X Turun Peringkat Merek Media Global, Elon Musk Disarankan Ganti Strategi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peringkat platform media sosial X turun dalam daftar merek media global yang diterbitkan oleh konsultan strategi dan valuasi merek berbasis di Inggris, Brand Finance.
Konsultan tersebut menilai Twitter bernilai 5,7 miliar dollar AS pada 2022, turun menjadi hampir 3,9 miliar dollar AS pada 2023 dan terus menurun menjadi 673,3 juta dollar AS pada 2024.
“Perubahan nama dari Twitter menjadi X seperti judi yang berpotensi memberikan kelahiran kembali dan mendorong (perusahaan) ke level baru. Tetapi sekarang strategi tersebut tampaknya telah salah arah," ujar managing director Brand Finance Richard Haigh melansir Arabnews, Kamis (19/9/2024).
Perubahan nama Twitter oleh Elon Musk, lanjut Haigh, diakui secara global. Namun, telah mengakibatkan penurunan drastis dan tiba-tiba dalam nilai merek dan kekuatannya. Selain itu, ia menambahkan, strategi Musk untuk membuka mandat kebebasan berbicara tidak memiliki pagar pengaman yang bisa memberikan kepercayaan kepada pengiklan bahwa konten mereka tidak akan muncul bersama konten lain yang tidak sesuai dengan nilai merek.
“Dua keputusan ini dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan, pada akhirnya mengakibatkan hilangnya pengiklan yang substansial dengan pendapatan iklan menurun dari lebih dari 1 miliar dollar AS per kuartal pada 2022 menjadi sekitar 600 juta dollar AS per kuartal pada 2023 - penurunan tajam untuk merek dimana penjualan iklan mewakili sekitar tiga perempat dari total pendapatan," kata Haigh.
Laporan tersebut juga menemukan skor Brand Strength Index X mengukur kekuatan relatif merek berdasarkan faktor-faktor seperti investasi pemasaran, ekuitas pemegang saham, dan kinerja bisnis, turun 12,7 poin dari tahun lalu.
Penurunan ini cerminan dari kinerja yang lemah dalam hal reputasi dan metrik rekomendasi yang menggarisbawahi krisis reputasi utama. "X tetap menjadi platform yang relevan yang diandalkan oleh jutaan orang, berkat manfaat jangka panjang dari basis pengguna dan massa kritis yang sudah dimilikinya," tutur Haigh.
Ia meyakini dengan manajemen cermat dan strategi yang jelas, masih ada potensi bagi X untuk pulih dan mendapatkan kembali kekuatannya. Salah satu strategi tersebut dengan cara memikirkan kembali nama karena Twitter memiliki keunikan yang sulit dipadankan oleh satu huruf.
"X adalah bisnis yang membutuhkan konsumen untuk menggunakannya, tetapi juga membutuhkan bisnis untuk mendanainya. Kepercayaan adalah masalah utama yang perlu diatasi," ucap Haigh.
Konsultan tersebut menilai Twitter bernilai 5,7 miliar dollar AS pada 2022, turun menjadi hampir 3,9 miliar dollar AS pada 2023 dan terus menurun menjadi 673,3 juta dollar AS pada 2024.
“Perubahan nama dari Twitter menjadi X seperti judi yang berpotensi memberikan kelahiran kembali dan mendorong (perusahaan) ke level baru. Tetapi sekarang strategi tersebut tampaknya telah salah arah," ujar managing director Brand Finance Richard Haigh melansir Arabnews, Kamis (19/9/2024).
Perubahan nama Twitter oleh Elon Musk, lanjut Haigh, diakui secara global. Namun, telah mengakibatkan penurunan drastis dan tiba-tiba dalam nilai merek dan kekuatannya. Selain itu, ia menambahkan, strategi Musk untuk membuka mandat kebebasan berbicara tidak memiliki pagar pengaman yang bisa memberikan kepercayaan kepada pengiklan bahwa konten mereka tidak akan muncul bersama konten lain yang tidak sesuai dengan nilai merek.
“Dua keputusan ini dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan, pada akhirnya mengakibatkan hilangnya pengiklan yang substansial dengan pendapatan iklan menurun dari lebih dari 1 miliar dollar AS per kuartal pada 2022 menjadi sekitar 600 juta dollar AS per kuartal pada 2023 - penurunan tajam untuk merek dimana penjualan iklan mewakili sekitar tiga perempat dari total pendapatan," kata Haigh.
Laporan tersebut juga menemukan skor Brand Strength Index X mengukur kekuatan relatif merek berdasarkan faktor-faktor seperti investasi pemasaran, ekuitas pemegang saham, dan kinerja bisnis, turun 12,7 poin dari tahun lalu.
Penurunan ini cerminan dari kinerja yang lemah dalam hal reputasi dan metrik rekomendasi yang menggarisbawahi krisis reputasi utama. "X tetap menjadi platform yang relevan yang diandalkan oleh jutaan orang, berkat manfaat jangka panjang dari basis pengguna dan massa kritis yang sudah dimilikinya," tutur Haigh.
Ia meyakini dengan manajemen cermat dan strategi yang jelas, masih ada potensi bagi X untuk pulih dan mendapatkan kembali kekuatannya. Salah satu strategi tersebut dengan cara memikirkan kembali nama karena Twitter memiliki keunikan yang sulit dipadankan oleh satu huruf.
"X adalah bisnis yang membutuhkan konsumen untuk menggunakannya, tetapi juga membutuhkan bisnis untuk mendanainya. Kepercayaan adalah masalah utama yang perlu diatasi," ucap Haigh.