Jejak Digital Sulit Dihapus, Pakar: Hati-Hati Berekspresi di Dunia Maya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan jejak digital saat ini bisa disamakan dengan riwayat hidup atau biodata seseorang . Karena itu, pakar mewanti-wanti agar warganet berhati-hati saat berekspresi di dunia maya. Khususnya di media sosial. Karena terkait dengan pengelolaan rekam jejak digital.
Dosen Fisikom Unisba Santi Indra Astuti mengatakan, setiap aktivitas di internet akan menghasilkan jejak digital yang kemudian dapat mempengaruhi reputasi orang yang bersangkutan.
”Jika aktivitas Anda membuat konten positif dan komentar yang baik, tentu akan menghasilkan reputasi yang bagus pula. Dan hal ini berlaku sebaliknya,” ungkap Santi dalam webinar “Etika Bebas Berpendapat di Dunia Digital” yang dihelat Gerakan Nasional Literasi Digital, Kominfo.
Menurutnya, sistem algoritma juga akan mempengaruhi jejak digital warganet, sehingga tampilan dan iklan di internet dan media sosial akan menyesuaikan aktivitas yang dilakukan pengguna.
”Sekarang, di internet orang lain tidak hanya dapat mengetahui nama kita. Namun juga dengan jejak digital. Karena bisa membaca alamat, perilaku, hingga aktivitas belanja kita,” ujarnya.
Sementara itu, Jawara Internet Sehat 2022 Provinsi Gorontalo Julianur Rajak Husain menyebut bahwa media sosial bisa berdampak positif. Tapi, juga memiliki segudang efek negatif lainnya. ”Mulai dari kebencian, berita bohong, penipuan, perundungan, diskriminasi hingga pencurian data pribadi,” ungkapnya.
Untuk menghindari potensi negatif, warganet harus memahami etika atau norma yang berlaku di dunia nyata maupun dunia maya.
”Warganet perlu memahami bahwa semua media sosial adalah layanan user generated content. Yaitu konten yang diproduksi baik berupa gambar, video, maupun audio visual dapat disebarkan di internet. Media sosial juga memiliki community guidelines atau panduan untuk penggunanya. Masing-masing media sosial memiliki panduan yang berbeda-beda,” ucapJulianur.
Dosen Fisikom Unisba Santi Indra Astuti mengatakan, setiap aktivitas di internet akan menghasilkan jejak digital yang kemudian dapat mempengaruhi reputasi orang yang bersangkutan.
”Jika aktivitas Anda membuat konten positif dan komentar yang baik, tentu akan menghasilkan reputasi yang bagus pula. Dan hal ini berlaku sebaliknya,” ungkap Santi dalam webinar “Etika Bebas Berpendapat di Dunia Digital” yang dihelat Gerakan Nasional Literasi Digital, Kominfo.
Menurutnya, sistem algoritma juga akan mempengaruhi jejak digital warganet, sehingga tampilan dan iklan di internet dan media sosial akan menyesuaikan aktivitas yang dilakukan pengguna.
”Sekarang, di internet orang lain tidak hanya dapat mengetahui nama kita. Namun juga dengan jejak digital. Karena bisa membaca alamat, perilaku, hingga aktivitas belanja kita,” ujarnya.
Sementara itu, Jawara Internet Sehat 2022 Provinsi Gorontalo Julianur Rajak Husain menyebut bahwa media sosial bisa berdampak positif. Tapi, juga memiliki segudang efek negatif lainnya. ”Mulai dari kebencian, berita bohong, penipuan, perundungan, diskriminasi hingga pencurian data pribadi,” ungkapnya.
Untuk menghindari potensi negatif, warganet harus memahami etika atau norma yang berlaku di dunia nyata maupun dunia maya.
”Warganet perlu memahami bahwa semua media sosial adalah layanan user generated content. Yaitu konten yang diproduksi baik berupa gambar, video, maupun audio visual dapat disebarkan di internet. Media sosial juga memiliki community guidelines atau panduan untuk penggunanya. Masing-masing media sosial memiliki panduan yang berbeda-beda,” ucapJulianur.
(dan)