkasa.



"Pencairan es yang lebih cepat di bawah pemanasan global adalah kemungkinan besar penyebab perubahan arah pergeseran kutub pada 1990-an," kata penulis utama Shanshan Deng dalam sebuah pernyataan yang dikutip Live Science.

Saat Bumi berputar di porosnya, area di mana garis sumbu tak terlihat berpotongan dengan permukaan planet adalah kutub Utara dan Selatan. Namun, porosnya tidak statis tetapi melayang karena alasan yang masih belum jelas bagi para ilmuwan. Salah satu alasan yang diajukan adalah perubahan distribusi air di permukaan bumi.

Ketika massa bergerak di sekitar permukaan planet kita, itu juga menyebabkan porosnya bergerak, dan sebagai konsekuensinya, kutub pun bergeser. Sejak 2002, para peneliti telah mampu melacak perubahan ini ke poros planet berdasarkan data yang disediakan oleh Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE).

Mereka menemukan bahwa pada tahun 1995 arah pergeseran kutub bergeser dari selatan ke timur, dan kecepatan rata-rata pergeseran ini dari tahun 1995 hingga 2020 adalah 17 kali lebih cepat daripada sebelumnya dari tahun 1981 hingga 1995.



Dengan menggunakan data kehilangan air dan data air tanah mereka menghitung bagaimana air yang tersimpan di darat telah berubah. Temuan mereka mengungkapkan bahwa kehilangan air akibat pencairan gletser di wilayah kutub planet adalah pendorong utama pergeseran poros Bumi ke arah timur.

Sementara kehilangan air dari wilayah non-kutub juga berperan di wilayah di mana pemompaan air tanah dalam jumlah besar untuk tujuan pertanian. "Saya pikir ini membawa bukti yang menarik untuk pertanyaan ini," kata Vincent Humphrey, seorang ilmuwan iklim di Universitas Zurich yang tidak terlibat dalam penelitian ini. "
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4648 seconds (0.1#10.24)