Bisnis Co-Living Didukung Teknologi Diramalkan Bakal Cerah

Rabu, 06 Mei 2020 - 20:49 WIB
loading...
A A A
“Beberapa waktu terakhir, aku meluangkan lebih banyak waktu di apartemenku. Flokq menyediakan internet yang cepat, dan aku juga merasa mudah melakukan pekerjaan di ruang komunal bersama teman-teman flat. Ini terasa nyaman, dan sepertinya aku akan melanjutkan gaya kerja seperti ini bahkan setelah pandemik selesai,” tutur Fati.

Potensi perubahan tren dari co-working menjadi co-living turut disadari oleh Garry (32), entrepreneur startup di Jakarta. Meskipun tinggal di ruang co-living yang disediakan oleh Flokq di kawasan Senopati, dia tetap mampu bekerja sama dengan timnya di ruang co-working di kawasan Mega Kuningan.

Selama pandemik, Garry tetap menjaga koordinasi dengan timnya, selagi dia sendiri dapat membangun network dengan penghuni co-living lain di tempat huniannya.

“Pembatasan sosial umumnya akan mengurangi terjadinya pertemuan ataupun acara-acara lain. Tapi bagi saya resiko tersebut tidak begitu berpengaruh, karena saya tetap dapat bertemu dan membangun network dengan orang yang berada di lingkungan co-living,” kata Garry.

Sejalan banyaknya bisnis yang terimbas akibat pandemik ini, Garry pun berupaya memotong biaya operasional dengan mendorong timnya melakukan kerja jarak jauh. Dari sana, dirinya berencana mengakhiri sewa ruang co-working-nya. Sebagai gantinya, mereka bekerja jarak jauh sepenuhnya dari ruang co-living yang dihuni sekarang.

"Pandemik Covid-19 telah mengubah kebiasan dan gaya hidup masyarakat. Ini juga telah membuat orang terbiasa dan sadar akan norma-norma baru ini, salah satunya adalah bekerja dari rumah," kata Nicholas Pudjiadi, VP Jayakarta Group.
(iqb)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2224 seconds (0.1#10.140)