Kalahkan Singapura, Indonesia Punya Potensi Tinggi Data Center Berkelanjutan

Sabtu, 24 Oktober 2020 - 16:39 WIB
Menurut penelitian Digital Realty dan Eco-Business, responden menyoroti kurangnya kesadaran menjaga lingkungan (71%), kurangnya investasi (65%) dan kurangnya kerjasama dari pemangku kepentingan (61%) sebagai tantangan utama dalam upaya membuat data center yang lebih berkelanjutan.

Laporan ini menyoroti iklim tropis Asia Tenggara dan berbagai kesenjangan kebijakan sebagai hambatan lain bagi pertumbuhan jangka panjang kawasan ini sebagai pasar data center yang kompetitif dan berkelanjutan. Singapura memiliki hambatan lain yakni luas areal yang terbatas, dibandingkan dengan pasar-pasar lain di kawasan tersebut.

“Asia Tenggara adalah menjadi kawasan yang memliki negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dan pertumbuhannya yang pesat akan mengakselesari permintaan terhadap layanan data,” timpal Jessica Cheam, Managing Director, Eco-Business.

Dengan latar belakang ini, sambung Jessica, penyedia data center harus menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sekaligus memastikan bahwa mereka memainkan peran dalam membantu negara memenuhi target-target iklim mereka.

Penelitian ini menegaskan bahwa kebutuhan terhadap proses pendinginan (cooling) merupakan 35%-40% total kebutuhan energi data center. Teknologi dan proses pendinginan yang hemat energi –termasuk pendinginan dengan zat cair– merupakan peluang besar bagi operator data center untuk mengurangi penggunaan energi dan biaya.

“Sangat menggembirakan melihat bahwa sebagian besar pelanggan di kawasan ini memandang sustainabilitas sebagai pertimbangan utama saat memilih penyedia data center,” kata Digital Realty Senior Director of Sustainability, Aaron Binkley.

Hal ini sejalan dengan posisi Digital Realty dalam hal sustainabilitas dan komitmen mereka untuk membawa emisinya sejalan dengan skenario perubahan iklim jauh di bawah dua derajat sebelum tahun 2030. "Kami percaya teknologi pendinginan akan menjadi game changer bagi data center, terutama di iklim tropis Asia Tenggara,” tambah Aaron.

Laporan baru ini juga mengidentifikasikan Indonesia dan Malaysia sebagai rising star atau primadona yang berkembang pesat dan diperkirakan akan semakin meningkatkan pangsa pasar data center di kawasan. Kedua negara menawarkan kemudahan akses dan biaya masuk yang lebih rendah dibandingkan Singapura.

Keduanya juga memiliki basis pelanggan digital dan pelanggan melek teknologi yang berusia muda dan berkembang cepat, yang mendorong pertumbuhan e-commerce dan industri teknologi yang dinamis, serta meningkatkan kebutuhan penyimpanan data. Indonesia memiliki basis pengguna internet keempat terbesar di dunia dan satu-satunya anggota ASEAN dalam dalam kelompok G20.

Dalam hal potensi pertumbuhan berkelanjutan, Indonesia memiliki cadangan energi geothermal (panas Bumi) terbesar di dunia. Serta salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yang bisa mengakomodasi pembangkit listrik tenaga angin dan generator arus pasang surut dalam skala besar.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More