Tren Smart Lighting 2024: Pintu Masuk Generasi Muda ke Ekosistem Smarthome
loading...
A
A
A
JAKARTA - Smart lighting kian populer di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Harga yang semakin terjangkau menjadikannya pilihan menarik untuk meningkatkan kenyamanan dan menjajaki ekosistem smarthome.
Menurut Statista (2023), pasar smart lighting global diproyeksikan mencapai USD25,8 miliar pada 2027, naik dari USD11,3 miliar di 2021.
Laporan ResearchAndMarkets menyebut bahwa integrasi smart lighting dengan Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) menjadi tren utama.
Burhan Noor Sahid, Marketing Manager Consumer, Signify Commercial Indonesia menyebut ada beberapa hal yang membuat pertumbuhan pasar smart lighting sangat tinggi, termasuk di Indonesia.
Pertama, karena adopsi smartphone yang tinggi. “Smartphone menjadi pusat kendali smart lighting, memudahkan penggunaan dan personalisasi,” ungkapnya.
Kedua, harga semakin terjangkau. “Produk smart lighting semakin beragam dengan harga yang lebih kompetitif,” beber Burhan. Terakhir adalah meningkatnya kesadaran akan smarthome. “Generasi muda tertarik dengan konsep rumah pintar yang modern dan efisien,” ungkap Burhan.
Smart Lighting Jadi Pintu Masuk ke Smart Home di Indonesia
Smart lighting tidak hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga menjadi pintu masuk bagi generasi muda untuk menikmati berbagai manfaat ekosistem smarthome. Foto: Sindonews/Danang Arradian
Memang belum ada data spesifik tentang pasar smart lighting di Indonesia. Namun, Burhan menyebut bahwa peningkatan penjualan smart home device secara umum mengindikasikan tren positif.
Ini bisa dilihat juga dari tingginya penjualan smart lighting di platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada yang menunjukkan peningkatan.
Burhan menyebut bahwa smart lighting sering menjadi langkah awal bagi generasi muda untuk mengadopsi smarthome. “Kemudahan penggunaan dan harga terjangkau menjadikannya pilihan yang menarik,” ungkapnya.
Principal Lighting Designer Artmosphere Lighting Design Thomas Agung Jonathan (tengah) danMarketing Manager Consumer Signify Commercial Indonesia Burhan Noor Sahid (kiri). Foto: Sindonews/Danang Arradian
Principal Lighting Designer Artmosphere Lighting Design Thomas Agung Jonathan mengatakan, smart lighting bisa meningkatkan kualitas hidup.
“Teknologi smart lighting sudah semakin canggih. Bisa merubah mood ruangan sesuai keinginan. Ada sensor-sensor dan otomatisasi sehingga tidak report menyalakan dan mematikan lampu. Bahkan pengaturan seolah-olah di rumah kosong yang ditinggal lampu bisa menyala otomatis, yang berdampak pada keamanan. Hal-hal seperti ini yang membuat eksperiens hidup lebih baik,” katanya.
Marketing Manager Consumer Signify Commercial Indonesia Burhan Noor Sahid menambahkan, lewat aplikasi WiZ Connected, pengguna bisa melakukan otomatisasi dan penjadwalan. “Misalnya pukul 5 sore lampu menyala dan pukul 6 pagi mati. Atau, mengatur ritme agar menyala atau matinya lampu pelan-pelan dan berlahan,” ungkap Burhan.
Bahkan, Burhan menyebut bahwa lampu WiZ sudah dibekali teknologi SpaceSense yang bekerja dengan gelombang WiFi untuk menyalakan dan mematikan lampu WiZ saat penggunanya bergerak di dalam rumah. “Lampu baru akan menyala ketika Anda masuk ke ruangan,” ungkapnya.
Menurut Burhan, seiring semakin tingginya pengguna smart lighting atau connected lighting ini maka kebutuhan terhadap personalisasi juga semakin tinggi. “Konsumen jadi inginnya macam-macam, dan kami berupaya memenuhi kebutuhan mereka. Smart lighting memungkinkan personalisasi pencahayaan sesuai mood dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan gaya hidup generasi muda yang dinamis. Saat membeli rumah baru, smart lighting sekarang sangat penting,” ungkapnya.
Diawali dari Ruang Keluarga
Jika ingin mulai menggunakan smart lighting, ruangan mana dulu yang diprioritaskan? Thomas Agung Jonathan menyebut, idealnya adalah ruangan yang paling sering dipakai. “Diawali dari ruang keluarga, kemudian ruang tidur, ruang makan, dan selanjutnya ruang hobi,” ungkapnya.
Saat mendesain pencahayaan untuk ruangan, Thomas menyarankan konsumen harus mengetahui hal-hal seperti: “Siapa penggunanya? Apa aktivitasnya? Pengalaman apa yang ingin didapatkan? Dimana posisi lampu paling tepat? Spesifikasi lampunya seperti apa? Dan pengaturan/kontrolnya nanti bagaimana?,” bebernya.
