Persaingan Ketat Layanan Vicon
Jum'at, 15 Mei 2020 - 06:38 WIB
JAKARTA - Social distancing sebagai dampak pandemi korona (Covid-19) membawa berkah pada penyedia aplikasi rapat virtual atau video conference. Zoom Meeting yang menjadi market leader layanan tersebut mengalami lonjakan keuntungan yang sangat besar, yakni hingga 300 juta pertemuan sehari. Padahal, sebelumnya pengguna hanya mencapai 10 juta.
Namun, kini dia tidak sendirian menggarap pasar tersebut. Besarnya kue yang diraup memicu sejumlah perusahaan raksasa dunia turut terjun menyediakan fitur serupa. Mereka berlomba memberi tawaran terbaik. Bukan hanya perusahaan raksasa dunia, sejumlah perusahaan lokal seperti Telkomsel juga ikut terjun dalam persaingan.
Beberapa pemain baru di aplikasi rapat virtual tersebut antara lain Messenger Rooms, Tim Microsoft, Google Meet, Cisco Webex, dan banyak lainnya. Messenger Rooms misalnya. Layanan milik Facebook tersebut mengiming-imingi konsumen bisa bertemu secara virtual dengan 50 orang tanpa batasan waktu.
Penggunaannya juga mudah karena bisa digunakan dengan Messenger atau Facebook, dan bisa mengundang orang lain bergabung meskipun mereka tidak memiliki akun Facebook. Ke depan Rooms juga akan tersedia di Instagram, WhatsApp, dan smart speaker Facebook Portal.
CEO Facebook Mark Zuckerberg beberapa waktu lalu, dilansir USA Today, menegaskan Facebook dan jaringannya telah memandang komunikasi bersama-sama yang digunakan ratusan juta orang di dunia semakin penting saat pandemi. “Kemampuan untuk merasakan kalian bisa langsung tersambung dengan orang lain secara langsung melalui video merupakan hal penting untuk mempertahankan kebersamaan,” ucapnya.
Banyaknya pesaing tentu menjadi tantangan berat bagi Zoom. Bahkan sangat mungkin dia akan terkalahkan karena banyak pilihan. “Tidak seperti media sosial, pengguna tidak perlu waktu untuk memiliki banyak teman untuk bisa menggelar panggilan video,” kata Charlotte Slaiman, pakar kompetisi dari Public Knowledge.
Analis industri Needham & Co Laura Martin juga meyakini Facebook akan menjadi pemenang dibandingkan Google. “Berdasarkan riwayat bisnis, Google lebih terlambat untuk masuk ke bisnis konferensi video,” katanya. Facebook juga memiliki sejarah dengan berbagai fitur aplikasi konferensi video,” kata dia kepada CNN.
Geoffrey Manne, pakar kompetisi dari International Center for Law and Economics, mengakui pasar konferensi video dengan mudah dimainkan oleh pemain kuat sehingga kapitalisasi perusahaan yang dominan bisa menjadi penentu kemenangan. “Tapi, saya tidak melihat Zoom akan kalah menghadapi kuatnya gebrakan Facebook dan Google,” ungkapnya. (Baca: Facebook Tantang Pengembang AI Bersihkan Media Sosial dari Ujaran Kebencian)
Senada, pendiri Oracle, Larry Ellison, meyakini Zoom tetap menjadi pemenang untuk layanan bisnis. “Kita akan bergerak menuju ekonomi yang akan dibuka kembali. Kita akan kembali bekerja. Tetapi, cara kita bekerja tidak akan pernah sama dengan sebelumnya,” kata Ellison.
Namun, kini dia tidak sendirian menggarap pasar tersebut. Besarnya kue yang diraup memicu sejumlah perusahaan raksasa dunia turut terjun menyediakan fitur serupa. Mereka berlomba memberi tawaran terbaik. Bukan hanya perusahaan raksasa dunia, sejumlah perusahaan lokal seperti Telkomsel juga ikut terjun dalam persaingan.
Beberapa pemain baru di aplikasi rapat virtual tersebut antara lain Messenger Rooms, Tim Microsoft, Google Meet, Cisco Webex, dan banyak lainnya. Messenger Rooms misalnya. Layanan milik Facebook tersebut mengiming-imingi konsumen bisa bertemu secara virtual dengan 50 orang tanpa batasan waktu.
Penggunaannya juga mudah karena bisa digunakan dengan Messenger atau Facebook, dan bisa mengundang orang lain bergabung meskipun mereka tidak memiliki akun Facebook. Ke depan Rooms juga akan tersedia di Instagram, WhatsApp, dan smart speaker Facebook Portal.
CEO Facebook Mark Zuckerberg beberapa waktu lalu, dilansir USA Today, menegaskan Facebook dan jaringannya telah memandang komunikasi bersama-sama yang digunakan ratusan juta orang di dunia semakin penting saat pandemi. “Kemampuan untuk merasakan kalian bisa langsung tersambung dengan orang lain secara langsung melalui video merupakan hal penting untuk mempertahankan kebersamaan,” ucapnya.
Banyaknya pesaing tentu menjadi tantangan berat bagi Zoom. Bahkan sangat mungkin dia akan terkalahkan karena banyak pilihan. “Tidak seperti media sosial, pengguna tidak perlu waktu untuk memiliki banyak teman untuk bisa menggelar panggilan video,” kata Charlotte Slaiman, pakar kompetisi dari Public Knowledge.
Analis industri Needham & Co Laura Martin juga meyakini Facebook akan menjadi pemenang dibandingkan Google. “Berdasarkan riwayat bisnis, Google lebih terlambat untuk masuk ke bisnis konferensi video,” katanya. Facebook juga memiliki sejarah dengan berbagai fitur aplikasi konferensi video,” kata dia kepada CNN.
Geoffrey Manne, pakar kompetisi dari International Center for Law and Economics, mengakui pasar konferensi video dengan mudah dimainkan oleh pemain kuat sehingga kapitalisasi perusahaan yang dominan bisa menjadi penentu kemenangan. “Tapi, saya tidak melihat Zoom akan kalah menghadapi kuatnya gebrakan Facebook dan Google,” ungkapnya. (Baca: Facebook Tantang Pengembang AI Bersihkan Media Sosial dari Ujaran Kebencian)
Senada, pendiri Oracle, Larry Ellison, meyakini Zoom tetap menjadi pemenang untuk layanan bisnis. “Kita akan bergerak menuju ekonomi yang akan dibuka kembali. Kita akan kembali bekerja. Tetapi, cara kita bekerja tidak akan pernah sama dengan sebelumnya,” kata Ellison.
tulis komentar anda