Disuntik Modal Rp504 Miliar, Kargo Rilis Bantuan untuk Mitra Logistik

Senin, 13 April 2020 - 21:19 WIB
loading...
Disuntik Modal Rp504...
Kargo Technologies (Kargo) telah mengumpulkan lebih dari 6.000 pengirim barang aktif (active shippers) dan memiliki jaringan lebih dari 50.000 truk di Tanah Air. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Kargo Technologies (Kargo) telah mengantongi investasi sebesar USD31 juta atau Rp504 miliar dari pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Tenaya Capital asal Silicon Valley.

Grup investor yang juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini ialah Sequoia India dan Asia Tenggara, Intudo Ventures, Coca-cola Amatil, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, dan Mirae Asset Venture Investment. Di dalam ronde ini, startup Indonesia di bidang marketplace logistik itu juga berhasil mendapatkan pendanaan berbasis utang (debt financing) dari sejumlah bank dan institusi finansial regional terkemuka.

Babak pendanaan ini ditutup seiring bergabungnya Kargo dalam perjuangan melawan wabah virus Corona (COVID-19) di Nusantara. Startup ini membiayai gerakan Dana Bantuan Logistik (Logistics Relief Fund) dengan mengimbau seluruh karyawan turut serta mengkontribusikan sebagian gaji mereka. Dana Bantuan Logistik bakal digunakan untuk membantu para pengangkut logistik dan memastikan tidak adanya gangguan dalam pengiriman barang pokok di Indonesia.

Kargo juga bekerja sama dengan beberapa organisasi amal, seperti Kita Bisa dan PT Akar Indah Pratama sebagai mitra logistik resmi yang berperan dalam pendistribusian makanan dan alat-alat medis bagi tenaga medis dan pasien di beberapa rumah sakit di Jakarta -RSPAD Gatot Subroto dan RSPI Sulianti Saroso. "Kargo juga siap membantu semua organisasi yang membutuhkan bantuan mitra logistik, terlebih dalam menghadapi masa krisis ini lewat https://kargo.tech/covid-response/," kata Tiger Fang selaku CEO Kargo di Jakarta, Senin (13/4/2020).

Perusahaan juga mengambil langkah pencegahan untuk memastikan para pengemudi aman dari penularan virus Corona. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan memastikan seluruh pos pemberhentian (pit stop) sepanjang rute perjalanan memiliki persediaan lengkap dan telah disterilisasi secara layak.

"Kargo juga mengimplementasikan sistem EPOD (Electronic Proof of Delivery) dalam mekanisme pengiriman guna meminimalisir kontak fisik antarpengguna. Fitur yang dapat ditemukan dalam platform Kargo ini juga memungkinkan mengurangi adanya pertukaran dokumen secara langsung untuk mengurangi risiko infeksi COVID-19," tuturnya.

Yodi Aditya, CTO Kargo, menambahkan, teknologi Kargo memiliki nilai jual unik di saat efisiensi logistik menjadi sangat penting di Indonesia. “Mulai dari menjaga jumlah stok kebutuhan retail dengan kontak fisik seminimal mungkin atau memperlancar transaksi e-commerce di seluruh penjuru negeri, kami percaya bahwa Kargo mampu menyelesaikan masalah ini,” klaim Yodi.

Mereka juga bergerak untuk menjawab panggilan ini dan akan mengerahkan semua tenaga yang dimiliki untuk melawan COVID-19 di Indonesia. Perusahaan bersyukur atas sikap investor yang tetap memberikan dukungan luar biasa di tengah masa ketidakpastian finansial.

"Kargo berjanji akan menjadi mitra logistik yang paling dapat diandalkan untuk memastikan tidak adanya gangguan dalam rantai pasokan barang pokok di Indonesia. Perusahaan kami telah mendonasikan sebagian dari gaji kami untuk masalah ini, dan turut mengundang bisnis serta organisasi lokal lainnya untuk menghubungi kami agar kita bisa menyelesaikan masalah bersama-sama,” kata Tiger Fang.

Pendanaan ini tiba sekitar setahun setelah Kargo menerima pendanaan awal sebesar USD7,6 juta (Rp123 miliar) yang dipimpin oleh Sequoia India dan Asia Tenggara. Pendanaan tercatat sebagai salah satu pendanaan awal terbesar di Asia Tenggara pada masa itu dan melibatkan beberapa investor teknologi global terkemuka.

Kargo dapat digambarkan sebagai ‘Uber di bidang logistik Indonesia’. Hal ini seiring dengan target tim yang ingin memindahkan transaksi logistik di dalam negeri dari offline ke online sebagai jawaban dari inefisiensi yang dihadapi pengirim dan mitra transportasi barang lokal saat ini.

Efisiensi dalam ranah logistik lokal terhalang dengan banyaknya hambatan geografis, kurangnya infrastruktur utama di pedesaan dan daerah terpencil, serta beberapa kebiasaan lama para perantara yang menaikkan harga untuk pembeli akhir.

Dikarenakan isu-isu di atas, banyak bisnis lokal (terutama di industri e-commerce) yang umumnya menyebutkan logistik sebagai salah satu kendala terberat dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi bukti besarnya potensi pasar untuk perusahaan inovatif yang ingin menyelesaikan masalah dengan teknologi baru.

Managing Director dari Accenture, Mohammed Sirajuddeen, baru-baru ini mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi quantum commerce yang terintegrasi penuh jika mampu memperkuat empat elemen utama: marketplace online, platform media sosial, platform pembayaran elektronik, dan jaringan logistik. Sejauh ini, elemen jaringan logistik masih kurang bertumbuh cepat di Indonesia.

Dengan tantangan yang semakin nyata, Kargo hadir di saat yang tepat dengan keahlian kelas dunia dari tim pendirinya. Tim ini berasal dari perusahaan teknologi raksasa seperti Uber, Amazon, Facebook, dan perusahaan logistik terkemuka seperti DHL dan APL.

Dengan memberdayakan teknologi untuk menghubungkan pengirim dan mitra transportasi, meningkatkan efisiensi rantai pasokan, membangun transparansi, serta meningkatkan kualitas pelayanan untuk pengguna akhir merupakan bagian dari misi utama Kargo. Perusahaan ini telah mengumpulkan lebih dari 6.000 pengirim barang aktif (active shippers) dan memiliki jaringan lebih dari 50.000 truk di seluruh penjuru Tanah Air.
(iqb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1669 seconds (0.1#10.140)