Disuntik Modal Rp504 Miliar, Kargo Rilis Bantuan untuk Mitra Logistik
Senin, 13 April 2020 - 21:19 WIB
Pendanaan ini tiba sekitar setahun setelah Kargo menerima pendanaan awal sebesar USD7,6 juta (Rp123 miliar) yang dipimpin oleh Sequoia India dan Asia Tenggara. Pendanaan tercatat sebagai salah satu pendanaan awal terbesar di Asia Tenggara pada masa itu dan melibatkan beberapa investor teknologi global terkemuka.
Kargo dapat digambarkan sebagai ‘Uber di bidang logistik Indonesia’. Hal ini seiring dengan target tim yang ingin memindahkan transaksi logistik di dalam negeri dari offline ke online sebagai jawaban dari inefisiensi yang dihadapi pengirim dan mitra transportasi barang lokal saat ini.
Efisiensi dalam ranah logistik lokal terhalang dengan banyaknya hambatan geografis, kurangnya infrastruktur utama di pedesaan dan daerah terpencil, serta beberapa kebiasaan lama para perantara yang menaikkan harga untuk pembeli akhir.
Dikarenakan isu-isu di atas, banyak bisnis lokal (terutama di industri e-commerce) yang umumnya menyebutkan logistik sebagai salah satu kendala terberat dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi bukti besarnya potensi pasar untuk perusahaan inovatif yang ingin menyelesaikan masalah dengan teknologi baru.
Managing Director dari Accenture, Mohammed Sirajuddeen, baru-baru ini mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi quantum commerce yang terintegrasi penuh jika mampu memperkuat empat elemen utama: marketplace online, platform media sosial, platform pembayaran elektronik, dan jaringan logistik. Sejauh ini, elemen jaringan logistik masih kurang bertumbuh cepat di Indonesia.
Dengan tantangan yang semakin nyata, Kargo hadir di saat yang tepat dengan keahlian kelas dunia dari tim pendirinya. Tim ini berasal dari perusahaan teknologi raksasa seperti Uber, Amazon, Facebook, dan perusahaan logistik terkemuka seperti DHL dan APL.
Dengan memberdayakan teknologi untuk menghubungkan pengirim dan mitra transportasi, meningkatkan efisiensi rantai pasokan, membangun transparansi, serta meningkatkan kualitas pelayanan untuk pengguna akhir merupakan bagian dari misi utama Kargo. Perusahaan ini telah mengumpulkan lebih dari 6.000 pengirim barang aktif (active shippers) dan memiliki jaringan lebih dari 50.000 truk di seluruh penjuru Tanah Air.
Kargo dapat digambarkan sebagai ‘Uber di bidang logistik Indonesia’. Hal ini seiring dengan target tim yang ingin memindahkan transaksi logistik di dalam negeri dari offline ke online sebagai jawaban dari inefisiensi yang dihadapi pengirim dan mitra transportasi barang lokal saat ini.
Efisiensi dalam ranah logistik lokal terhalang dengan banyaknya hambatan geografis, kurangnya infrastruktur utama di pedesaan dan daerah terpencil, serta beberapa kebiasaan lama para perantara yang menaikkan harga untuk pembeli akhir.
Dikarenakan isu-isu di atas, banyak bisnis lokal (terutama di industri e-commerce) yang umumnya menyebutkan logistik sebagai salah satu kendala terberat dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi bukti besarnya potensi pasar untuk perusahaan inovatif yang ingin menyelesaikan masalah dengan teknologi baru.
Managing Director dari Accenture, Mohammed Sirajuddeen, baru-baru ini mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi quantum commerce yang terintegrasi penuh jika mampu memperkuat empat elemen utama: marketplace online, platform media sosial, platform pembayaran elektronik, dan jaringan logistik. Sejauh ini, elemen jaringan logistik masih kurang bertumbuh cepat di Indonesia.
Dengan tantangan yang semakin nyata, Kargo hadir di saat yang tepat dengan keahlian kelas dunia dari tim pendirinya. Tim ini berasal dari perusahaan teknologi raksasa seperti Uber, Amazon, Facebook, dan perusahaan logistik terkemuka seperti DHL dan APL.
Dengan memberdayakan teknologi untuk menghubungkan pengirim dan mitra transportasi, meningkatkan efisiensi rantai pasokan, membangun transparansi, serta meningkatkan kualitas pelayanan untuk pengguna akhir merupakan bagian dari misi utama Kargo. Perusahaan ini telah mengumpulkan lebih dari 6.000 pengirim barang aktif (active shippers) dan memiliki jaringan lebih dari 50.000 truk di seluruh penjuru Tanah Air.
(iqb)
tulis komentar anda