Tren Smart Lighting 2024: Pintu Masuk Generasi Muda ke Ekosistem Smarthome
loading...
A
A
A
Principal Lighting Designer Artmosphere Lighting Design Thomas Agung Jonathan mengatakan, smart lighting bisa meningkatkan kualitas hidup.
“Teknologi smart lighting sudah semakin canggih. Bisa merubah mood ruangan sesuai keinginan. Ada sensor-sensor dan otomatisasi sehingga tidak report menyalakan dan mematikan lampu. Bahkan pengaturan seolah-olah di rumah kosong yang ditinggal lampu bisa menyala otomatis, yang berdampak pada keamanan. Hal-hal seperti ini yang membuat eksperiens hidup lebih baik,” katanya.
Marketing Manager Consumer Signify Commercial Indonesia Burhan Noor Sahid menambahkan, lewat aplikasi WiZ Connected, pengguna bisa melakukan otomatisasi dan penjadwalan. “Misalnya pukul 5 sore lampu menyala dan pukul 6 pagi mati. Atau, mengatur ritme agar menyala atau matinya lampu pelan-pelan dan berlahan,” ungkap Burhan.
Bahkan, Burhan menyebut bahwa lampu WiZ sudah dibekali teknologi SpaceSense yang bekerja dengan gelombang WiFi untuk menyalakan dan mematikan lampu WiZ saat penggunanya bergerak di dalam rumah. “Lampu baru akan menyala ketika Anda masuk ke ruangan,” ungkapnya.
Menurut Burhan, seiring semakin tingginya pengguna smart lighting atau connected lighting ini maka kebutuhan terhadap personalisasi juga semakin tinggi. “Konsumen jadi inginnya macam-macam, dan kami berupaya memenuhi kebutuhan mereka. Smart lighting memungkinkan personalisasi pencahayaan sesuai mood dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan gaya hidup generasi muda yang dinamis. Saat membeli rumah baru, smart lighting sekarang sangat penting,” ungkapnya.
Diawali dari Ruang Keluarga
Jika ingin mulai menggunakan smart lighting, ruangan mana dulu yang diprioritaskan? Thomas Agung Jonathan menyebut, idealnya adalah ruangan yang paling sering dipakai. “Diawali dari ruang keluarga, kemudian ruang tidur, ruang makan, dan selanjutnya ruang hobi,” ungkapnya.
Saat mendesain pencahayaan untuk ruangan, Thomas menyarankan konsumen harus mengetahui hal-hal seperti: “Siapa penggunanya? Apa aktivitasnya? Pengalaman apa yang ingin didapatkan? Dimana posisi lampu paling tepat? Spesifikasi lampunya seperti apa? Dan pengaturan/kontrolnya nanti bagaimana?,” bebernya.
Bahkan, Thomas menyebut dengan 1 bulb/lampu saja mood ruangan bisa langsung berubah. “Karena pencahayaan bisa membangun energi dan vibes. Dengan smart lighting kita tidak harus mengubah dekor atau bahkan renovasi ruangan,”tutupnya.
“Teknologi smart lighting sudah semakin canggih. Bisa merubah mood ruangan sesuai keinginan. Ada sensor-sensor dan otomatisasi sehingga tidak report menyalakan dan mematikan lampu. Bahkan pengaturan seolah-olah di rumah kosong yang ditinggal lampu bisa menyala otomatis, yang berdampak pada keamanan. Hal-hal seperti ini yang membuat eksperiens hidup lebih baik,” katanya.
Marketing Manager Consumer Signify Commercial Indonesia Burhan Noor Sahid menambahkan, lewat aplikasi WiZ Connected, pengguna bisa melakukan otomatisasi dan penjadwalan. “Misalnya pukul 5 sore lampu menyala dan pukul 6 pagi mati. Atau, mengatur ritme agar menyala atau matinya lampu pelan-pelan dan berlahan,” ungkap Burhan.
Bahkan, Burhan menyebut bahwa lampu WiZ sudah dibekali teknologi SpaceSense yang bekerja dengan gelombang WiFi untuk menyalakan dan mematikan lampu WiZ saat penggunanya bergerak di dalam rumah. “Lampu baru akan menyala ketika Anda masuk ke ruangan,” ungkapnya.
Menurut Burhan, seiring semakin tingginya pengguna smart lighting atau connected lighting ini maka kebutuhan terhadap personalisasi juga semakin tinggi. “Konsumen jadi inginnya macam-macam, dan kami berupaya memenuhi kebutuhan mereka. Smart lighting memungkinkan personalisasi pencahayaan sesuai mood dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan gaya hidup generasi muda yang dinamis. Saat membeli rumah baru, smart lighting sekarang sangat penting,” ungkapnya.
Diawali dari Ruang Keluarga
Jika ingin mulai menggunakan smart lighting, ruangan mana dulu yang diprioritaskan? Thomas Agung Jonathan menyebut, idealnya adalah ruangan yang paling sering dipakai. “Diawali dari ruang keluarga, kemudian ruang tidur, ruang makan, dan selanjutnya ruang hobi,” ungkapnya.Saat mendesain pencahayaan untuk ruangan, Thomas menyarankan konsumen harus mengetahui hal-hal seperti: “Siapa penggunanya? Apa aktivitasnya? Pengalaman apa yang ingin didapatkan? Dimana posisi lampu paling tepat? Spesifikasi lampunya seperti apa? Dan pengaturan/kontrolnya nanti bagaimana?,” bebernya.
Bahkan, Thomas menyebut dengan 1 bulb/lampu saja mood ruangan bisa langsung berubah. “Karena pencahayaan bisa membangun energi dan vibes. Dengan smart lighting kita tidak harus mengubah dekor atau bahkan renovasi ruangan,”tutupnya.
(dan)