Pengamat: Indonesia Butuh Lebih Banyak Hacker Baik
Selasa, 20 September 2022 - 09:56 WIB
JAKARTA - Kasus kebocoran data oleh hacker rentan terjadi di Tanah Air. Menurut Cybersecurity Director BDO Indonesia Harry Adinanta, ini bisa terjadi lantaran Indonesia sendiri memang cukup tertinggal dalam hal keamanan siber dibanding negara-negara maju lainnya.
“ Cybersecurity Indonesia sangat rentan karena relatif baru. Bahkan kita saja baru menggodok Undang-undang Data Pribadi di saat negara-negara maju sudah lama mengesahkannya,” ujar Harry.
Lebih lanjut, ia mengatakan krisis keamanan data semakin diperparah oleh pertumbuhan kejahatan siber yang semakin hari kian pesat. Para hacker telah memiliki kemampuan lebih mumpuni dibanding pemilik dan bahkan mereka yang menjaga data.
Dengan kurangnya sumber daya manusia yang kredibel, Harry pun menyebut peluang kerja di industri keamanan siber terbuka lebar. Peluang semakin besar mengingat
minat masyarakat Indonesia dan profesional yang terjun ke industri keamanan siber relatif kecil.
"9 dari 10 orang memilih programer sebagai jalannya, hanya satu orang yang memilih cybersecurity. Jadi sekecil itu rasionya. Masih banyak yang belum paham bahwa teknik informasi (IT) itu bukan hanya programer saja. Memang cybersecurity kurang populer," ungkapnya.
Harry mengungkap pihaknya berkomitmen untuk membangun orang-orang di bidang cybersecurity. Ia juga mengaku telah bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk Badan Siber Sandi Negara (BSSN) untuk mencari talent agar bisa menjadi white hacker atau hacker baik.
"Agar bisa membantu pemerintah menyelesaikan beragam tantangan kita perlu white hacker, bukan bad hacker yang hanya mau mengambil keuntungan secara langsung. Ya ini on going, diharapkan Indonesia bisa bisa menggandeng orang-orang baik bukan yang jahat," tutupnya.
“ Cybersecurity Indonesia sangat rentan karena relatif baru. Bahkan kita saja baru menggodok Undang-undang Data Pribadi di saat negara-negara maju sudah lama mengesahkannya,” ujar Harry.
Lebih lanjut, ia mengatakan krisis keamanan data semakin diperparah oleh pertumbuhan kejahatan siber yang semakin hari kian pesat. Para hacker telah memiliki kemampuan lebih mumpuni dibanding pemilik dan bahkan mereka yang menjaga data.
Dengan kurangnya sumber daya manusia yang kredibel, Harry pun menyebut peluang kerja di industri keamanan siber terbuka lebar. Peluang semakin besar mengingat
minat masyarakat Indonesia dan profesional yang terjun ke industri keamanan siber relatif kecil.
"9 dari 10 orang memilih programer sebagai jalannya, hanya satu orang yang memilih cybersecurity. Jadi sekecil itu rasionya. Masih banyak yang belum paham bahwa teknik informasi (IT) itu bukan hanya programer saja. Memang cybersecurity kurang populer," ungkapnya.
Harry mengungkap pihaknya berkomitmen untuk membangun orang-orang di bidang cybersecurity. Ia juga mengaku telah bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk Badan Siber Sandi Negara (BSSN) untuk mencari talent agar bisa menjadi white hacker atau hacker baik.
"Agar bisa membantu pemerintah menyelesaikan beragam tantangan kita perlu white hacker, bukan bad hacker yang hanya mau mengambil keuntungan secara langsung. Ya ini on going, diharapkan Indonesia bisa bisa menggandeng orang-orang baik bukan yang jahat," tutupnya.
(dan)
tulis komentar anda