Peran Hyperscaler Cloud dalam Perkembangan Teknologi Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam era digital saat ini, peran Hyperscaler Cloud menjadi semakin penting bagi perusahaan untuk menjalankan bisnis dengan efisien, terlebih lagi pemain besar pada Hyperscaler cloud adalah Google Cloud dan AWS Cloud yang sudah tidak asing di telinga.
Dalam mengelola operasional infrastruktur Cloud terutama Hyperscaler yang dijalankan pada Google Cloud dan AWS Cloud, perusahaan seringkali mengalami berbagai tantangan.
''Lintasarta Cloudeka merupakan solusi berbasis cloud yang dapat mendukung efisiensi operasional bagi industri. Lintasarta Cloudeka sudah berumur 10 tahun, dan telah memberikan layanan cloud di Indonesia untuk mendukung sistem teknologi informasi di Indonesia.,” tutur Managed Service VP Lintasarta, M. Dian Irfan
Berangkat dari hal itu, Lintasarta siap membantu perusahaan memacu bisnis di era serba digital seperti sekarang ini.
Hadir dengan solusi Managed Hyperscalers, solusi Managed Service menyediakan ahli pengelolaan infrastruktur Cloud yang berfokus pada kekuatan Google Cloud Platform (GCP) dan Amazon Web Service (AWS).
Dalam artikel ini, Lintasarta akan membahas beberapa tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengelola infrastruktur cloud mereka, serta bagaimana Managed Hyperscalers dapat membantu mengatasi tantangan tersebut.
Tantangan mengelola Hyperscaler Cloud
Penerapan Cloud tidak luput dari beberapa kendala. Umumnya ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pengelola IT, yakni:
Monitoring & alerting
Pemantauan beban kerja dan pemberitahuan kontekstual (contextual alert) merupakan hal yang penting dalam mengelola Hyperscaler Cloud. Namun, perusahaan seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan hal ini, sehingga menyebabkan masalah dalam kinerja sistem.
Acceleration adoption
Kurangnya panduan atau pengetahuan mengenai Hyperscler Cloud khususnya di Google Cloud dan AWS Cloud masih menjadi kendala bagi banyak perusahaan.
Boost productivity
Integrasi manual dan skalabilitas merupakan tantangan lain yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengelola Hyperscaler Cloud. Perusahaan seringkali mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan dan melakukan skalabilitas pada Hyperscaler cloud mereka dengan infrastruktur lainnya.
Talent shortage
Pengelolaan Hyperscaler Cloud pada Google Cloud dan AWS Cloud memerlukan sumber daya atau staf yang bersertifikat. Namun, cenderung mahal dan sulit dicari. Di 2022, penelitian International Labour Organization (ILO) mengutarakan kekurangan keterampilan TIK di tujuh negara, termasuk Indonesia.
Performance, availability, and complexity
Performa dan availability merupakan tantangan lain yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengelola Hyperscaler Cloud mereka. Selain itu, kompleksitas dari Hyperscaler cloud juga perlu diperhatikan karena infrastruktur dan layanan yang sangat skalabel membuat pengelolaan layanan menjadi lebih rumit.
Survei eksekutif B&CM AS mengungkapkan bahwa sebagian besar (95%) mengganggap cloud sebagai landasan strategi digital dan percaya bahwa cloud dinilai sangat penting untuk menggerakkan pendapatan dan mempertahankan posisi yang kuat di pasar.
Selain itu, cloud dinilai juga sebagai kombinasi teknologi lain misalnya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), serta Analytics.
Dalam mengelola operasional infrastruktur Cloud terutama Hyperscaler yang dijalankan pada Google Cloud dan AWS Cloud, perusahaan seringkali mengalami berbagai tantangan.
''Lintasarta Cloudeka merupakan solusi berbasis cloud yang dapat mendukung efisiensi operasional bagi industri. Lintasarta Cloudeka sudah berumur 10 tahun, dan telah memberikan layanan cloud di Indonesia untuk mendukung sistem teknologi informasi di Indonesia.,” tutur Managed Service VP Lintasarta, M. Dian Irfan
Berangkat dari hal itu, Lintasarta siap membantu perusahaan memacu bisnis di era serba digital seperti sekarang ini.
Hadir dengan solusi Managed Hyperscalers, solusi Managed Service menyediakan ahli pengelolaan infrastruktur Cloud yang berfokus pada kekuatan Google Cloud Platform (GCP) dan Amazon Web Service (AWS).
Dalam artikel ini, Lintasarta akan membahas beberapa tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengelola infrastruktur cloud mereka, serta bagaimana Managed Hyperscalers dapat membantu mengatasi tantangan tersebut.
Tantangan mengelola Hyperscaler Cloud
Penerapan Cloud tidak luput dari beberapa kendala. Umumnya ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pengelola IT, yakni:
Monitoring & alerting
Pemantauan beban kerja dan pemberitahuan kontekstual (contextual alert) merupakan hal yang penting dalam mengelola Hyperscaler Cloud. Namun, perusahaan seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan hal ini, sehingga menyebabkan masalah dalam kinerja sistem.
Acceleration adoption
Kurangnya panduan atau pengetahuan mengenai Hyperscler Cloud khususnya di Google Cloud dan AWS Cloud masih menjadi kendala bagi banyak perusahaan.
Boost productivity
Integrasi manual dan skalabilitas merupakan tantangan lain yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengelola Hyperscaler Cloud. Perusahaan seringkali mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan dan melakukan skalabilitas pada Hyperscaler cloud mereka dengan infrastruktur lainnya.
Talent shortage
Pengelolaan Hyperscaler Cloud pada Google Cloud dan AWS Cloud memerlukan sumber daya atau staf yang bersertifikat. Namun, cenderung mahal dan sulit dicari. Di 2022, penelitian International Labour Organization (ILO) mengutarakan kekurangan keterampilan TIK di tujuh negara, termasuk Indonesia.
Performance, availability, and complexity
Performa dan availability merupakan tantangan lain yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengelola Hyperscaler Cloud mereka. Selain itu, kompleksitas dari Hyperscaler cloud juga perlu diperhatikan karena infrastruktur dan layanan yang sangat skalabel membuat pengelolaan layanan menjadi lebih rumit.
Survei eksekutif B&CM AS mengungkapkan bahwa sebagian besar (95%) mengganggap cloud sebagai landasan strategi digital dan percaya bahwa cloud dinilai sangat penting untuk menggerakkan pendapatan dan mempertahankan posisi yang kuat di pasar.
Selain itu, cloud dinilai juga sebagai kombinasi teknologi lain misalnya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), serta Analytics.
(wbs)