Komdigi Undang Platform Media Sosial Susun Regulasi Perlindungan Anak di Ruang Digital, Ini Langkahnya!
loading...

Salah satu topik utama yang dibahas dalam pertemuan ini adalah batas usia minimum bagi anak untuk membuat akun dan mengakses platform digital secara mandiri. Foto: Komdigi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan sejumlah Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) terkemuka, seperti Google, YouTube, TikTok, Meta, serta perwakilan dari industri Game, Fintech, dan Transportasi.
Pertemuan ini bertujuan untuk mengumpulkan masukan guna memperkuat penyusunan regulasi perlindungan anak di ruang digital.
Dengan melibatkan berbagai pihak, Komdigi berharap aturan yang dihasilkan tidak hanya komprehensif, tetapi juga mudah diimplementasikan dan efektif dalam melindungi anak-anak dari risiko di dunia digital.
Alexander Sabar, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, menegaskan pentingnya kolaborasi ini. "Kami ingin memastikan regulasi ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan perlindungan optimal bagi anak-anak. Keterlibatan berbagai pihak sangat penting agar kebijakan yang disusun tidak hanya kuat secara hukum, tetapi juga bisa diterapkan dengan efektif," ujarnya dalam keterangan resmi.
Fokus Utama: Batas Usia dan Fitur Ramah Anak
Salah satu topik utama yang dibahas dalam pertemuan ini adalah batas usia minimum bagi anak untuk membuat akun dan mengakses platform digital secara mandiri. Diskusi juga mencakup mekanisme verifikasi usia pengguna serta penerapan fitur-fitur yang lebih ramah anak.
Yasmine Meylia, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), menyoroti bahwa di sektor fintech, batas usia sudah diatur melalui syarat kepemilikan KTP, yang mensyaratkan usia minimal 17 tahun. "Artinya, anak-anak atau individu di bawah 17 tahun sudah terlindungi dari pinjaman daring," jelasnya.
"Kami ingin kebijakan ini menjadi pedoman yang bisa diterapkan oleh semua pemangku kepentingan—mulai dari pemerintah, industri teknologi, hingga masyarakat. Dengan begitu, ruang digital yang lebih aman dan inklusif bagi anak bisa terwujud," ucap Aida.
Regulasi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak untuk bersama-sama melindungi anak-anak dari potensi risiko di dunia digital, sekaligus memastikan mereka tetap bisa menikmati manfaat teknologi dengan aman dan bertanggungjawab.
Pertemuan ini bertujuan untuk mengumpulkan masukan guna memperkuat penyusunan regulasi perlindungan anak di ruang digital.
Dengan melibatkan berbagai pihak, Komdigi berharap aturan yang dihasilkan tidak hanya komprehensif, tetapi juga mudah diimplementasikan dan efektif dalam melindungi anak-anak dari risiko di dunia digital.
Alexander Sabar, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, menegaskan pentingnya kolaborasi ini. "Kami ingin memastikan regulasi ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan perlindungan optimal bagi anak-anak. Keterlibatan berbagai pihak sangat penting agar kebijakan yang disusun tidak hanya kuat secara hukum, tetapi juga bisa diterapkan dengan efektif," ujarnya dalam keterangan resmi.
Fokus Utama: Batas Usia dan Fitur Ramah Anak
Salah satu topik utama yang dibahas dalam pertemuan ini adalah batas usia minimum bagi anak untuk membuat akun dan mengakses platform digital secara mandiri. Diskusi juga mencakup mekanisme verifikasi usia pengguna serta penerapan fitur-fitur yang lebih ramah anak.
Yasmine Meylia, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), menyoroti bahwa di sektor fintech, batas usia sudah diatur melalui syarat kepemilikan KTP, yang mensyaratkan usia minimal 17 tahun. "Artinya, anak-anak atau individu di bawah 17 tahun sudah terlindungi dari pinjaman daring," jelasnya.
Komitmen Membangun Ekosistem Digital yang Aman
Aida Rezalina Azhar, Staf Khusus Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga, menegaskan komitmen Komdigi untuk menciptakan kebijakan yang tidak hanya kuat secara hukum, tetapi juga membangun ekosistem digital yang aman dan ramah bagi anak."Kami ingin kebijakan ini menjadi pedoman yang bisa diterapkan oleh semua pemangku kepentingan—mulai dari pemerintah, industri teknologi, hingga masyarakat. Dengan begitu, ruang digital yang lebih aman dan inklusif bagi anak bisa terwujud," ucap Aida.
Langkah Menuju Perlindungan yang Lebih Baik
Pertemuan ini menjadi langkah awal dalam menyusun regulasi yang lebih matang dan terarah. Dengan melibatkan berbagai platform digital dan industri terkait, Komdigi berharap dapat menciptakan ruang digital yang tidak hanya menghibur, tetapi juga aman bagi generasi muda.Regulasi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak untuk bersama-sama melindungi anak-anak dari potensi risiko di dunia digital, sekaligus memastikan mereka tetap bisa menikmati manfaat teknologi dengan aman dan bertanggungjawab.
(dan)