Begini Cara OY! Indonesia Bantu Keuangan Perusahaan dan UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemain baru di industri fintech OY! Indonesia menyebut layanannya sebagai money movement. Sebab, mampu memfasilitasi semua proses keuangan. Mulai kebutuhan sehari-hari individu hingga kebutuhan bisnis.
Klien mereka pun beragam. Tidak hanya bank komersial, tapi juga bank digital, P2P Lending, e-money, hingga perusahaan fintech lainnya. ”Indonesia memiliki perputaran uang sangat besar lewat beragam media. Ada yang digital dan ada pula yang tunai. Kami melayani transaksi keduanya. Boleh dibilang, kami adalah aggregator dari sumber keuangan,” kata Chief Executive Officer (CEO) OY! Indonesia, Jesayas Ferdinandus, dalam diskusi virtual bertajuk “Peran Fintech Dorong Ekonomi Digital Indonesia” yang digelar Forum Wartawan Teknologi (Forwat), belum lama ini.
Jesayas melanjutkan, ada alasan mengapa pihaknya membantu menghadirkan layanan untuk transaksi tunai. Menurut data mereka, 85 persen transaksi di Indonesia masih tunai. Meski banyak UMKM yang mencoba menjual barang secara online, faktanya masih banyak di antara mereka yang melakukan transaksi tunai.
“UMKM walau mencoba jualan online, transaksi mereka masih banyak yang tunai. Kami ingin mendukung mereka. Karenanya, kami tidak hanya memberi layanan online saja,” jelas dia.
KoinWorks adalah salah satu perusahaan teknologi yang memanfaatkan teknologi pengelolaan money movement di OY! Indonesia. Chief Marketing Officer KoinWorks Jonathan Bryan menyebut bahwa layanan money movement OY! Indonesia penting dalam membantu pengelolaan keuangan KoinWorks, platform yang berbasis peer to peer (P2P) lending itu.
”Kami memiliki 1 juta customer. Sementara kita harus transfer uang yang nominalnya tidak Rp10 juta, bisa lebih dari itu. Atau misalnya mengembalikan ke konsumen. Bayangkan jika transaksi itu harus dilakukan tim finance kita. Tidak mungkin. Dengan teknologi OY! Indonesia, kita tak perlu approval dari atasan,” jelasnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, keberadaan platform OY! Indonesia mampu memberikan efisiensi di industri fintech di tengah ramainya pelaku teknologi finansial. ”Memang antar perusahaan fintech harus berkolaborasi untuk bisa bertahan di industri,” ujarnya.
Sementara itu, Jesayas menambahkan bahwa platform OY! Indonesia bisa mengelola transaksi bisnis mulai hulu sampai hilir. ”Mulai payroll, pengiriman uang, pembayaran invoice, uang masuk, hingga cash management (digital money movement). Bahkan OY! Indonesia memiliki cash in transit di 10 kota di Republik ini serta penyediaan mesin ATM (offline money movement),” ungkapnya.
Bhima melanjutkan bahwa pengelolaan transaksi bisnis baik offline maupun online secara tidak langsung akan membuat perusahaan lebih fokus kepada pengembangan bisnis tanpa harus memikirkan proses transaksi rumit.
Berdasarkan riset CEIC, Indonesia menjadi negara kedua terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan perputaran uang kartal dan giral dengan nilai USD1,5 triliun pada 2020.
Perputaran uang itu dilakukan dengan berbagai bentuk transaksi antara lain bank tradisional, uang tunai, pemerintah, perusahaan fintech, e-money, serta digital bank.
Klien mereka pun beragam. Tidak hanya bank komersial, tapi juga bank digital, P2P Lending, e-money, hingga perusahaan fintech lainnya. ”Indonesia memiliki perputaran uang sangat besar lewat beragam media. Ada yang digital dan ada pula yang tunai. Kami melayani transaksi keduanya. Boleh dibilang, kami adalah aggregator dari sumber keuangan,” kata Chief Executive Officer (CEO) OY! Indonesia, Jesayas Ferdinandus, dalam diskusi virtual bertajuk “Peran Fintech Dorong Ekonomi Digital Indonesia” yang digelar Forum Wartawan Teknologi (Forwat), belum lama ini.
Jesayas melanjutkan, ada alasan mengapa pihaknya membantu menghadirkan layanan untuk transaksi tunai. Menurut data mereka, 85 persen transaksi di Indonesia masih tunai. Meski banyak UMKM yang mencoba menjual barang secara online, faktanya masih banyak di antara mereka yang melakukan transaksi tunai.
“UMKM walau mencoba jualan online, transaksi mereka masih banyak yang tunai. Kami ingin mendukung mereka. Karenanya, kami tidak hanya memberi layanan online saja,” jelas dia.
KoinWorks adalah salah satu perusahaan teknologi yang memanfaatkan teknologi pengelolaan money movement di OY! Indonesia. Chief Marketing Officer KoinWorks Jonathan Bryan menyebut bahwa layanan money movement OY! Indonesia penting dalam membantu pengelolaan keuangan KoinWorks, platform yang berbasis peer to peer (P2P) lending itu.
”Kami memiliki 1 juta customer. Sementara kita harus transfer uang yang nominalnya tidak Rp10 juta, bisa lebih dari itu. Atau misalnya mengembalikan ke konsumen. Bayangkan jika transaksi itu harus dilakukan tim finance kita. Tidak mungkin. Dengan teknologi OY! Indonesia, kita tak perlu approval dari atasan,” jelasnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, keberadaan platform OY! Indonesia mampu memberikan efisiensi di industri fintech di tengah ramainya pelaku teknologi finansial. ”Memang antar perusahaan fintech harus berkolaborasi untuk bisa bertahan di industri,” ujarnya.
Sementara itu, Jesayas menambahkan bahwa platform OY! Indonesia bisa mengelola transaksi bisnis mulai hulu sampai hilir. ”Mulai payroll, pengiriman uang, pembayaran invoice, uang masuk, hingga cash management (digital money movement). Bahkan OY! Indonesia memiliki cash in transit di 10 kota di Republik ini serta penyediaan mesin ATM (offline money movement),” ungkapnya.
Bhima melanjutkan bahwa pengelolaan transaksi bisnis baik offline maupun online secara tidak langsung akan membuat perusahaan lebih fokus kepada pengembangan bisnis tanpa harus memikirkan proses transaksi rumit.
Berdasarkan riset CEIC, Indonesia menjadi negara kedua terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan perputaran uang kartal dan giral dengan nilai USD1,5 triliun pada 2020.
Baca Juga
Perputaran uang itu dilakukan dengan berbagai bentuk transaksi antara lain bank tradisional, uang tunai, pemerintah, perusahaan fintech, e-money, serta digital bank.
(dan)