Ini 3 Serangan Siber Rusia yang Pernah Membuat Geger AS dan Eropa
Jum'at, 25 Maret 2022 - 13:59 WIB
Virus Worm WannaCry mengacak data di sekitar 300.000 komputer di 150 negara. Layanan Kesehatan Nasional Inggris terpaksa membatalkan sejumlah besar janji temu medis.
" Serangan siber semacam ini akan menyebabkan peluang terbesar untuk kekacauan massal, ketidakstabilan ekonomi, dan bahkan hilangnya nyawa," kata Ellis.
Namun, ilmuwan komputer Prof Alan Woodward, dari University of Surrey, mengatakan serangan semacam itu juga membawa risiko bagi Rusia.
“Jenis peretasan yang tidak terkendali ini lebih seperti perang biologis, karena sangat sulit untuk menargetkan infrastruktur kritis tertentu di tempat-tempat tertentu. WannaCry dan NotPetya juga melihat korban di Rusia,” katanya.
3. Colonial Pipeline
Pada Mei 2021, keadaan darurat diumumkan di sejumlah negara bagian AS setelah peretas menyebabkan jaringan pipa minyak yang vital ditutup. Colonial Pipeline membawa 45% pasokan solar, bensin, dan bahan bakar jet di pantai timur dan pasokan itu menyebabkan kepanikan di SPBU.
Serangan siber ini tidak dilakukan oleh peretas pemerintah Rusia, tetapi oleh kelompok ransomware DarkSide, yang diduga berbasis di Rusia. Perusahaan mengaku membayar USD4,4 juta dalam Bitcoin yang sulit dilacak, untuk mendapatkan kembali sistem komputer mereka.
" Serangan siber semacam ini akan menyebabkan peluang terbesar untuk kekacauan massal, ketidakstabilan ekonomi, dan bahkan hilangnya nyawa," kata Ellis.
Namun, ilmuwan komputer Prof Alan Woodward, dari University of Surrey, mengatakan serangan semacam itu juga membawa risiko bagi Rusia.
“Jenis peretasan yang tidak terkendali ini lebih seperti perang biologis, karena sangat sulit untuk menargetkan infrastruktur kritis tertentu di tempat-tempat tertentu. WannaCry dan NotPetya juga melihat korban di Rusia,” katanya.
3. Colonial Pipeline
Pada Mei 2021, keadaan darurat diumumkan di sejumlah negara bagian AS setelah peretas menyebabkan jaringan pipa minyak yang vital ditutup. Colonial Pipeline membawa 45% pasokan solar, bensin, dan bahan bakar jet di pantai timur dan pasokan itu menyebabkan kepanikan di SPBU.
Serangan siber ini tidak dilakukan oleh peretas pemerintah Rusia, tetapi oleh kelompok ransomware DarkSide, yang diduga berbasis di Rusia. Perusahaan mengaku membayar USD4,4 juta dalam Bitcoin yang sulit dilacak, untuk mendapatkan kembali sistem komputer mereka.
Lihat Juga :
tulis komentar anda