Pandemi ke Endemi, Momentum Akselerasi Industri Telekomunikasi
loading...
A
A
A
“Pandemi ini seperti dikatakan Presiden Jokowi menciptakan momentum percepatan transformasi digital. Ibarat balapan di tikungan, ketika kita bisa menyalip maka harusnya kita bisa menyalip dengan harapan Indonesia bisa menjadi negara digital terbesar di Asia Tenggara atau nomor lima terbesar dunia pada 2025,” kata Heru dalam diskusi akhir tahun “Menata Bisnis Telekomunikasi dari Pandemi ke Endemi” yang digelar Indo Telko, Kamis (2/12/2021).
Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi menambahkan, pemanfaatan 5G yang semakin meluas juga diharapkan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi industri telekomunikasi.
“Tahun 2022 dan seterusnya diharapkan operator Indonesia bisa melakukan 5G to business untuk digunakan di pabrik manufaktur, health, port dan sebagainya. Kita harapkan di 2022 sampai 2025 industri sudah mengadopsi 5G, sehingga kita bisa sama-sama menuju digital prosperity,” papar Rosidi.
Sementara itu terkait akses internet yang belum merata, Director & Chief Strategy and Innovation Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’in mengatakan hal tersebut bisa diatasi apabila para pelaku industri telekomunikasi bisa melakukan orkestrasi dalam mendigitalkan ekonomi Indonesia.
“Tantangan utamanya adalah distribusi internet user belum merata, masih terkonsentrasi di Jawa kemudian pulau-pulau besar di Indonesia. Kita perlu memperhatikan ini agar seluruh masyarakat bisa merasakan akses internet dengan menyediakan infrastruktur. Ini tantangan tahun depan,” papar Arief.
Apabila akses internet sudah merata, Arief menyebut tantangan berikutnya yang perlu dihadapi oleh operator telekomunikasi adalah keamanan cyber , persaingan, ketersediaan SDM, dan tantangan regulasi.
“Kita bisa melihat size digital ekonomi Indonesia sangat besar. University Technology Sydney menyebutkan size kita itu Rp 630 triliun, bahkan dalam 8 tahun ke depan bisa menjadi empat kali lipat menjadi Rp 4.500 triliun. Ini harus jadi semangat kita semua dalam menjawab tantangan yang dihadapi mulai tahun mendatang,” tegas Arief.
Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi menambahkan, pemanfaatan 5G yang semakin meluas juga diharapkan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi industri telekomunikasi.
“Tahun 2022 dan seterusnya diharapkan operator Indonesia bisa melakukan 5G to business untuk digunakan di pabrik manufaktur, health, port dan sebagainya. Kita harapkan di 2022 sampai 2025 industri sudah mengadopsi 5G, sehingga kita bisa sama-sama menuju digital prosperity,” papar Rosidi.
Sementara itu terkait akses internet yang belum merata, Director & Chief Strategy and Innovation Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’in mengatakan hal tersebut bisa diatasi apabila para pelaku industri telekomunikasi bisa melakukan orkestrasi dalam mendigitalkan ekonomi Indonesia.
“Tantangan utamanya adalah distribusi internet user belum merata, masih terkonsentrasi di Jawa kemudian pulau-pulau besar di Indonesia. Kita perlu memperhatikan ini agar seluruh masyarakat bisa merasakan akses internet dengan menyediakan infrastruktur. Ini tantangan tahun depan,” papar Arief.
Apabila akses internet sudah merata, Arief menyebut tantangan berikutnya yang perlu dihadapi oleh operator telekomunikasi adalah keamanan cyber , persaingan, ketersediaan SDM, dan tantangan regulasi.
“Kita bisa melihat size digital ekonomi Indonesia sangat besar. University Technology Sydney menyebutkan size kita itu Rp 630 triliun, bahkan dalam 8 tahun ke depan bisa menjadi empat kali lipat menjadi Rp 4.500 triliun. Ini harus jadi semangat kita semua dalam menjawab tantangan yang dihadapi mulai tahun mendatang,” tegas Arief.
(wbs)