Cari Obat COVID-19, WHO Akhirnya Setujui Uji Klinis Herbal

Kamis, 24 September 2020 - 22:22 WIB
loading...
Cari Obat COVID-19,...
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menyetujui uji klinis herbal demi mengatasi penyebaran COVID-19. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Sampai sekarang vaksin maupun obat untuk virus Corona baru atau COVID-19 belum juga ditemukan. Semua negara menempuh cara untuk menemukannya, khusus negara Asia , pengobatan herbal ikut ditempuh sebagai alternatif penyembuhan. (Baca juga: Kronologi Penyerangan Mapolres Yalimo Papua )

Terkait upaya mencari pengobatan, akhirnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui uji klinis herbal demi mengatasi penyebaran COVID-19. Laporan terbaru menunjukkan, lisensi WHO akan memungkinkan uji coba fase I/II dari obat-obatan herbal tertentu di beberapa bagian dunia. Bahkan pascamonitoring keamanan dan studi khasiat, peluncuran obat-obatan tersebut juga bisa dipercepat.

Laman Times of India melaporkan, WHO tergerak lebih serius menakar keunggulan dan tingkat keberhasilan yang terlihat dalam penggunaan bahan tradisional dalam menganggulangi wabah penyakit di masa lalu. Salah satunya penyakit Ebola.

Sementara terapi dan perawatan herbal tunduk kepada dukungan ilmiah, langkah terbaru ini membawa kita selangkah lebih dekat untuk memerangi krisis virus mematikan ini. Ada beberapa alasan mengapa herbal perlu menjadi rujukan.

Pertama, obat-obatan herbal sudah digunakan untuk melawan epidemi di masa lalu. Pengobatan herbal dan pengobatan alternatif telah teruji pada beberapa penelitian yang menunjukkan penggunaan profilaksis dari beberapa terapi dapat mempercepat pemulihan bahkan menurunkan tingkat keparahan.

Untuk Anda ketahui, oat-obatan herbal juga banyak digunakan selama krisis Flu Spanyol pada 1918 silam. Di Wuhan, China, yang menjadi awal penyebaran virus Corona, para dokter terus bereksperimen dengan pengunaan obat tradisional China atau TCM untuk mengatasi efek samping yang mengancam jiwa dari beberapa obat konvensional yang digunakan dalam pengobatan.

Obat-obatan China disetujui digunakan pada tahap awal untuk merawat pasien, termasuk penggunaan ramuan tradisional, seperti akar manis, jeruk pahit, dan banyak tumbuhan lainnya.

Alasan kedua, obat herbal ipuji karena penggunaan profilaksisnya. Percobaan paling menarik saat ini yang sedang dilakukan oleh DAILAB IIT Delhi dan Institut Nasional Sains dan Teknologi Industri Lanjutan (AIST) Jepang. Mengomentari susunan biokimia alami, para peneliti mengataka, sifat ashwagandha dapat digunakan untuk menargetkan enzim penyebab penyakit dan memecah protein, Mpro (Main protease), yang bertanggung jawab untuk replikasi dan penyebaran virus.

Ketiga, bahan herbal dapat membantu pengembangan vaksin. Sifat anti-virus yang sama juga telah diamati pada ramuan lain, Propolis Selandia Baru, yang dapat membantu memblokir dan melemahkan struktur virus.

Menariknya, perusahaan farmasi juga terjun ke III eksperimen tersebut. Grup seperti Medicago yang berbasis di Kanada dan perusahaan medis lain yang berbasis di Australia juga sedang bekerja mengembangkan vaksin nabati menggunakan bahan berbasis jamu yang kuat.

Terpisah, Deputi II Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Maya Gustina Andarini, mengatakan, dengan jamu produk herbal tergolong ramuan empiris, yang artinya sudah turun-temurun digunakan sejak zaman nenek moyang.

"Seperti temulawak, beras kencur, kunyit asam, itu kan semua ramuan-ramuan yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita dan klaimnya pun klaim empiris. Kita melihat itu dari beberapa pustaka. Itu untuk jamu tidak perlu uji empiris, sebab kita sudah tahu mengenai keamanannya," ujarnya. (Baca juga: Klaim Gratis, Ternyata Aplikasi Ini Menggeroti Dompet Penggunanya )
(iqb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
WHO Vonis Remaja di...
WHO Vonis Remaja di Eropa Alami Gangguan Mental Akibat Kecanduan Medsos
Riset Terbaru Terkait...
Riset Terbaru Terkait Pelayanan Platform Belanja Online
Dibekali Teknologi Pembelajaran...
Dibekali Teknologi Pembelajaran Canggih, Ide-ide Inovasi Sosial Tercipta
WHO Sebut 1 Miliar Remaja...
WHO Sebut 1 Miliar Remaja di Dunia Bermasalah di Pendengaran Akibat Earphone
Kasus Covid-19 Meningkat...
Kasus Covid-19 Meningkat Lagi, Grab Klaim 70 Persen Pengemudi Sudah Vaksin Booster
Penelitian Terbaru Sebut...
Penelitian Terbaru Sebut Banyak Main Game Bikin Jadi Pintar
Tumbuhan Ganggang Hijau...
Tumbuhan Ganggang Hijau Mampu Hidupkan Komputer Selama 6 Bulan
Hasil Riset Sebut Kebiasaan...
Hasil Riset Sebut Kebiasaan Selfie Akan Membuat Hidung Membesar
Puluhan Ilmuwan dari...
Puluhan Ilmuwan dari 18 Negara Berkumpul di ICMRSI 2022
Rekomendasi
Gokil, Harga Emas Diramal...
Gokil, Harga Emas Diramal Tembus Rp2,1 Juta per Gram
Identitas 12 Jenazah...
Identitas 12 Jenazah Korban Pembunuhan KKB
Tambahan Kuota Petugas...
Tambahan Kuota Petugas Haji untuk Pos Layanan dan Bantuan Jemaah
Berita Terkini
Kitab Kuno Petunjuk...
Kitab Kuno Petunjuk Orang Mati Menuju Keabadian Ditemukan di Mesir
1 jam yang lalu
Manfaatkan Teknologi...
Manfaatkan Teknologi Biometrik, XL Axiata Dukung Pemutakhiran Data Pelanggan
2 jam yang lalu
Ciptakan Ruang Digital...
Ciptakan Ruang Digital yang Aman, Menkomdigi Sarankan Beralih ke eSIM
3 jam yang lalu
OpenAI Gugat Balik Elon...
OpenAI Gugat Balik Elon Musk, Ini Masalahnya
6 jam yang lalu
Kenapa Bumbu Mie Instan...
Kenapa Bumbu Mie Instan Tidak Boleh Dimasak? Ini Jawabannya
7 jam yang lalu
7 Kota dengan Suhu Terpanas...
7 Kota dengan Suhu Terpanas di Dunia yang Bikin Kulit Terasa Terpanggang
11 jam yang lalu
Infografis
Covid-19 Varian EG.5...
Covid-19 Varian EG.5 di Singapura Sudah Menyebar ke Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved