Persaingan Ketat Layanan Vicon
loading...
A
A
A
JAKARTA - Social distancing sebagai dampak pandemi korona (Covid-19) membawa berkah pada penyedia aplikasi rapat virtual atau video conference. Zoom Meeting yang menjadi market leader layanan tersebut mengalami lonjakan keuntungan yang sangat besar, yakni hingga 300 juta pertemuan sehari. Padahal, sebelumnya pengguna hanya mencapai 10 juta.
Namun, kini dia tidak sendirian menggarap pasar tersebut. Besarnya kue yang diraup memicu sejumlah perusahaan raksasa dunia turut terjun menyediakan fitur serupa. Mereka berlomba memberi tawaran terbaik. Bukan hanya perusahaan raksasa dunia, sejumlah perusahaan lokal seperti Telkomsel juga ikut terjun dalam persaingan.
Beberapa pemain baru di aplikasi rapat virtual tersebut antara lain Messenger Rooms, Tim Microsoft, Google Meet, Cisco Webex, dan banyak lainnya. Messenger Rooms misalnya. Layanan milik Facebook tersebut mengiming-imingi konsumen bisa bertemu secara virtual dengan 50 orang tanpa batasan waktu.
Penggunaannya juga mudah karena bisa digunakan dengan Messenger atau Facebook, dan bisa mengundang orang lain bergabung meskipun mereka tidak memiliki akun Facebook. Ke depan Rooms juga akan tersedia di Instagram, WhatsApp, dan smart speaker Facebook Portal.
CEO Facebook Mark Zuckerberg beberapa waktu lalu, dilansir USA Today, menegaskan Facebook dan jaringannya telah memandang komunikasi bersama-sama yang digunakan ratusan juta orang di dunia semakin penting saat pandemi. “Kemampuan untuk merasakan kalian bisa langsung tersambung dengan orang lain secara langsung melalui video merupakan hal penting untuk mempertahankan kebersamaan,” ucapnya.
Banyaknya pesaing tentu menjadi tantangan berat bagi Zoom. Bahkan sangat mungkin dia akan terkalahkan karena banyak pilihan. “Tidak seperti media sosial, pengguna tidak perlu waktu untuk memiliki banyak teman untuk bisa menggelar panggilan video,” kata Charlotte Slaiman, pakar kompetisi dari Public Knowledge.
Analis industri Needham & Co Laura Martin juga meyakini Facebook akan menjadi pemenang dibandingkan Google. “Berdasarkan riwayat bisnis, Google lebih terlambat untuk masuk ke bisnis konferensi video,” katanya. Facebook juga memiliki sejarah dengan berbagai fitur aplikasi konferensi video,” kata dia kepada CNN.
Geoffrey Manne, pakar kompetisi dari International Center for Law and Economics, mengakui pasar konferensi video dengan mudah dimainkan oleh pemain kuat sehingga kapitalisasi perusahaan yang dominan bisa menjadi penentu kemenangan. “Tapi, saya tidak melihat Zoom akan kalah menghadapi kuatnya gebrakan Facebook dan Google,” ungkapnya. (Baca: Facebook Tantang Pengembang AI Bersihkan Media Sosial dari Ujaran Kebencian)
Senada, pendiri Oracle, Larry Ellison, meyakini Zoom tetap menjadi pemenang untuk layanan bisnis. “Kita akan bergerak menuju ekonomi yang akan dibuka kembali. Kita akan kembali bekerja. Tetapi, cara kita bekerja tidak akan pernah sama dengan sebelumnya,” kata Ellison.
Zoom juga terus melakukan adaptasi dan perbaikan. Jika sebelumnya mengalami masalah privasi, Zoom kini sudah berusaha melindungi privasi penggunaannya. Senat Amerika Serikat pernah meminta anggotanya agar tidak menggunakan aplikasi Zoom. Hal sama juga dilakukan Departemen Pendidikan di New York.
Beberapa negara bahkan telah melarang penggunaan aplikasi tersebut seperti Taiwan, Amerika Serikat, Singapura, dan Jerman. Indonesia belum melarang penggunaan aplikasi Zoom. Menyadari kekurangan Zoom, Pemerintah India meminta perusahaan teknologi di negara tersebut untuk membuat aplikasi konferensi video selain Zoom. Pemerintah mengumumkan inisiatif itu di mana pemenangnya bisa mendapatkan hadiah senilai Rp2 miliar. Aplikasi itu akan digunakan oleh sepertiga warga India yang harus bekerja dari rumah karena pandemi korona.
Saya Namaste merupakan aplikasi konferensi video yang dibuat Inscripts dari India. CEO Inscripts Anuj Garg mengungkapkan, saat ini aplikasi ini masih digunakan 500.000 penggunanya. Dengan basis open source, aplikasi tersebut masih bisa terus dikembangkan. Saat ini Saya Namaste hanya mampu menampung 25 orang dalam satu rapat virtual.
Indonesia juga tak mau kalah. Dalam rapat terbatas (ratas) Presiden Joko Widodo pada 20 April 2020, rapat tersebut menggunakan aplikasi konferensi video buatan dalam negeri, yakni CloudX Telkomsel. Hal itu diakui Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro dalam konferensi online terkait kesiapan jaringan Telkomsel jelang Ramadan 2020. (Baca juga: Zoom Tawarkan Video Conference Terenkripsi dari Ujung ke Ujung, tapi....)
“Sejak work from home (WFH) itu kan di televisi sering muncul para menteri kabinet menggelar virtual conference. Sebelumnya virtual conference menggunakan berbagai macam produk. Kemudian, setelah beberapa kali melakukan, Pak Jokowi ingin menggunakan produk dalam negeri dan yang lebih aman sehingga Alhamdulillah ratas hari Senin kemarin (24/4) menggunakan CloudX,” kata Setyanto.
Dia menjamin aplikasi CloudX terbukti aman dibandingkan aplikasi lainnya. Rapat tersebut diikuti oleh 48 peserta melalui host di Sekretariat Kabinet (Setkab) dan lancar tanpa hambatan.
Semakin Murah?
Facebook tak tanggung-tanggung mengembangkan Messenger Stand. Wakil Presiden Messenger Stan Chudnovsky mengakui fitur video kelompok sebelumnya memang ada, tetapi Facebook terus mengembangkan volume panggilan video tersebut. Menariknya, fasilitas Rooms tersebut gratis dan Facebook belum berencana menempatkan iklan di fitur tersebut.
“Tujuan utama Messenger adalah menjadi aplikasi di mana orang bisa bertemu dengan orang yang mereka cintai dan bisa tetap bekerja seperti biasa,” katanya. Menariknya, fasilitas Rooms tersebut gratis dan Facebook belum berencana menempatkan iklan di fitur tersebut.
Messenger Rooms menjadi pesaing baru setelah popularitas Google Hangouts, FaceTime, dan Houseparty. Aplikasi konferensi video itu digunakan untuk konsultasi dokter, layanan ibadah, hingga pesta keluarga.
Bukan hanya Facebook yang memperkuat aplikasi konferensi video untuk bisnis, Google Meet juga kini bisa diakses gratis dengan hanya memiliki e-mail. Google Meet bisa menyediakan layanan rapat virtual untuk 100 orang tanpa batasan waktu. Kalau Zoom hanya mengizinkan 100 orang menggelar rapat selama 40 menit saja.
Google Meet telah digunakan 100 juta rapat harian. Angka yang sama juga dicapai Messenger Rooms. Namun, Facebook mengatakan 700 juta akun telah berpartisipasi melalui panggilan video setiap hari dengan WhatsApp dan Facebook Messenger. Itu menjadikan Facebook dan Google menjadi kompetitor utama dan memiliki brand yang kuat bagi Zoom.
Sementara itu, Alibaba tidak ingin ketinggalan dengan meluncurkan Alibaba Cloud Conference, dan bersaing secara langsung dengan Tencent Meeting. Tencent sudah meluncurkan aplikasi konferensi video pada Desember 2019 sebelum pandemi korona mewabah. Sejak Maret 2020, layanan Tencent Meeting sudah tersedia untuk pengguna internasional. Tencent mendapatkan akses besar setelah Zoom diblokir pada September lalu di China.
Alibaba mengklaim memiliki banyak kelebihan dibandingkan pesaingnya terutama dari suara dan video. Seperti Tencent Meeting, Alibaba juga menyediakan fitur “beautification”. Menariknya, 500 orang bisa bergabung untuk satu konferensi. (Baca juga: Diam-diam Google Matikan Play Music untuk Hidupkan Youtube Music)
Sebelumnya Houseparty juga menjadi pesaing utama bagi Zoom. Houseparty merupakan aplikasi konferensi video yang dimiliki Epic Games, yang memproduksi Fortnite. Houseparty telah didirikan sejak 2016 dengan 50 juta orang anggota. Berbeda dengan Zoom, Houseparty bisa menggelar pertemuan hingga 80 menit, tetapi hanya untuk delapan orang untuk satu konferensi.
“Houseparty memang menyisir pasar remaja,” kata pendiri Houseparty Ben Rubin kepada The Financial Times. “Tapi, apa pun bisa saja terjadi karena banyak orang dewasa juga membutuhkan koneksi,” katanya. Generasi Z memang selalu mengandalkan Houseparty sebagai brand yang cocok dengan mereka. (Andika H Mustaqim/SINDOnews.com/Okezone.com)
Namun, kini dia tidak sendirian menggarap pasar tersebut. Besarnya kue yang diraup memicu sejumlah perusahaan raksasa dunia turut terjun menyediakan fitur serupa. Mereka berlomba memberi tawaran terbaik. Bukan hanya perusahaan raksasa dunia, sejumlah perusahaan lokal seperti Telkomsel juga ikut terjun dalam persaingan.
Beberapa pemain baru di aplikasi rapat virtual tersebut antara lain Messenger Rooms, Tim Microsoft, Google Meet, Cisco Webex, dan banyak lainnya. Messenger Rooms misalnya. Layanan milik Facebook tersebut mengiming-imingi konsumen bisa bertemu secara virtual dengan 50 orang tanpa batasan waktu.
Penggunaannya juga mudah karena bisa digunakan dengan Messenger atau Facebook, dan bisa mengundang orang lain bergabung meskipun mereka tidak memiliki akun Facebook. Ke depan Rooms juga akan tersedia di Instagram, WhatsApp, dan smart speaker Facebook Portal.
CEO Facebook Mark Zuckerberg beberapa waktu lalu, dilansir USA Today, menegaskan Facebook dan jaringannya telah memandang komunikasi bersama-sama yang digunakan ratusan juta orang di dunia semakin penting saat pandemi. “Kemampuan untuk merasakan kalian bisa langsung tersambung dengan orang lain secara langsung melalui video merupakan hal penting untuk mempertahankan kebersamaan,” ucapnya.
Banyaknya pesaing tentu menjadi tantangan berat bagi Zoom. Bahkan sangat mungkin dia akan terkalahkan karena banyak pilihan. “Tidak seperti media sosial, pengguna tidak perlu waktu untuk memiliki banyak teman untuk bisa menggelar panggilan video,” kata Charlotte Slaiman, pakar kompetisi dari Public Knowledge.
Analis industri Needham & Co Laura Martin juga meyakini Facebook akan menjadi pemenang dibandingkan Google. “Berdasarkan riwayat bisnis, Google lebih terlambat untuk masuk ke bisnis konferensi video,” katanya. Facebook juga memiliki sejarah dengan berbagai fitur aplikasi konferensi video,” kata dia kepada CNN.
Geoffrey Manne, pakar kompetisi dari International Center for Law and Economics, mengakui pasar konferensi video dengan mudah dimainkan oleh pemain kuat sehingga kapitalisasi perusahaan yang dominan bisa menjadi penentu kemenangan. “Tapi, saya tidak melihat Zoom akan kalah menghadapi kuatnya gebrakan Facebook dan Google,” ungkapnya. (Baca: Facebook Tantang Pengembang AI Bersihkan Media Sosial dari Ujaran Kebencian)
Senada, pendiri Oracle, Larry Ellison, meyakini Zoom tetap menjadi pemenang untuk layanan bisnis. “Kita akan bergerak menuju ekonomi yang akan dibuka kembali. Kita akan kembali bekerja. Tetapi, cara kita bekerja tidak akan pernah sama dengan sebelumnya,” kata Ellison.
Zoom juga terus melakukan adaptasi dan perbaikan. Jika sebelumnya mengalami masalah privasi, Zoom kini sudah berusaha melindungi privasi penggunaannya. Senat Amerika Serikat pernah meminta anggotanya agar tidak menggunakan aplikasi Zoom. Hal sama juga dilakukan Departemen Pendidikan di New York.
Beberapa negara bahkan telah melarang penggunaan aplikasi tersebut seperti Taiwan, Amerika Serikat, Singapura, dan Jerman. Indonesia belum melarang penggunaan aplikasi Zoom. Menyadari kekurangan Zoom, Pemerintah India meminta perusahaan teknologi di negara tersebut untuk membuat aplikasi konferensi video selain Zoom. Pemerintah mengumumkan inisiatif itu di mana pemenangnya bisa mendapatkan hadiah senilai Rp2 miliar. Aplikasi itu akan digunakan oleh sepertiga warga India yang harus bekerja dari rumah karena pandemi korona.
Saya Namaste merupakan aplikasi konferensi video yang dibuat Inscripts dari India. CEO Inscripts Anuj Garg mengungkapkan, saat ini aplikasi ini masih digunakan 500.000 penggunanya. Dengan basis open source, aplikasi tersebut masih bisa terus dikembangkan. Saat ini Saya Namaste hanya mampu menampung 25 orang dalam satu rapat virtual.
