Lebih Pintar, Pakar Fisika Prediksi Kemungkinan AI Musnahkan Manusia Capai 50%

Sabtu, 03 Juni 2023 - 10:57 WIB
Beberapa ilmuwan top dunia berpikir bahwa dalam waktu dekat, AI dapat digunakan untuk membuat senjata otonom atau robot yang dapat membunuh, dengan atau tanpa campur tangan manusia. Tetapi perangkat lunak AI yang tampaknya tidak berbahaya pun dapat membuat keputusan yang dapat berakibat fatal bagi manusia jika teknologi tersebut tidak diprogram dengan cukup hati-hati.



CEO Tesla Elon Musk adalah salah satu nama dan wajah paling menonjol dalam pengembangan teknologi dan sangat blak-blakan terkait ancaman kekuatan AI. Pada bulan Maret, Musk dan 1.000 pemimpin teknologi lainnya menyerukan jeda untuk mengembangkan AI, yang mereka khawatirkan menimbulkan risiko besar bagi masyarakat dan kemanusiaan dan dapat menimbulkan efek 'bencana'.

Musk telah lama menyuarakan ketakutannya bahwa teknologi akan menjadi sangat maju, sehingga tidak lagi membutuhkan atau bahkan mendengarkan campur tangan manusia. Pengusaha kelahiran Afrika Selatan itu menyebut AI jauh lebih berbahaya daripada nuklir dan lebih berisiko daripada Korea Utara.

Resmi, ChatGPT Mulai Ambil Alih Pekerjaan Manusia

ChatGPT dan alat AI generatif lainnya telah dianggap menghadirkan bayang-bayang ancaman sejak kehadirannya tahun lalu. Terutama terkait kemampuan untuk mengambil alih tugas atau pekerjaan yang selama ini dilakukan manusia.

Terbaru, Washington Post melaporkan bahwa AI generatif bukan lagi sebagai ancaman, tapi benar-benar terbukti mendorong orang keluar dari pekerjaan. The Post menyoroti kisah Olivia Lipkin, seorang copywriter berusia 25 tahun dari San Francisco, yang bekerja di sebuah perusahaan rintisan teknologi.



Pada awalnya Lipkin tidak terlalu memikirkan ChatGPT ketika diluncurkan November lalu. Namun, selama beberapa bulan berikutnya, dia menyadari bahwa manajernya mulai menyebutnya sebagai Olivia/ChatGPT dan pada bulan April, akhirnya dia dipecat .

Lipkin dilaporkan tidak pernah diberi alasan kenapa dipecat dari pekerjaannya, tetapi dia mengetahui bahwa manajer di perusahaan telah menulis bagaimana ChatGPT lebih murah untuk digunakan daripada mempekerjakan seorang penulis. Ini membuat alasan mengapa dia dipecat menjadi lebih jelas.

“Setiap kali orang membicarakan ChatGPT, saya merasa tidak aman dan cemas bahwa itu akan menggantikan saya. Sekarang saya benar-benar memiliki bukti bahwa itu benar, bahwa kecemasan itu dibenarkan dan sekarang saya benar-benar kehilangan pekerjaan karena AI,” ujarnya dikutip dari laman Neowin.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More