Bahkan, Thomas menyebut dengan 1 bulb/lampu saja mood ruangan bisa langsung berubah. “Karena pencahayaan bisa membangun energi dan vibes. Dengan smart lighting kita tidak harus mengubah dekor atau bahkan renovasi ruangan,”tutupnya.
Menurut Statista (2023), pasar smart lighting global diproyeksikan mencapai USD25,8 miliar pada 2027, naik dari USD11,3 miliar di 2021.
Laporan ResearchAndMarkets menyebut bahwa integrasi smart lighting dengan Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) menjadi tren utama.
Burhan Noor Sahid, Marketing Manager Consumer, Signify Commercial Indonesia menyebut ada beberapa hal yang membuat pertumbuhan pasar smart lighting sangat tinggi, termasuk di Indonesia.
Pertama, karena adopsi smartphone yang tinggi. “Smartphone menjadi pusat kendali smart lighting, memudahkan penggunaan dan personalisasi,” ungkapnya.
Kedua, harga semakin terjangkau. “Produk smart lighting semakin beragam dengan harga yang lebih kompetitif,” beber Burhan. Terakhir adalah meningkatnya kesadaran akan smarthome. “Generasi muda tertarik dengan konsep rumah pintar yang modern dan efisien,” ungkap Burhan.
Smart Lighting Jadi Pintu Masuk ke Smart Home di Indonesia
Smart lighting tidak hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga menjadi pintu masuk bagi generasi muda untuk menikmati berbagai manfaat ekosistem smarthome. Foto: Sindonews/Danang ArradianMemang belum ada data spesifik tentang pasar smart lighting di Indonesia. Namun, Burhan menyebut bahwa peningkatan penjualan smart home device secara umum mengindikasikan tren positif.
Ini bisa dilihat juga dari tingginya penjualan smart lighting di platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada yang menunjukkan peningkatan.
Burhan menyebut bahwa smart lighting sering menjadi langkah awal bagi generasi muda untuk mengadopsi smarthome. “Kemudahan penggunaan dan harga terjangkau menjadikannya pilihan yang menarik,” ungkapnya.
Principal Lighting Designer Artmosphere Lighting Design Thomas Agung Jonathan (tengah) danMarketing Manager Consumer Signify Commercial Indonesia Burhan Noor Sahid (kiri). Foto: Sindonews/Danang Arradian
Principal Lighting Designer Artmosphere Lighting Design Thomas Agung Jonathan mengatakan, smart lighting bisa meningkatkan kualitas hidup.
“Teknologi smart lighting sudah semakin canggih. Bisa merubah mood ruangan sesuai keinginan. Ada sensor-sensor dan otomatisasi sehingga tidak report menyalakan dan mematikan lampu. Bahkan pengaturan seolah-olah di rumah kosong yang ditinggal lampu bisa menyala otomatis, yang berdampak pada keamanan. Hal-hal seperti ini yang membuat eksperiens hidup lebih baik,” katanya.
Marketing Manager Consumer Signify Commercial Indonesia Burhan Noor Sahid menambahkan, lewat aplikasi WiZ Connected, pengguna bisa melakukan otomatisasi dan penjadwalan. “Misalnya pukul 5 sore lampu menyala dan pukul 6 pagi mati. Atau, mengatur ritme agar menyala atau matinya lampu pelan-pelan dan berlahan,” ungkap Burhan.
Bahkan, Burhan menyebut bahwa lampu WiZ sudah dibekali teknologi SpaceSense yang bekerja dengan gelombang WiFi untuk menyalakan dan mematikan lampu WiZ saat penggunanya bergerak di dalam rumah. “Lampu baru akan menyala ketika Anda masuk ke ruangan,” ungkapnya.
Menurut Burhan, seiring semakin tingginya pengguna smart lighting atau connected lighting ini maka kebutuhan terhadap personalisasi juga semakin tinggi. “Konsumen jadi inginnya macam-macam, dan kami berupaya memenuhi kebutuhan mereka. Smart lighting memungkinkan personalisasi pencahayaan sesuai mood dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan gaya hidup generasi muda yang dinamis. Saat membeli rumah baru, smart lighting sekarang sangat penting,” ungkapnya.
Diawali dari Ruang Keluarga
Jika ingin mulai menggunakan smart lighting, ruangan mana dulu yang diprioritaskan? Thomas Agung Jonathan menyebut, idealnya adalah ruangan yang paling sering dipakai. “Diawali dari ruang keluarga, kemudian ruang tidur, ruang makan, dan selanjutnya ruang hobi,” ungkapnya.Saat mendesain pencahayaan untuk ruangan, Thomas menyarankan konsumen harus mengetahui hal-hal seperti: “Siapa penggunanya? Apa aktivitasnya? Pengalaman apa yang ingin didapatkan? Dimana posisi lampu paling tepat? Spesifikasi lampunya seperti apa? Dan pengaturan/kontrolnya nanti bagaimana?,” bebernya.
Bahkan, Thomas menyebut dengan 1 bulb/lampu saja mood ruangan bisa langsung berubah. “Karena pencahayaan bisa membangun energi dan vibes. Dengan smart lighting kita tidak harus mengubah dekor atau bahkan renovasi ruangan,”tutupnya.
(dan)