Indonesia juga tak mau kalah. Dalam rapat terbatas (ratas) Presiden Joko Widodo pada 20 April 2020, rapat tersebut menggunakan aplikasi konferensi video buatan dalam negeri, yakni CloudX Telkomsel. Hal itu diakui Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro dalam konferensi online terkait kesiapan jaringan Telkomsel jelang Ramadan 2020. (Baca juga: Zoom Tawarkan Video Conference Terenkripsi dari Ujung ke Ujung, tapi....)
“Sejak work from home (WFH) itu kan di televisi sering muncul para menteri kabinet menggelar virtual conference. Sebelumnya virtual conference menggunakan berbagai macam produk. Kemudian, setelah beberapa kali melakukan, Pak Jokowi ingin menggunakan produk dalam negeri dan yang lebih aman sehingga Alhamdulillah ratas hari Senin kemarin (24/4) menggunakan CloudX,” kata Setyanto.
Dia menjamin aplikasi CloudX terbukti aman dibandingkan aplikasi lainnya. Rapat tersebut diikuti oleh 48 peserta melalui host di Sekretariat Kabinet (Setkab) dan lancar tanpa hambatan.
Semakin Murah?
Facebook tak tanggung-tanggung mengembangkan Messenger Stand. Wakil Presiden Messenger Stan Chudnovsky mengakui fitur video kelompok sebelumnya memang ada, tetapi Facebook terus mengembangkan volume panggilan video tersebut. Menariknya, fasilitas Rooms tersebut gratis dan Facebook belum berencana menempatkan iklan di fitur tersebut.
“Tujuan utama Messenger adalah menjadi aplikasi di mana orang bisa bertemu dengan orang yang mereka cintai dan bisa tetap bekerja seperti biasa,” katanya. Menariknya, fasilitas Rooms tersebut gratis dan Facebook belum berencana menempatkan iklan di fitur tersebut.
Messenger Rooms menjadi pesaing baru setelah popularitas Google Hangouts, FaceTime, dan Houseparty. Aplikasi konferensi video itu digunakan untuk konsultasi dokter, layanan ibadah, hingga pesta keluarga.
Bukan hanya Facebook yang memperkuat aplikasi konferensi video untuk bisnis, Google Meet juga kini bisa diakses gratis dengan hanya memiliki e-mail. Google Meet bisa menyediakan layanan rapat virtual untuk 100 orang tanpa batasan waktu. Kalau Zoom hanya mengizinkan 100 orang menggelar rapat selama 40 menit saja.
Google Meet telah digunakan 100 juta rapat harian. Angka yang sama juga dicapai Messenger Rooms. Namun, Facebook mengatakan 700 juta akun telah berpartisipasi melalui panggilan video setiap hari dengan WhatsApp dan Facebook Messenger. Itu menjadikan Facebook dan Google menjadi kompetitor utama dan memiliki brand yang kuat bagi Zoom.
Sementara itu, Alibaba tidak ingin ketinggalan dengan meluncurkan Alibaba Cloud Conference, dan bersaing secara langsung dengan Tencent Meeting. Tencent sudah meluncurkan aplikasi konferensi video pada Desember 2019 sebelum pandemi korona mewabah. Sejak Maret 2020, layanan Tencent Meeting sudah tersedia untuk pengguna internasional. Tencent mendapatkan akses besar setelah Zoom diblokir pada September lalu di China.
Alibaba mengklaim memiliki banyak kelebihan dibandingkan pesaingnya terutama dari suara dan video. Seperti Tencent Meeting, Alibaba juga menyediakan fitur “beautification”. Menariknya, 500 orang bisa bergabung untuk satu konferensi. (Baca juga: Diam-diam Google Matikan Play Music untuk Hidupkan Youtube Music)
Sebelumnya Houseparty juga menjadi pesaing utama bagi Zoom. Houseparty merupakan aplikasi konferensi video yang dimiliki Epic Games, yang memproduksi Fortnite. Houseparty telah didirikan sejak 2016 dengan 50 juta orang anggota. Berbeda dengan Zoom, Houseparty bisa menggelar pertemuan hingga 80 menit, tetapi hanya untuk delapan orang untuk satu konferensi.
“Houseparty memang menyisir pasar remaja,” kata pendiri Houseparty Ben Rubin kepada The Financial Times. “Tapi, apa pun bisa saja terjadi karena banyak orang dewasa juga membutuhkan koneksi,” katanya. Generasi Z memang selalu mengandalkan Houseparty sebagai brand yang cocok dengan mereka. (Andika H Mustaqim/SINDOnews.com/Okezone.com)
(ysw)